Part 17

32.7K 1.2K 12
                                    

Hai hai sesuai dengan janji saya kemarin, minggu ini kemungkinan saya akan menerbitkan 2 part. Part 18 masih dalam proses pengerjaan. Terima kasih atas partisipasi kalian semua, maaf tak bisa menyebutkan satu persatu. Sekian dan selamat membaca.

Ramiro POV

Suara ketukan pintu membuatku mengalihkan konsentrasiku dari Nata ke arah datangnya suara ketukan tersebut. Seorang dokter wanita berumur sekitar 30 tahun masuk ke dalam ruang rawat ini. Dia masuk bersama dengan Eva, dan mungkin dia adalah dokter yang menangani Nata.

"Selamat siang Tuan, saya dokter Rina yang menangani Nona Renata. Ada hubungan apa anda dengan Nona Renata?" Dari pertanyaannya bisa disimpulkan bahwa dia kenal dengan Nata. Tapi dia tak tau jika Nata sudah menikah denganku. Bagaimana mereka bisa saling mengenal?

"Selamat siang Dokter Rina, saya Ramiro. Suami Renata." Dokter itu menatapku sambil mengerutkan keningnya, dia berpikir. Apa yang aneh dengan kenyataan jika aku suami dari Nata, dokter ini nampak begitu sulit untuk mempercayainya.

"Ah maafkan aku Tuan Ramiro, setauku Nona.. maksudku Nyonya Renata belum menikah."

"Tak apa Dokter, kami memang baru saja menikah sekitar seminggu yang lalu. Bagaimana dengan keadaan Nata?" Tanyaku.

"Nyonya Renata baik-baik saja, tak ada yang perlu dicemaskan. Dia tak mengidap penyakit mematikan. Hanya saja stres, kurang asupan energi, kurang istirahat, terlalu lelah, dan pola makan yang tidak teratur. Tubuhnya tak bisa lagi menahan beban dan berakhir dengan pingsan seperti ini. Mungkin istirahat total selama 1 atau 2 hari sudah cukup. Saya akan meresepkan beberapa vitamin untuk mempercepat pemulihan tubuhnya."

"Terima kasih Dok."

"Sudah kewajiban saya Tuan. Mungkin hari ini, Nyonya Renata akan tertidur cukup lama karena efek obat tidur. Kalau begitu saya harus pergi megecek pasien lain Tuan, selamat siang."

Pintu tertutup dengan pelan. Aku berbalik mengahadap kearah Nata yang sedang tertidur dengan damai. Memang jika dilihat dengan lebih jeli, Nata terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Apa yang dia pikirkan hingga membuatnya jadi seperti ini? Apakah kesepakatan yang akan dia lakukan minggu depan? Aku tak tau jika kesepakatan itu bisa membuatnya menjadi tak berdaya seperti ini.

Siang telah berganti menjadi malam. Nata masih saja tertidur. Dia benar-benar tertidur dengan pulas. Sedari tadi aku hanya duduk mengawasinya, menonton TV, dan membereskan pekerjaan yang seharusnya tadi kuselesaikan di kantor. Aku benar-benar mengantuk saat ini. Memegang tangannya yang dingin entah mengapa membuatku merasa janggal. Rasa ngilu didalam dadaku, ini perasaan yang tak pernah lagi kurasakan selama ini. dia benar-benar mulai merubahku. Aku pun jatuh tertidur dalam duduk sambil menggenggam tangannya yang dingin.

Renata POV

Saat aku membuka mata, hal pertama yang kurasakan adalah rasa pusing yang begitu memenuhi kepalaku. Rasanya seperti dunia berputar 360 derajat dengan kecepatan yang tak terduga. Butuh beberapa saat untuk membuat rasa pusing itu hilang dari kepalaku. Ruangan berwarna putih dengan bau obat-obatan, infus yang menacap ditangan kiriku, dan baju pasien. Ahh aku sangat membenci tempat ini.

Ku pandangi sosok tegap yang tertidur sambil menggenggam tanganku itu. Dia masih memakai setelan kantornya, bukankah dia libur? Kenapa dia memakai baju seperti itu? Rambut hitam legamnya begitu lembut menyentuh kulit telapak tanganku saat aku mengelusnya. Dia tertidur seperti bayi, seperti malaikat tampan, seperti dewa yunani entahlah... dia begitu mengagumkan. Sepertinya Tuhan sedang dalam keadaan mood yang sangat baik hingga menciptakan makhluk setampan dia. Aku tak akan munafik, dia memang tampan.

My Unplanned HusbandWhere stories live. Discover now