D

2.1K 79 3
                                    

Vavita hanya bisa diam pandangannya lurus kedepan menangkap punggung atau bemper mobil di hadapannya serius ini masih pagi tapi sudah macet, ya beginih lah hidup.

Vavita melirik adrian yang sedang terpokus ke jalanan yang sudah mulai lenggang, kenapa dia ada disinih? Seharusnya dia bisa memberontak atau apalah, untuk bisa terhindar darinya. Tapi entahlah sisi lain dari adrian seperti meronta ronta agar aku tidak berontak dan melakukan perlawanan tak berarti.

Vavita langsung memejamkan matanya mengumpulkan segala emosi yang bergejolak menyimpannya rapat dan mengumpul kan keberanian untuk selalu waspada di dekat bosnya itu.

Lagian tadi kenapa dia tak berontak setelah di giring masuk mobil adrian.

Ya jawabanya, entahlaa. Cuman itu yang keluar dari mulut di lapisin bibir nya yang kecoklatan itu.

Dia merasa sedang terisi kalau di pikir pikirlagi, itu juga pemikiran tergila dan ter aneh oleh vavita yang edannya dia melamunkannya sendirian. Itu bisa benar benar membuatnya gila.

"Maaf mister anda mau bawa sayah kemana? Dan sekarang saya lagi banyak perkerjaan, di kantor, anda tau sendiri kan?" dari setengah jam mereka tidak berbicara hingga vavita memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. Tapi sayang pembicaraan vavita tak di jawab atau mungkin juga tak di dengar.

Vavita hanya bisa menarik napas dan menghembuskan nya gusar, dia mulai tidak enak duduk disitu di dekatnya ingin berteriak rasanya tidak mungkin, iya dengan penampilan adrian yang acak acakan terus jikalau vavita berteriak ntar orang orang yang datang akan pasti berburuk sangka.

Jadi sekarang vavita hanya pasrah, diam walaupun dia tau bahwa ini bukannlah ide bagus.

"Turun" ucapnya dingin yang membuat vavita menegang seketika. Serasa kelimpungan vavita langsung celengak celinguk

Memperhatikan di sekitarnya. Ya ampun dia sekarang sudah berada di pekarangan rumah, tak terasa nyeri, vavita terus saja menggigit bibir bawahnya sekeras mungkin, tangannya mulai berkeringat.

Di sinihlah dia mulai takut.

Pikirannya pun mulai berkecamuk lagi. Apa karna dia datang ke kantor lagi? Tapi kenapa harus sampai di buang begini?

Vavita masih dengan pikiran anehnya sedangkan adrian hanya menghela napasnya kesal karna vavita seperri nggan keluar dan seperti sedang berpikir keras.

Sekali lagih vavita di buat terkejut oleh tingkah adrian yang tiba tiba membopong dirinya yang sedang kalut dengan pemikirannya itu.

Mata vavita langsung membulat sempurna karna pas dia membuka mata hal pertama yang dia lihat adalah dasi merah yang sudah tak rapihlagi.

Seperti ter hipnotis vavita hanya terdiam dan mengalungkan tangannya ke leher adrian. Vavita juga merasa aneh dengan sikapnya ini tadi malam sajah dia menjelek jelekan tingkah adrian tapi pas sekarang sudah di dekatnya dia seakan harus dan kudu nurut.

Ini sudah tidak benar, pemikirannya teringat ke beberapa tahun tepat kelas satu esempe, dia hanya bisa nurut sama laki laki yang selalu di tunggu olehnya.

Mengingat laki laki itu vavita langsung tersadar tidak boleh begini dia harus tetap setia menunggu lelakinya menjemput dirinya, meskipun sakit tapi tetap lelaki itu tetap berada di hatinya

Mengisi penuh di hatinya sehingga tidak ada orang yang dapat membuang dan mengisinya dengan yang baru.

"Mr. Apa apaan anda ini? Cepat turun" telat v telat lo ngomongnya telat sekarang lo udah berada di dalam rumah, lo mikirnya terlalu lemot.

"Okey" ucapnya langsung menurunkanku di sofa creamnya, aku yang merasa sudah duduk sudah seperti orang bego se bego begonya orang bego. Tuhan kalo disinih ada lubang vavita akan sukarela memasuki lubang itu.

Flash Back [COMPLETED]Where stories live. Discover now