Part 04

61.2K 2.2K 27
                                    

"Astaga Nata! Apa yang kau lakukan Kak Ramiro! Menyingkir!" Risa mendorongku menyingkir, kemudian menangkup wajah Nata yang masih tetap saja memejamkan matanya dan berteriak.

"Ambilkan MP3 dan headphone dikamar Nata. Pasangkan ditelinganya, aku yang akan menahannya." Sesuai dengan isntrukturnya, aku pun berlari memasuki kamar yang sama dan mengambil MP3 beserta headphone di atas meja belajar kemudian bergegas memasangkannya ketelinga Nata. Setelah beberapa menit musik dalam MP3 kuputar, Nata mulai tenang dan membuka matanya.

"Astaghfirullah, Ana. Dia.. dia tadi disini An. Dia.. dia kembali. An dia.."

"Stt.. tenanglah. Tak ada dia disini, dia tak akan pernah kembali. Kau percaya padaku kan? Aku pasti akan menjagamu. Tenanglah, aku akan melindungimu. Ayo kekamarmu, bersihkan dirimu dan kemudian pergilah bersama Kak Ramiro.Kau butuh udara segar Nat." Mereka berdua pergi memasuki kamar dan meninggalkanku yang masih berjongkok disebelah sofa sambil termenung menelaah percakapan mereka. Siapa dia yang mereka bicarakan itu?

Dia masih saja diam membisu tanpa menoleh padaku. Sejak 15 menit yang lalu, kami sudah berada didalam mobil menuju ke tempat untuk memilih baju pengantinnya. Wajahnya tampak pucat dan kurang tidur. Jelas saja kantung matanya sangat terlihat, dia tidak tidur selama 2 hari. Apakah karena mimpi itu? Mimpi apa yang bisa membuatnya sekacau ini?

"Maaf sudah merepotkanmu." Suaranya terdengar sangat lirih dan serak. Kemana Nata yang bermulut tajam? Dia benar-benar sangat berbeda.

"Oh tak apa, kau baik-baik saja?" Dia tersenyum kecut sambil menundukkan kepalanya. Memperhatikan jari-jarinya yang saling bertautan diatas pahanya.

"Aku harap begitu.."

Renata POV

Ahh kenapa Ramiro melihat kejadian itu. Kejadian yang selalu kubenci hampir 7 tahun ini. Mimpi terburuk yang pernah ada, selalu menghantuiku sejak ulang tahunku yang ke-15. Hanya ada 2 orang yang mengetahui mimpi itu. Ana dan dia, ya dia seseorang yang sangat berharga untukku. Dia adalah teman, sahabat, kakak, ayah, keluarga sekaligus pemilik ruang khusus dihatiku. Ku harap dia segera kembali, aku sangat membutuhkannya. Duniaku telah hancur tak tersisa dan hanya dialah yang bisa membuatku bertahan hingga saat ini.

Rendra Ramiro Dhananjaya adalah cinta pertamaku. Mungkin kalian akan berpikir bahwa cinta pertama itu sangatlah menggelikan. Tapi bagiku, hal itu sangatlah berharga. Ramiro adalah anak dari sahabat papa dan mama, Om Dhananjaya dan Tante Sylvia. Om Dhananjaya dan Tante Sylvia adalah sahabat karib papa dan mama sejak SMA. Selain itu, rumah kami yang bersebelahan membuatku sering bertemu dan bermain bersamanya. Umur kami hanya berjarak 2 tahun.

Pertama kali akau bertemu dengannya saat aku bermurur 5 tahun, saat itu keluarga Om Jaya sedang mengadakan pesta peresmian rumah baru mereka. Ramiro yang saat itu masih berumur 7 tahun sangat lucu dan menggemaskan. Seingatku dia adalah anak kecil yang sangat periang, berbanding terbalik dengan dia yang berumur 24 tahun.
Ramiro atau aku sering memanggilnya Miyo karena dulu aku belum begitu fasih berbicara, dia menggunakan tuxedo hitam. Dia mengampiriku dan memberiku sebuah permen kesukaanku. Kami mulai akrab sejak saat itu. Ramiro sering menginap dirumahku, begitupun juga aku sering menginap dirumahnya. Saat hari minggu, kita akan menghabiskan waktu bersama-sama mulai pagi hingga malam.

Ada satu kenangan yang tak pernah kulupakan darinya.

Flashback

Nampak dua anak kecil yang sedang duduk dibawah naungan pohon diatas bukit menghadap kearah matahari yang mulai terbenam. Anak kecil itu adalah Nata yang berumur 10 tahun dan Ramiro yang berumur 12 tahun. Mereka sedang menunggu malam menjelang untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.

My Unplanned HusbandWhere stories live. Discover now