Sick.

2.6K 204 9
                                    

Seminggu yang lalu, tepat sehari setelah ia menyampaikan bukti-bukti kepada Homuro, ia akhirnya diizinkan kembali ke Tokyo. Kalau asumsinya benar sih, sepertinya ia dan Mizutani dipulangkan karena masa liburan sudah habis dan mulai masuk hari sekolah.

Untuk itu, di perjalanan pulang ia sudah menyusun jadwal kegiatan untuk hari esok bak manager perusahaan kelas atas, kemudian tersenyum sendiri ala gadis labil yang merasa telah dinotis oleh sang senpai idola.

Tapi pagi ini, ketika jam telah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit, gadis bersurai purple-blue itu masih terbaring dikasurnya dengan nafas tersengal, ditemani kompres penurun panas yang setia bertengger di kening.

Sophia mengerang.

Semua rencana yang telah matang dipersiapkan tentu saja kandas tanpa sisa ketika termometer disebelahnya baru saja menunjukkan angka 39,6 derajat celcius. Belum lagi seluruh tubuhnya terasa pegal luar biasa, padahal tak ada pekerjaan berlebihan dari kemarin.

"Sophia. Buburnya mau kubawa masuk?" Kagami memunculkan kepalanya sedikit dibalik pintu kamar sang sepupu, raut khawatir tak lepas dari wajah Si Harimau liar.

"Taruh saja meja makan..."

"Oke."

Sophia merasakan tenggorokannya panas dan perih.

Kagami masuk lagi.

"Kau yakin akan baik-baik saja? Aku bisa izin kepada pelatih kau tau." Kagami duduk di tepi ranjang sang Masayoshi, mengelus rambut sepupunya pelan.

"Ya... Setelah masuk nanti, aku akan minta pelatih mengganti absenmu dua kali lipat." Sophia mengancam sakras, namun kembali terbatuk pelan karena tenggorokannya kering.

Kagami menghela nafas, mengacak surai gadis itu pelan.

"Alright Alright, I'm out now."

"Take care."

Kagami keluar dari kamar. Tak lama, Sophia mendengar suara pintu depan ditutup, pertanda Taiga sudah berangkat ke sekolah.

"Ugh..."

Gadis itu beranjak dari kasur. Rasa dingin langsung menyergap kulit, membuatnya menggigil dan menyambar sembarang jaket yang tergantung di dekatnya.

"Ck. Aku tidak boleh manja."

Melangkah ke ruang makan terasa beberapa meter lebih jauh. Sophia hanya bisa bernafas lega ketika menemukan mangkok bubur yang dimaksud.

Sebuah bubur hangat dengan asap masih mengepul. Harum nasi dan telur masuk dalam indera penciumannya, membuat perutnya ikut bersuara.

Ah. Disaat-saat seperti ini, Taiga sangat bisa diandalkan.

Mengangkat sendok, gadis itu meniup makanannya pelan agar lebih dingin.

Drrrt!

Terkutuklah manusia hina yang menelpon di saat-saat seperti ini. Setengah niat gadis itu mengangkat telepon, bersumpah dalam hati kalau telepon ini dari operator, ia akan meminta seseorang dari agensi untuk meledakkan kantor pusatnya segera.

"Moshi-moshi?"

"Password?"

"Nothing."

Tepat setelahnya password dikonfirmasi, suara kasak kusuk serta dengungan memekakkan telinga terdengar. Sophia menjauhkan telepon genggamnya dengan wajah badmood.

"Hello-"

"SEAAAAAAAAAA"

Sophia benar-benar membanting benda elektronik itu di meja makan, setengah kaget oleh suara ultrasonik yang membuat telinga berdengung mendadak.

Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]Where stories live. Discover now