News.

2.4K 184 17
                                    

"Jadi... ada yang bisa menjelaskan kenapa dua kapten TIM KHUSUS bisa mendarat di Jepang sekarang?"

Kondisi telah lebih kondusif, sang Masayoshi memilih untuk mengambil alih pembicaraan, meski tatapannya kepada si hacker bersuarai hijau masih setajam singa siap terjang.

Tangannya mengepal jengkel.Jujur saja, ia berusaha tidak melempar stun gun di tangan kanannya kepada sang pemilik marga Michaelis yang duduk di seberangnya sekarang.

(Andai Sophia tahu kalau saja tidak ada kedua kapten dan punya harga diri, ia pasti sudah kabur dari tempatnya sekarang.

Lagipula, ia sama sekali tak berminat cari gara-gara pada si Surai laut yang bahkan sudah diwanti-wanti oleh sang kapten sendiri saat awal masuk secara pribadi.

"Kecuali kau punya keinginan untuk setor nyawa, maka jangan ganggu bocah itu kala wajahnya tertekuk. Itu sama saja dengan mengorek hidung naga yang sedang tidur. Cari mati."

Itulah penjelasan singkat dari sang kapten yang terhormat. Dan Green masih sayang dengan nyawanya, ngomong-ngomong.)

Jiyūho menepuk pundak adiknya pelan, mengisyaratkan untuk menjelaskan kejadian tempo hari. Tak termasuk memori saat pengawasan survival test bersama sang senior, tentu saja.

"Kenapa aku?" Sedikit menggoda sang kakak, Kyuugo mendapat sikutan di perut tanpa belas kasihan.

"Lakukan."

"Bagaimana kalau tidak~?" Dengan sebuah tarikan senyuman menyembalkan dari Kyuugo, mood Jiyūho akhirnya kembali jatuh entah untuk keberapa kalinya.

Aura hitam menyebar, Sophia dan Verde menggeser tubuh agak jauh dari koordinat awal.

Sementara Sophia nampak was-was dengan kedua makhluk serupa namun tak sama(?) yang tengah berseteru menegangkan, Verde hanya bisa mengatupkan tangan putus asa. Dalam hati bertanya kepada yang maha kuasa sebesar apa dosanya, sampai dikelilingi oleh makhluk ganas macam mereka.

Ia pernah merasakan atmosfer medan perang ketika si kembar Hitachi ini disatukan dalam satu ruangan, lengkap dengan aliran listrik tak kasat mata yang menciutkan nyali siapa saja. Mungkin keberadaan sang Masayoshi bisa menjadi penengah, atau mungkin malah memperkeruh suasana.

Entahlah. Ia tak mau angkat suara. Takut kepalanya terpisah dari badan kalau salah bicara.

Sepuluh detik...

Lima belas detik...

Dua puluh detik...

Satu menit...

Sepuluh menit...

Cukup sudah, ia mulai muak.

Sophia akhirnya membelah atmosfer hening dengan berdehem pelan, bosan melihat keduanya saling bertatap-tatapan dan membuang waktunya yang berhaga. (Lagipula, bagaimana mereka bisa saling tatap selama itu tanpa berkedip?!) Jujur saja, kepalanya mulai sedikit berdenyut sakit semenjak lima menit yang lalu.

"Uhm. Maaf mengganggu kalian, tapi bisa kita kembali ke topik?"

Aura hitam mulai hilang, kedua pemilik marga Hitachi sama-sama sadar diri dan menyimpan acara tatap-tatapan mereka untuk dilakukan lagi kapan-kapan.

"Kemarin malam, aku dihubungi oleh Golden. Ia sepertinya sudah mengakui pengkhianatan yang ia lakukan."

Suasana menjadi cukup hening. Tak ada yang berniat memotong penjelasan sang Hitachi beriris Azure. Selain ini memang hal yang sangat penting, seluruh manusia disana masih sayang nyawa tentu saja.

Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang