A

1.5K 57 0
                                    

"Don't cry again baby" ucap lelaki itu sembari membawaku kekehangatannya. "Ayo kita pergi ini sudah sore" ucapnya lagi dan yang langsung membuatku terdiam.

Lelaki itu langsung melengos sembari membawa tasku, aku yang masih terdiam dan melihat tasku di bawa oleh laki laki yang sama sekali tidak dikanalpun langsung berdiri dan mengejar lelaki itu.

"Ka hey ka... kaka,,, tasnya... tasnya jangan di bawa" teriakku itu.

Dilihatnya lelaki itu sudah berhenti, aku yang melihatnnya langsung bersyukur lega, tapi itu tadi.

Lelaki itu langsung memutari setengah mobilnya dan langsung membuka bagasinya.

"Ka itu tas dan koper aku kenapa di masukin?" Tannya ku itu langsung membuat lelaki itu terkekeh sedikit dan mendorongku kearah pintu mobil penumpang.

Setelah berada di dalam mobil. Aku seperti membisu dan pasrah akan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku sudah nggk tahan begini.

Di rasakannya lelaki itu selalu memandangiku sepanjang jalan, apakah dia gila bahka dia sedang menyetirpun masih memandangiku? Gila batinnya. tapi aku tetap. Menghiraukannya yang ada hanya rasa mengantuk yang melanda.

Aku sudah nggk perduli lagi walaupun aku mau di jual atau jadi pelayan bar pun aku udah nggk mikirin konsekuensinnya.

Yang terpenting bagi ku sekarang hanya untuk menghilangkan memori memoriku dulu yah walaupun hanya sedikit demi sedikit.

-

"Ka livi holaaaaaa yaampun tania kangen" ucap seorang gadis tiba tiba langsung menghebohkan ruangan sekeliling livi yang memang benar benar sepi seperti biasannya.

Sedangkan livi yang tadinya memang sedang terbengong itu langsung terjungkak kala mendengar teriakan dari tania adiknya itu.

"Ya tuhan tania, kamu kebiasaan si hmm"

"Ish ka livi gitu ya udah lama nggak ketemu eh malah di sambut kaya gitu au ah ngambek" dengus tania sembari memanyunkan bibirnya dan melingkarkan tangannya di perutnya sendiri.

"Ish kamu segitu aja ngambek ya dasar anak manja ish" livi langsung terbangun dari duduknya dan langsung menghampiri tania "yaudah kka teraktir kamu makan deh, sekalian kaka juga laper" ucap livi sembari menyered tangan tania dengan gerakan cepatnya.

-

"Katannya ada kafe baru di sekitar sini kita cobain ya" ucap livi sembari terus melajukan mobilnnya sedangkan tasya hanya fine fine saja dia mau di bawa kemana asalkan dia bisa makan dan jangan lupa harus ada ice cream. Dia sangat menyukai itu.

.

"mau pesan apa mbak?" tannya pelayan cafe itu tanpa sempat melihat kearah kedua pelanggannya.

"tolong dua ice cream vanila mix coklatnnya ya mbak" pelayan itu, vavita ya tepatnya. Iya langsung mengangkat kepalannya.

"hey mbak anda dengar gk saya tadi pesan apa?" vavita langsung celengak celenguk.

"hah uh? Maaf bisa di ulang pesanannya?" ujar vavita.

Vavita langsung menghembuskan napasnnya lega, setelah iya mendaptkan apa yang di mau pelanggannya. Iya langsung bergegas pergi, sebelum iya pergi iya sempat melihat ke arah kursi tepat di belekang vavita, ka livi dan.... tasya?. Batinnya itu.

.

"wah ka.. lumayan ya ice creamnnya, besok besok kita kesisni lagi ya?!" cerocos tasya, sedangkan livi sekarang hannya bisa mendengus sebal.

"katannya mau makan siang, lah kenapa ini malah pesen ice cream, huh dasar aneh" dengus livi

"heheh iya deh kaa ntar pesennya masing masing aja heheh tapi..."

"stop" tunjuk livi sembari menunjukan hpnya kearah muka tasya.

Tasya langsung mengerutkan keningnnya "kevin" ucap tasya sembari menatap kearah livi. "gue kira lo udah nggak hubungan ama dia" jutek tasya sembari melingkarkan tangannya di perut sembari memasang muka jutek.

"gimanapun dia bapaknya ali tas..."...

"hallo iya yank?"

"sekarang?"

"ah enggak ko ini lagi ama tasya mau balik lagi ke kantor"

"iyah iyah bawell, ya see you, hmmm me to"

Livi terus saja memandang layar hpnnya yang penuh dengan poto dirinnya kevin dan juga ali.

"udah si ka jalan, ini aku mau ketemu ka adrian, nyebelin deh" dengus tasya itu msih dengan muka masamnnya.

Livi langsung tertawa dan mendengus melihat sikap tasya yang terlihat sangat membenci kevin, padahal dulu iya sangat menyukai kevin karna berwajah tanpan bak pemain hollywood yang akan menjadi kaka sepupunya, tapi sekarang? Livi langsung berhenti tersenyum setelah mengingat kembali kenangan buruk ah ralat kenangan yang tak di inginkan oleh keduannya.

~

"tas, bilangin ke adrian kaka ke apartemennya dulu kevin"

"ogahh" ucap tasya sembari keluar dari mobil dan...

"tasyaaaaaaa" teriak livi sembari menongholkan kepalannya di jendela moblnnya sedangkan respon dari tasya itu hannya melambai lambaykan tangannya di idura tanpa harus membalikan badannya.

.

"dia masih marah ama aku yank?" tannya kevin.

Setelah livi mendapatkan lambaiyan yang membingungkan dari tasya, iya langsung bergegas pergi untuk menemui kekasihnnya.

"ya gitu deh, jangan di ambil htiya. Nanti diya juga bener sendiri" ucap livi sembari meminun jus yang di berikan kevin.

"bagai mana keadaan diya?"

"dia sangat merindukanmu" jawab livi sembari menatap kevin dengan tatapan sendunnya.

Kevin langsung menundukan kepalannya setelah mendapatkan tatapan yang sendu dari kekasih yang di sayangnnya.

"aku sudah memutuskan pertunanganya" livi langsung tertekun, memutuskan? Gumam livi.

"apa kamu gila?" tannya livi

Kevin langsung mengangkat kedua bahunnya sembari memasang muka acuh tak acuh "lagian dia menyukai adrian" tutur kevin

Livi langsung menganga tak mennyangka "hah" ..."kevin..."

"aku tau vi, dia hannya memanpaatkan adrian, aku tau..."

"ya, terus kenapa kamu menjadikan itu sebagai alasan kamu memutuskannya?"

"karna aku udah muak dengan nya livi, aku hannya ingin kamu aku hannya butuh kamu, Cuma kamu"

Livi langsung bungkam setelah mendengar semua tuturkata dari kekasihnnya itu, detik berikutnnya livi langsungvmemejamkan kedua matannya dan tak terasa bulirn air bening itu mulai mengalir.

"aku mohon jangan menangis..." ujar kevin sembari membawa livi kepelukannya, kevin masih terus setia memeluk livi, diapun mulai merasakan bajunnya yang mulai basah.

"vin,kita emang nggak boleh bersama" masih di pelukan kevin, livi berbicara seperti itu, bahkan rasannya iya tak mau melihat kevin sekarang.

"tapi kenapa?" kevin langsung memisahkan diri sembari meegang kedua pundak dari livi.

Livi masih bungkam, dan masih terus menunduk. Kevin dengan sigpnnya langsung mengangkat dagu livi. Dan sekarang mereka langsung bertatapan tanpa ada niatan untuk memutuskan.

"aku ingin dengar sumua alasannya"

"kita nggak cocok..."

"setelah mendapatkan ali?" potong kevin "kita bahkan hampir setiap malam melakukan itu, apa kamu masih ngomong kalo kita nggak cocok?

"itu kan...."

"dan sekarangpun kamu disini di dekatku, apakah kamu masih mau ngongmong kalau kita nggak cocok?!"teriak kevin sembari berdiri membelakangi livi


Coba tekan bintang yang ada di layar sebelah kiri hp anda, dan trimakasih karna sudah menekannya;)

Flash Back [COMPLETED]Where stories live. Discover now