Part 24

31.8K 1.3K 21
                                    

Maaf kalau saya sangat lama sekali mengupdate cerita ini. Banyak sekali kegiatan selama 2 minggu ini yang harus saya lakukan. Kalau begitu langsung saja, selamat membaca. Jangan lupa vote dan komentarnya. 



Ramiro POV

Saat ini aku tengah berada didalam ruangan Dokter Rina bersama Ana yang entah kenapa sedari tadi masih saja terlihat shock. Dokter Rina yang berada dihadapan kami pun tampak terkejut walaupun bisa menutupinya dengan baik.

"Apa yang terjadi pada Nata?" Tanyaku pada Dokter Rina yang tampak lesu sambil memijat pangkal hidungnya.

"Aku tak tau apa aku berhak menceritakan ini padamu, tapi jika aku tak menceritakannya maka masalah ini tak akan selesai. Kau tau apa yang terjadi pada Nata saat dia berumur 15 tahun? Setauku hanya Azka yang tau."

Nah sekarang terbongkarlah semuanya. Alasan Nata sangat dekat dengan Azka selain hubungan mereka yang telah berakhir adalah rahasia ini. Aku tak tau apa yang terjadi pada Nata saat dia berumur 15 tahun dan hanya Azka yang tau itu. Bahkan Papa atau Mama pun tak tau. Aku menggeleng dan membuat Dokter Rina menggelengkan kepalanya.

"Nata dia mengalami tragedi buruk bagi seorang wanita. Dia mengalami pemerkosaan." Dokter Rina tampak mengernyit saat menjelaskannya.

Ana membelalakkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Air mata sudah tampak memenuhi kelopak matanya. Aku sendiri tak tau apa yang kurasakan. Rasa sakit, marah, takut dan kecewa seakan bercampur menjadi satu.

"Siapa pelakunya?"

"Pamannya, Paman Ben." Jawab Dokter Rina dengan suara lirih.

Dunia seakan-akan runtuh saat ini. Hatiku hancur. Ana menangis tersedu-sedu dan mencoba menahan isakannya. Sedangkan aku hanya bisa menatap Dokter Rina dengan hampa. Aku tak kecewa dengan masa lalunya walaupun aku belum mencintainya. Aku menyukainya. Bagaimana bisa seorang Paman yang terlihat sangat penyayang melakukan hal itu pada gadis polos seperti Nata. Bahkan tanpa tragedi itu pun hidup Nata sudah dapat dipastikan tanpa kebahagiaan dengan keadaan keluarganya.

"Aku tak tau kejadiannya seperti apa. Yang kutau malam itu aku masih menjadi asisten dokter dan dokter itu adalah ibu dari Azka, aku sudah dianggap sebagai anakanya sendiri. Kami sedang menyiapkan pesta ulang tahun untuk Nata di rumah Azka. Tepat saat pukul 12 malam, Azka menjemput Nata di rumahnya. Saat kembali, Azka membawa Nata yang tampak kacau. Dia mengalami self injury. Nata seperti mesin yang diciptakan untuk menghancurkan dirinya sendiri. Bahkan dia bisa melukai dirinya sendiri menggunakan jarum. Mungkin memang semua bekas luka yang dia miliki hilang, teknologi kedokteran saat ini sudah canggih."

Inilah sisi gelap Nata yang tak kuketahui. Dia seperti membentengi dirinya dari orang lain. Sebisa mungkin menjauh dari semua orang, agar tak ada yang tau bagaimana sisi gelapnya selama ini. Menutupinya dengan senyuman bodoh yang sellau terpasang dengan indah di wajahnya.

"Bahkan dia harus diikat untuk mencegahnya melukai dirinya sendiri. Akhirnya karena tak ada kemajuan dan malah bertambah parah, Ibu memutuskan untuk membawa Nata ke Korea Selatan. Di sana, ibu memiliki kenalan dokter yang handal menangani penyakit seperti ini. 1 tahun berlalu, Nata sudah tak melukai dirinya namun dia seperti boneka. Setiap hari Azka selalu menemaninya dan merelakan sekolahnya. 1 tahun berikutnya, Nata membaik. Dia sudah berinteraksi seperti manusia pada umumnya hanya saja dia memiliki trauma terhadap lelaki. Tapi Nata sangat bergantung pada Azka. Itu sebabnya Azka selalu berada di dekat Nata. Aku awalnya juga tak percaya jika Nata menikah denganmu. Hal yang sangat mustahil menurutku."

My Unplanned HusbandWhere stories live. Discover now