Part 26

31K 1.2K 40
                                    

Maafkan keterlambatan update saya yang sangat amat terlambat T_T karena ada 5 proposal dan makalah yang selalu saja memusingkan saya. Mungkin part ini sama sekali tak menarik karena feel yang kurang  tapi saya sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah bersedia bersabar untuk menunggu, berkomentar, membaca dan memvote MUH. Oke langsung saja, selamat membaca.. sekali lagi saya minta maaf.

~~++~~~

Ramiro memeluk Renata dengan erat. Menenggalamkan tubuh mungil Nata kedalam pelukannya. Tangis sesenggukan Nata terdengar begitu pilu. Tak terasa mata Ramiro pun berair ikut meratapi betapa hancurnya seseorang yang tak dia sadari telah masuk kedalam relung hatinya. Entah sejak kapan seorang Renata bisa mengisi kekosongan didalam hati seorang Ramiro.

Ramiro POV

"Kau bisa pergi.. Kau bisa pergi.. Tapi kumohon beri aku 1 minggu saja untuk bersamamu. Aku tak akan memaksamu untuk tetap tinggal. Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu lebih lama lagi.. Kumohon.. Beri aku waktu 1 minggu saja."

Akan kulakukan segala cara untuk membuat Renata merubah pikirannya dalam 1 minggu. Aku tak peduli Nata akan kembali menjadi Nata yang sensungguhnya atau tetap menjadi Ren. Yang kuperdulikan adalah dia tetap berada disini. Disampingku. Katakanlah aku egois, memang benar adanya. Aku hanya tak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"Kumohon.." Ucapku dengan lirih sembari semakin mengeratkan pelukanku. Bagaimana bisa aku bertahan jika aku harus kehilangan seseorang yang sedang kupeluk saat ini? aku memang tak mencintainya. Aku tak bisa mencintai seseorang lagi tentunya setelah wanita itu. Tapi entah mengapa aku tak ingin kehilangan Nata seperti aku kehilangan wanita itu.

~~~~~~

1 hari telah berlalu begitu saja dan artinya hanya tinggal 6 hari saja waktuku yang tersisa. Sejak tadi pagi Nata sama sekali tak berbicara padaku. Dia hanya melamun dan menatap ke arah langit. Jika dia melihat benda tajam seperti pisau dia akan mengambilnya dan seperti akan membunuh dirinya namun setelah beberapa saat dia akan meletakkannya lagi.

Aku tak tau apa yang dia sukai. Dia bukanlah Renata yang menyukai benda lucu atau pantai. Dia adalah Ren yang sangatlah dingin melebihi dinginnya kutub utara sekalipun. Tapi aku tak tau alasan apa yang bisa membuatnya menerima tawaranku untuk memberiku waktu selama 1 minggu.

"Kenapa kau mengupas jeruk itu tapi tak memakannya." Kami sedang bersantai di balkon sambil menatap langit malam yang cerah disertai bau jeruk segar yang menguap. Siapa lagi kalau bukan Nata yang mengupasnya. Dia sudah mengupas 3 buah jeruk tapi tak memakannya.

"Aku tak suka jeruk."

"Terus kenapa kau mengupasnya?" tanyaku dengan jengkel. Bau jeruk ini sangat menyengat tapi Nata melarangku membersihkan tumpukan kulit jeruk yang dia buat.

"Karena aku suka baunya." Jawaban teraneh diseluruh jagad raya. Dia suka baunya tapi tak suka rasanya. Bisakah kalian membawa seorang paranormal untuk mengangkat setan yang terperangkap didalam tubuhnya.

Angin malam berhembus dengan sedikit kencang. Kutatap wajah Nata yang tertimpa cahaya rembulan dan lampu yang remang-remang. Sorot mata hitam itu benar-benar berbeda dari Nata yang sebenarnya. Entah mengapa saat aku menatap mata itu, aku sangat menyadari jika dia bukanlah Nata. Aku terus menipu diriku jika yang berada dihadapanku saat ini adalah Nata yang kusukai. Nata yang selalu tersenyum. Nata yang selalu kuat didepanku dan lemah saat semua orang tak menyadarinya.

"Kau merindukannya." Suara lirih Nata menyadarkanku dari lamunan. Aku tergagap dan segera mengalihkan tatapanku. Bagaimana bisa dia menyadari jika aku sedari tadi melihatnya padahal dia sama sekali tak menatapku.

My Unplanned HusbandWhere stories live. Discover now