Jarak

5K 401 104
                                    


Kalo lupa baca part sebelumnya ya hehehhe ^^v


Author Pov


Srek srek srek


Pergeseran antara pensil dan kertas menggema diruangan berdominasi warna biru muda. Sudah lebih dari 4 jam sang pemilik butik tak meninggalkan singgahsananya sedikitpun. Tangan indah putih bersih itu dengan lihai bergerak membuat bentuk-bentuk yang ada dalam pikirannya.

"Lembur lagi kak?"

Wanita itu hanya tersenyum mengangguk menanggapi Yona.

"Aku pulang dulu ya kak, adik udah jemput. Bye kak Ve."

"Hati-hati dijalan yah."


Dan satu lagi hobby terbaru dari Veranda sejak Kinal pergi ke Jerman 1 minggu yang lalu. Mencari kesibukan dengan lembur di butiknya hingga subuh.

Bak orang posesif saat awal Kinal pergi, hampir setiap waktu mereka selalu berkomunikasi. Terlebih Veranda, jika Kinal tak membalas sebentar saja maka ia akan memberikan berbagai macam pertanyaan yang menyangkut teman kecil Kinal, siapa lagi kalau bukan Brahm.

Memang pada hari-hari pertama Kinal akan selalu memberikannya kabar. Tapi setelahnya, memberi pesan singkat saja seakan tak sempat. Bukannya diam saja, seorang Veranda hanya tak ingin menjadi wanita kanak-kanak yang selalu diselimuti perasaan cemburu. Ia lebih memilih melakukan lembur untuk membuang jauh-jauh pikiran negatifnya.

Sudah 3 desain gaun cantik yang Veranda buat sampai sepagi ini. Pukul 3.15 dini hari, dan kekasihnya yang berada beribu-ribu kilometer darinya barusaja memberi sebuah kabar.


"Maaf seharian gak kasih kabar. Aku baru aja selesai kegiatan. Gimana hari kamu?
Udara disini cukup dingin, tapi aku selalu bayangin kamu meluk aku sekarang dan rasanya dingin itu bener-bener hilang! Hehehe

Jaga kesehatan disana ya? Aku sayang kamu.. I miss you.."


Dan selalu saja semua rasa kesal yang menumpuk didalam dadanya hilang begitu saja dengan satu pesan singkat. Seolah semua yang menghimpit dadanya melebur, digantikan oleh perasaan menggebu yang menyenangkan.

Hingga pada akhirnya keduanya sama-sama memutuskan untuk mengakhiri sebuah percakapan penuh rasa rindu. Sama-sama lelah secara fisik juga perasaan. Rindu mengikis habis seluruh tenaga. Saling melempar pesan memang sedikit mengobati. Namun obat dari rindu yang sesungguhnya adalah pertemuan.

Cinta memang tak hanya soal peluk-memeluk, juga bukan hanya soal kecup-mengecup. Bukan maksud munafik tentang hal begitu. Tapi ada yang lebih luas dari itu, yaitu perasaan. Karena perasaan bukan untuk dimainkan. Begitupun dalam hal hubungan jarak jauh, bukan sebuah permainan.


"Aku selalu menunggumu pulang kembali ke rumah Kinal..."


***

Ve Pov


Jam makan siangku kali ini ditemani oleh Shania. Setengah jam berlalu dan Shania sama sekali tak menyentuh makanannya sedikitpun. Ia hanya memainkan sendoknya diatas piring. Mata sembab dengan kantung mata yang sedikit menghitam, tak jauh berbeda denganku. Beberapa hari lalu ia bercerita jika Beby tidak peka terhadapnya. Mungkin kali ini lebih parah.

"Kenapa lagi Nju?"

Shania tersentak atas pertanyaanku. Nafas beratnya keluar begitu saja. Sendok yang menjadi mainannya sedari tadi ia letakkan begitu saja, berganti mengusap wajahnya.

"Aku capek kak. Beby.. Aku tau kalau Beby juga suka sama aku, harus apalagi yang perlu aku tunjukin ke dia kalau aku juga suka sama dia! Tapi kenapa dia enggak cepat resmiin hubungan kita?"

Something Happened in LombokWhere stories live. Discover now