End

5.7K 430 118
                                    

    
   
     
    
  
Veranda POV
    
    
   
   
   
Hari demi hari telah kulalui, di negri yang terasa asing. Tak ada pula satupun orang yang ku kenal kecuali Marcell. Namun ia tampak sangat bahagia, dan sekarang kami telah memiliki tempat tinggal diatas laut.

Segala yang ada disini sungguh indah memang. Pasti semua orang juga berkata demikian. Hanya saja tempat ini begitu dingin, bukan cuacanya tapi apa yang kurasa dalam tubuhku.

Aku sama sekali tak menemukan kenyamanan yang menghangatkan. Apa yang ku lalui disini terasa hambar meski bibirku terus memamerkan senyum.

Kadang aku berfikir seberapa kaya Marcell sekarang hingga ia bisa membeli segalanya dengan mudah. Apapun yang ia mau akan segera terpenuhi. Dan kali ini kami telah berada di kapal yang baru ia beli tadi pagi.

Nampaknya Marcell sudah ahli mengemudikannya, padahal baru saja ia diajarkan oleh pemilik sebelumnya.
   
   
"Kemarilah Ve! Cobalah untuk mengemudi, ini menyenangkan!"

Aku menggeleng sambil mengangkat telapak tanganku ke kiri dan ke kanan untuk mengisyaratkan 'tidak'.

Marcell menghentikan kapal ditengah laut. Cuaca hari ini cukup panas, sehingga banyak orang yang memilih untuk berjemur diatas kapal masing-masing.

"Berenang yuk?" ajaknya padaku yang telah melepas pakaiannya hingga menunjukkan otot-otot tubuhnya yang terbentuk dengan bagus.

"Aku tunggu disini aja yah, sambil baca buku."

Ia pun turun dari kapal untuk berenang dilaut yang biru. Terlalu jernihnya hingga aku dapat melihat ikan-ikan yang berenang dalam sana.
    
    
  
   
Siang telah berganti sore. Kamipun bergegas untuk pulang kembali ke rumah. Begitu segar rasanya setelah membersihkan badan karena pergi hampir seharian. Merasa begitu lapar, dengan cekatan ku ambil bahan-bahan makanan yang ada di dalam kulkas. Sepertinya kali ini aku akan memasak nasi goreng sosis seperti yang selalu aku masak untuk Kinal.
    
   
    
    
    
   
Kinal....
   
   
    
   
   
  
Lagi-lagi tanpa sadar aku mengingatnya. Rasa bersalah langsung membebaniku. Hampir seluruh yang ku lakukan akan selalu teringat padanya. Mungkin aku telah dikutuk untuk terus mengingatnya, meski berusaha untuk selalu melupakan.

Bodoh... Bagaimana mungkin aku bisa melupakan, sedangkan ia terus berada di dadaku?
    
    
"Masak apa sayang?"

Marcell kini tengah memelukku sambil menciumi pundakku.

"Nasi goreng sosis, lagi pengen makan makanan Indonesia hehehe"
   
   
Ia tertawa sejenak, lalu ciumannya beralih pada leherku. Kucoba untuk menikmati segala sentuhan darinya, tapi yang kurasa malah rasa muak dan jijik.

Kudorong pelan tubuhnya untuk menjauh dariku, namun ia semakin mempererat pelukannya dan menciumiku dengan kasar.

Semakin aku meronta ia semakin bertambah liar. Cukup, aku tak bisa menerima ini semua!
    
    
"Cukup Marcell!!"
    
    
Kudorong keras tubuhnya hingga ia jatuh terduduk di lantai. Tak terasa mataku telah mengeluarkan banyak air mata.
    
   
"Ve.. Maafin aku, kamu gapapa?"

"Jangan mendekat!"

"Ve, aku.."

"Kubilang jangan mendekat Marcell!!!"
     
   
Aku duduk sambil memeluk kedua kakiku. Sungguh rasanya seperti telah ternodai. Aku tak bisa melakukan hal seperti ini bersamanya.
   
  
"Maaf telah membawamu kemari."
   
 
Nada suaranya semakin melemah. Kedua kakinya bertumpu untuk menopang tubuhnya yang kini sejajar denganku.
   
  
"Aku harusnya sadar sejak dulu jika kamu tak akan pernah bisa untuk mencintaiku lagi."

Something Happened in LombokWhere stories live. Discover now