Part 06

52.1K 1.7K 12
                                    

Ramiro POV

        Jam di dinding telah menunjukkan pukul 7 malam. Nata tetap tertidur diranjangnya, tangannya menggenggam tangan Azka dengan erat. Sedangkan aku sedari tadi duduk di kursi meja belajar Nata mengawasi mereka. Risa menjalani kewajibannya untuk mengompres Nata dengan serius. Keheningan begitu mendominasi suasana di kamar ini.

       Aku sudah duduk lebih dari 5 jam lamanya, tapi entah mengapa aku tak ingin beranjak dari kursi ini. Bahkan untuk sekedar mengalihkan tatapanku saja, rasanya sangat malas. Mataku terus saja mengawasi Azka yang menatap Nata dengan lembut.

        Tangan kirinya memegang genggaman tangan mereka. Hei dia itu calon sitriku, berani-beraninya dia menyentuh calon milikku seperti itu. Namun karena aku tak ingin mengganggu istirihat Nata, akhirnya dengan terpaksa aku hanya menyaksikan mereka saja.

       Dering handphone dari saku celana Azka mengalihkan perhatian kami. Dia menerima telfon itu dengan tangan kirinya tanpa melepas genggaman tangan kanannya pada tangan Nata.

”Ada apa?”

“.......”

“Kau saja yang menghadiri rapat itu, aku sibuk.”

“........”

“Apa gunanya punya asisten jika aku masih saja harus menghadiri rapat tak berguna seperti itu? Batalkan saja kerja sama dengan perusahaan itu.”

“........”

“Aku tak membutuhkan kerja sama itu, perusahaan itu yang membutuhkannya. Lagi pula pembatalan kerja sama ini tak akan membuatku rugi sepeser pun.”

“......”

“Ada urusan apa si tua bangka itu kesana? Sialan!”

“.......”

“Halangi dia, jangan sampai dia masuk ke dalam ruang rapat. Aku akan sampa disana 15 menit lagi, suruh mereka untuk menunggu.”  

“Risa jaga Nata, jangan katakan padanya jika aku ada disini hari ini. Kabari aku perkembangannya dan satu lagi, jaga si brengsek ini. Jangan sampai kau biarkan dia menyentuh Nata seujung kuku pun.” Azka pergi begitu saja. Enak saja dia menyebutku brengsek. Dia yang brengsek bukan aku.  

       3 jam terlewati dalam keheningan. Risa tampak lelah namun tetap memaksakan dirinya untuk mengganti kompresan Nata. Terkadang dia akan sedikit tertidur kemudian terbangun dan mengerjapkan matanya dengan cepat seperti boneka.

“Kau pergilah mandi lalu tidur. Aku yang akan menjaganya.” Risa menoleh padaku dengan mata yang sedikit tertutup. Dia terlihat seperti orang bodoh saat ini.

“I-iya, aku sangat lelah hari ini. Tapi kumohon jangan macam-macam. Aku akan tidur di sofa ruang tamu, jika terjadi apa-apa dengan Nata bangunkan aku.”

        Dia menaruh baskom air hangat dan handuk kecil di meja  dekat ranjang kemudian mematikan lampu kamar setelah menghidupkan lampu tidur di meja itu.

“Jangankan macam-macam, satu macam pun sudah cukup kok.” Aku bergumam sambil melirik Risa yang mengepalkan tangannya tepat didepan wajahku. Ancaman zaman dahulu kala masih saja dia gunakan.

        Sesaat setelah Risa meninggalkan kamar, aku beranjak dari tempat dudukku dengan sedikit kesusahan karena punggungku yang terasa sangat pegal. Ku dekatkan diriku kesisi ranjang tempat Nata yang tertidur. Duduk ditempat duduk yang Azka gunakan.

My Unplanned HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang