Pengakuan

6.3K 391 86
                                    


Ve Pov


Pandanganku kabur akibat air mata yang tak tahu sejak kapan telah memenuhi kelopak mataku. Langkah kakiku semakin cepat membawaku meninggalkan butik, meninggalkan mereka berdua. Entah apa yang sedang dilakukan Kinal dan Naomi, tapi yang pasti membuat dadaku terasa sakit. Akupun tak mengerti mengapa begitu sakit saat melihatnya.

Ku abaikan panggilan Kinal yang terus berteriak dan mengejarku, namun tak sedikitpun kepalaku menoleh ke belakang. Tangan kananku mengarah ke jalan menghentikan taksi yang sedang berjalan. Saat hendak membuka pintu, Kinal telah menahan pergelangan tanganku lalu menghadapkan tubuhku padanya. Nafasnya terengah serta mukanya penuh dengan tanda tanya.


"Kamu kenapa?"

"Lepasin Nal." ucapku sambil mencoba melepaskan genggaman tangannya.

"Ada apa sih Ve? Kamu mau kemana?"

Tak kujawab pertanyaannya. Aku masih berusaha melepaskan cengkramannya yang semakin erat.

"Ve, kamu kenapa sih?"

"Bukan urusan kamu." ucapku dingin.

"Kamu urusan aku!" bentaknya dan langsung membuka pintu belakang taksi yang sedari tadi menunggu.

"Masuk!" perintahnya yang langsung kuturuti.


Kinal terlihat menakutkan, wajahnya penuh dengan amarah. Aku hanya diam memandanginya yang kini juga duduk di kursi belakang. Kami berdua sama-sama diam, hingga suara supir taksi yang memecah keheningan.


"Kemana mbak?"

"Ke taman pak." ucap Kinal dengan tatapan yang datar.


***


Tibalah kami di taman yang dulu pernah kami kunjungi. Ia menggenggam jemariku menuntun ke bangku kosong yang terletak di dekat danau. Genggamannya tak sesakit tadi, malah begitu nyaman. Tatapannya pun sangat meneduhkan, tak semenakutkan tadi.


"Sudah lebih baik? Maaf tadi aku bentak kamu." Tanyanya yang hanya kubalas dengan anggukan.

"Jadi.. Kenapa tadi kamu pergi?"

"Aku cuma capek, aku pengen jalan-jalan." jawabku berbohong.

"Bukan, bukan itu. Kamu pergi setelah ngeliat aku sama Naomi." Ucapnya sambil menatap mataku lekat.

"Oh itu.. Aku cuma gak mau ganggu kalian."

Alis Kinal berkerut.

"Naomi mau jatuh, terus aku tangkap dia. Cuma itu aja." jelasnya singkat.


Bodoh Veranda, kenapa kau berpikir macam-macam? Kenapa kau berpikir terlalu jauh? Mereka berdua tidak sedang ingin berciuman. Astaga kenapa kau memikirkan hal konyol seperti itu.


"Kamu pikir aku mau cium Naomi gitu?" tanyanya tepat dengan apa yang sedang ku pikirkan.

"Kamu cemburu." ucapnya sambil menahan tawa.

"Gila! Ngapain aku cemburu, kalian temen aku. Lagipula kalian sama-sama perempuan."


Senyumnya langsung memudar ketika perkataanku terhenti. Pandangannya tak lagi tertuju padaku, matanya lurus menatap danau. Aku merenungi apa yang telah aku katakan. Apa aku salah berucap? Seketika suasana menjadi hening. Jujur aku tak menyukai Kinal yang diam, sangat bertolak belakang dengan sifatnya. Hingga kucoba untuk membuka topik pembicaraan kembali.

Something Happened in LombokWhere stories live. Discover now