Part 21

27.6K 1.2K 16
                                    

Hai hai, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk semua orang yang sudah mau membaca terutama yang menyempatkan untuk komentar atau pun vote. Oke langsung saja, silahkan membaca dan ditunggu ya votmennya ^^

~~

Ramiro POV

Aku berlari ditemani oleh Mike dan beberapa anak buahnya masuk kedalam hutan. Hutan ini sangat luas membuat kami harus berpisah dan menuju tempat Nata dari segala arah. Aku terus berlari sambil memegang handphone yang menampilkan titik merah tempat Nata berada. Namun, salah satu titik itu berpencar dan pergi. Aku tak bisa menebak mana alat pelacak Nata. Tapi yang terpenting aku harus segera sampai di tempat tujuan kami terlebih dahulu. Handphoneku bergetar menampilkan id caller dengan sederet nomor yang tadi Nata gunakan. Aku pun segera mengangkatnya sembari terus berlari dengan kencang.

"Tunggu aku disana, jangan pergi kemana-mana. Aku hampir sampai." Ucapku kemudian mematikannya tanpa menunggu jawaban dari sang penelfon.

Aku menemukan tempat persembunyiannya. Dibalik semak-semak yang cukup rimbun. Ku dekati semak-semak itu dan segera membukanya. Tak ada Nata disana. Hanya Arvita yang sedang memandangku dengan cucuran air mata. Aku segera meraih Arvita dan memegangi tubuhnya yang hampir limbung.

"Dimana Nata? Bukankah dia yang menyuruhku datang kesini?" Tanyaku sambil mencari keberadaan Nata disekililing tempat itu. Namun aku tak bisa menemukannya. Para anak buah Mike beserta Mike sendiri sudah berkeliling mencari Nata namun nihil, Nata tak ada disekitar sini.

"Kak Nata.. D-dia.. hiks Per-pergi.. hiks."

"Pergi kemana?!" Ku goyang-goyangkan tubuh Arvita karena dia tak segera menjawabnya, membuatku geram.

"Kak Nata.. hiks.. mengalihkan.. perhatian.. hiks.. penculik."

"Agh Sial!! Kenapa kau tak menahannya bodoh! Kenapa kau membiarkannya?!"

Mike segera menarik Arvita dariku sebelum aku sempat memukulnya. Aghh Nata, kenapa dia selalu saja berusaha melindungi orang lain dan mengorbankan dirinya. Ku lihat kembali handphoneku untuk menemukan alat pelacak milik Nata. Namun tak ada satu pun titik merah lain selain milik Arvita. Alat pelacak Nata menghilang.

"Ram, kita harus kembali pulang. Alat pelacak Nata menghilang dan kita tak bisa mengetahui dimana keberadaannya. Bisa saja kita menyerbu tempat persembunyian mereka dengan bantuan Arvita, tapi saat ini keadaan Arvita tidak memungkinkan untuk ditanyai. Dia masih shock." Ucap Mike berusaha menenangkanku. Tapi usahanya sama sekali tak membuahkan hasil. Bagaimana aku bisa tenang jika Nata masih belum ditemukan.

Renata POV

Aku terbangun sambil mengerjapkan mataku, menetralisir rasa pusing yang mendera kepalaku. Ku tatap sekeliling ruangan tempatku tertidur. Ini.. ini tempat ku disekap tadi. Aku mencoba untuk bangkit dari posisiku namun tanganku terikat di kedua tiang tepat di dua sisi tempat tidur. Ikatannya sangat kuat membuatku tak bisa melepaskannya, ikatan itu malah semakin melukai pergelangan tanganku jika aku menggerakkanya.

Aku mencoba menginta-ingat apa yang membuatku bisa kembali ke tempat ini. Saat aku kabur dari kejaran para penjaga itu aku bertemu dengan Dhani. Dia menarikku untuk kembali berlari menjauh dari jangkauan para penjaga itu. Namun tepat ditengah-tengah perjalanan kami berlari, sebuah jarum kecil menusuk lenganku. Seketika itu juga aku kehilangan kesadaranku dan jatuh pingsan.

Tepat saat aku tengah memikirkan seseorang yang kemungkinan ada dibalik semua ini, pintu tempatku diikat terbuka. Menampilkan seseorang dengan rambut kecoklatan yang begitu kukenal.

My Unplanned HusbandWhere stories live. Discover now