Warn.

5K 331 8
                                    

[Dream]

"Tch. Kau bodoh Tiger, kalau saja kau mau kembali ke organisasi semuanya tidak akan begini." Ujar pria bertopeng hitam, memandang rendah kearah wanita paruh baya di hadapannya dan memanggul pedangnya di bahu.

Kagami Akiko menatap tajam pria itu. Kebencian, ketidakpercayaan serta rasa jijik bercampur aduk dalam iris Ruby itu.

"Berani juga kau menatapku seperti itu, Tig-"

"TUTUP MULUTMU! AKU BUKAN LAGI TIGER! NAMAKU MASAYOSHI AKIKO! DAN AKU SUDAH TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN DENGANMU!"

"BERISIK!!!"

JRASH!

Satu tebasan mengenai tubuh ramping milik Akiko, membuatnya memuntahkan darah.

"IBU!"

Dua orang yang ada disana menoleh serentak, medapati seorang gadis kecil berambut biru keunguan berdiri gemetaran dengan mata melebar ketakutan.

"So-sophia... pergi... dari sin- Uhk!"

"TIDAK!"

"Sophia!"

"Tidak... tidak... hiks... aku... tidak mau..."

"Heee... putrimu, Tiger?"

Pria itu mendekat, membuat Sophia lebih ketakutan dan jatuh terjerembab, mengenai beberapa potongan kaca didekatnya. Darah mengalir dari goresan goresan akibat gesekan beling dengan kulitnya.

Bruk

Punggung gadis itu bertemu dengan tembok yang dingin. Ia sudah tak bisa kemanapun.

"To-tolong... menjauh... aku mohon..." Ujarnya menangis, ketakutan benar benar menguasainya sekarang. Pria itu menatapnya dengan mata berkilat-kilat sebelum mengangkat pedangnya ke udara.

"Matilah..."

Satu ayunan pedang didepan mata Sophia, dan semuanya menggelap.

[End]

Sophia tersentak, terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran dan air mata yang mengalir deras. Sepasang iris Sapphire itu bergetar, ketakutan dan bayangan nyata dari masa lalu yang tak henti hentinya menghantuinya setiap malam, seolah terus menyalahkan dirinya atas kematian kedua orang tuannya.

Gadis itu mengusap pipinya, berniat menyeka air mata dan keringat yang masih mengalir, walaupun ternyata darahlah yang ada disana.

"Brengsek." Bisik gadis itu jengkel.

Menyibak selimutnya, Sophia bangun dari Futon yang ditidurinya sembari sedikit menguap dan meregangkan tubuh untuk mengumpulkan kesadarannya tentu saja menjadi tujuan utama.

Melirik jam yang tergantung di dinding, dengan jarum menunjuk kearah angka lima dan enam, membuatnya sedikit lega.

"Untunglah tidak terlalu pagi."

Mengambil handuk dan peralatan mandinya, Sophia berjalan melewati koridor, berniat melaksanakan ritual pagi paling sakral baginya; mandi.

Kenapa sakral? Karena agen tercinta kita ini sangat jarang bisa mandi dengan tenang tanpa telepon darurat tugas saat keramas, dobrakan pintu oleh Fire disaat yang kurang tepat ataupun ketukan pintu oleh Green yang secara kurang ajarnya 'berkunjung' ke rumahnya dengan membawa satu kompi pasukan elit pada jam 3 pagi.

Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]Where stories live. Discover now