Who?

3.2K 256 10
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul setengah empat sore saat Sophia keluar dari kantor kepolisian Akita.

Menenteng sebuah tas kecil pemberian Homuro, gadis itu menyusuri jalan dengan tatapan kosong. Meski nampak hanya mengkhayal tak berguna, sesungguhnya ia tengah berpikir keras.

Mengaduk aduk isi otak, Sophia mencoba merumuskan jalan keluar dari kasus sial yang sedang ditanganinya.

Namun sayang, kali ini hal itu tak juga membuahkan hasil. Semua informasi yang ada dirasanya belum cukup untuk menuntaskan kasus. Semua solusi yang didapatkannya hanya memecahkan bisa setengah dari kasus, itupun ia juga masih ragu.

Pasrah, gadis itu mendongak ke atas, mempertemukan iris sedalam samudera dengan sinar jingga sang penguasa siang yang mulai bersemu jingga.

"Sialan." Umpatnya frustasi.

Suhu udara yang semakin turun membuatnya menaikkan syal merahnya sampai hidung, sadar diri akan kondisi dirinya yang harus selalu fit setidaknya sampai sebulan kedepan.

"Tau begini aku akan membawa pakaian ganti." Keluhnya kembali.

Iapun terus melangkah mengikuti kakinya berlabuh. Homuro memang telah memberinya uang untuk menyewa tempat menginap, tapi entah kenapa sepanjang jalan ini ia tak melihat satupun penginapan.

Demi apapun, ia butuh pelampiasan stress sekarang juga. Benda mati ataupun berandal kelas teri, ia tak keberatan memilih.

Ketika suara ribut masuk ke gendang telinganya, Sophia baru tersadar ia telah keluar dari jalan besar yang barusan dilaluinya.

Suara itu samar samar seperti sebuah perkelahian. Suara bising dari benda benda yang terkena dampak menambah riuh suasana, ditambah fakta mengejutkan bahwa tak ada satupun warga yang keluar untuk sekedar melihat kejadian.

Penasaran, ia menghampiri tempat tersebut. Berniat menonton atau mungkin melerai jika bisa. Namun pemandangan selanjutnya membuatnya tak berminat mengikutinya lagi.

Disana, seorang pemuda berambut coklat muda tanpa belas kasihan oleh empat orang bocah berandal. Ia berusaha melawan, namun karena kalah jumlah ia tak bisa apa apa.

Ada lima orang disana sebenarnya, tapi sepertinya yang satu hanya ingin menonton dan mengawasi suasana.

"Hoi. Siapa disana?"

Langkah kaki gadis itu terhenti. Menoleh dengan wajah tanpa dosa kearah si pengawas yang melototinya tajam, seolah ingin menyeretnya juga.

"Hanya orang tersesat. Aku tidak berminat mencampuri urusan kalian, jadi aku pergi."

Grep!

Sophia terhenti saat pemuda itu mencengkeram tangannya kuat, tak mengizinkan si surai keunguan untuk meninggalkan tempat.

"Kau tidak akan kemana mana."

Tanpa ba-bi-bu, ia mendorong Sophia ke dinding terdekat, mengunci ruang gerak gadis bersurai panjang itu dengan serigai aneh diwajahnya.

"Lepaskan aku." Titah Sophia tanpa ragu,menatap pemuda itu intens.

Safir beradu dengan madu, pemuda itu tak segan memajukan tubuh, menghimpit tubuh mungil didepannya.

"Kau memaksaku? Kau tak tau siapa aku ya, hm?"

Sophia masih menatap datar, tak berminat menjawab. Mood-nya terus turun seiring dengan naiknya hasrat membunuh siapapun di depannya. Satu godaan lagi dan pertahanannya akan runtuh.

"Aku tidak perduli. Lepas." Titahnya sekali lagi, masih diambang kesabaran yang nyaris putus.

"Bagaimana kalau tidak?" Goda pemuda itu, menyerigai.

Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]Where stories live. Discover now