Part 16

34.4K 1.3K 19
                                    

Ramiro POV

"Ya kurang lebih seperti itulah kejadiannya. Setelah malam itu, Renata menghilang hampir selama 1 tahun. Dia kembali sebagai Renata yang baru. Kau mungkin berpikir jika Renata saat ini masih sangat dekat dengan Azka. Tapi bagi kami tidak. Dulu mereka sangat lebih dekat dari pada sekarang. Dimana ada Azka pasti Renata akan ada disana. Begitu pula sebaliknya." Bagas masih saja tak mengalihkan tatapannya dari Nata. Jujur saja, sebagai sesama lelaki aku tau betapa Bagas memuja Nata dengan tatapannya. Dan itu membuat rasa tidak suka didalam diriku berkobar.

" Jika memang mereka sudah berpisah, tapi kenapa sekarang mereka masih dekat seperti itu?" Sekilas aku bisa melihat senyuman jahil diwajah Bagas. Aku tau dia tadi menertawakanku. Andai saja aku sedang tak penasaran dengan masa lalu Nata, sudah habis Bagas ditanganku.

" Mereka berdua seperti ying dan yang. Saling membutuhkan dan melengkapi. Jika salah satu dari mereka menghilang maka semuanya akan kacau. Kau tau, Nata seperti cenderung bergantung pada Azka. Like brother complex. Entahlah, hubungan mereka terlalu rumit. Tapi tenang saja, Nata tak akan pernah menjalin hubungan terlarang dibelakangmu walaupun dia tak mencintaimu."

Kami berdua terdiam cukup lama setelah berakhirnya topik pembahasan kami tadi. Saling bergelut dengan pemikiran masing-masing. Hingga....

"RENATA!!! GOOD MORNING DEAR!!" Risa masuk kedalam cafe dengan teriakan menggelegarnya. Dia berteriak sambil berlari menghampiri Nata yang sedang sibuk di meja kasir kemudian memeluknya dengan erat.

Semua pengunjung cafe menjadikan mereka berdua sebagai objek pengamatan. Ada yang melihat dengan tatapan biasa saja, bergidik ngeri dan tersenyum. Jelas saja, mereka berdua terlihat seperti pasangan homoseksual saat ini.

Bagas beranjak dari duduknya kemudian menghampiri mereka berdua. Dia menarik tubuh Risa kemudian membawanya untuk duduk dikursi kosong tepat disebelah kursi yang dia duduki tadi. Nata nampak sedikit berbincang-bincang dengan salah satu pegawai kemudian melepaskan apronnya dan berjalan kearah tempat duduk kami.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan?" Geram Bagas sambil menatap Risa dengan tajam.

"I was too excited to meet her . It's been almost three days I did not see her . And life without her is like living in the hell." Ucap Risa tanpa beban. Dia malah sibuk memainkan handphonenya tanpa memperdulikan Bagas yang menatapnya dengan tajam.

"Tapi kalian sudah seperti pasangan homoseksual kau tau. Bahkan berita tentang hubungan terlarang kalian sudah pernah menyebar kurang lebih 1 atau 2 tahun yang lalu." Bagas tampak semakin geram dengan tingkah Risa. Sekarang mereka terlihat seperti saling memperebutkan Nata, dan itu terlihat konyol.

"For your information, i really don't care what people say about us. It's my life and it's my choice."

Secangkir teh tersaji didepan Risa yang langsung dia sambar dengan cepat. Bagas hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Nata tersenyum cerah atas tingkah konyol mereka berdua.

"Kabur dari kantor lagi Kak?"

"Oh God. Manusia butuh hiburan Nata. Terlalu membosankan disana. Dan kenapa SI ANEH kesini sepagi ini? Apakah dia meminta sarapan gratis LAGI? " Bagas sengaja menekankan beberapa kata sambil melirik Risa. Sedangkan yang dilirik tak begitu peka.

"Dia kekasihku. Kami akan kencan sebentar pagi ini." Ucap Nata sambil tersenyum lebar kearah Risa. Oke ini cukup menggelikan. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan homoseksual.

"Kalian benar-benar sudah gila. Ingat Nata kau sudah menikah."

"Hahaha aku hanya menggodamu saja Kak. Kami akan pergi ke rumah Azka sebentar. Menengok Arvita. Dan Ramiro kau bisa pergi jika kau tak ingin menungguku. Biar Risa yang mengantarku pulang nanti." Aku menggeleng tanda tak menyetujui idenya.

My Unplanned HusbandWhere stories live. Discover now