9

94.9K 4.6K 23
                                    

Update lagi^^
Ini udah lebih banyak yaa,  hampir seribu kata. 
Jadi, jangan lupa vote dan coment.  😄
Selamat membaca. ..
Sorry for typo. 
Ini nulis dari hp nya Leo.  Eh?  😂
----

"Muka mu pucat Le,"ucap Angela saat mereka duduk didalam bis.

Leo tak menjawab, disandarkan kepalanya dipundak Angela. Memang kepala Leo berdenyut sejak tadi, namun dia tetap ingin mengantar Angela bekerja.

"Seharusnya kamu tidak memaksakan diri mengantarku tadi."

Leo memejamkan matanya berharap sakit dikepalanya mereda namun didalam bus ini begitu ramai yang membuatnya semakin pusing.

"Kita turun disini saja ya Ngel?"

Setelah berbicara pada kondektur, Leo dan Angela akhirnya dapat turun dari bus walau bukan ditempat pemberhentian.

Tanpa banyak kata, Leo menarik Angela masuk kedalam taksi yang kebetulan penumpang yang diantarnya baru saja turun.

"Kita mau kemana Le?"Angela bertanya bingung.

"Kawasan kejora pak,"Leo berkata pada supir taksi dengan nada serak.

Kepalanya semakin berdenyut kencang.

Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.

Angela yang menyadari hal tersebut memekik panik.

***

Sudah tiga puluh menit Angela merawat Leo namun tidak kunjung ada perubahan pada diri Leo.

Angela ingin menangis rasanya. Dia seperti tidak berguna. Saat bersamanya dulu Leo tidak pernah sekalipun pernah sakit. Jadi melihat Leo sakit sekarang benar-benar membuatnya khawatir.

"Jangan khawatir Angel,"ucap Leo dengan suara serak.

"Aku tidak apa-apa,"sambung Leo menenangkan.

Angela masih menatap Leo dengan khawatir, segera Angela mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor. Setelah meminta tolong orang tersebut dan menyuruhnya ketempat Leo dengan berbekal alamat yang diucapkan Leo pada supir taksi tadi.

***

"Sepertinya Leo sedang mengalami kejadian berat sehingga dia tertekan seperti itu,"ucap Bram pada Angela setelah dirinya memeriksa keadaan Leo.

"Demam tinggi dan rasa pusing dikepalanya karena rasa terkejut yang tubuhnya sendiripun tidak kuat untuk menahannya. Leo bukan orang yang mudah sakit. Jadi Angela, bagaimana bisa dia berakhir dengan keadaan seperti ini?"

Angela tak menjawab pertanyaan Bram.

Angela masih tertegun dengan penjelasan Bram tentang alasan sakitnya Leo.

Tertekan?

Shock?

Apa Leo tertekan mengetahui anak-anak mereka masih ada didunia ini?

"Angela, aku akan menebus obat untuk Leo,"suara Bram menyentakkan ke alam sadar.

Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan waktu sekolah anaknya telah berakhir.

"Bram,"panggil Angela pada Bram yang masih akan menekan handle pintu.

"Bisa aku meminta bantuanmu?"

***

Disinilah Bram, didepan sebuah playgroup yang diberitahukan Angela padanya.  Dia menatap sekeliling sekali-kali menatap sebuah foto anak kecil diponselnya. 

"Ah,  itu mereka,"Bram berucap pelan. 
Bram berjalan cepat kearah kedua balita yang baru saja keluar dari dalam kelas.  Setelah berada didekat kedua balita tersebut dia bertanya dengan ragu.
"Ian dan Ana bukan?"
Bram tidak mendapat jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.
"Om disuruh mama kalian buat menjemput kalian,"Bram mulai menjelaskan tujuannya.

Bram melongo dengan bodohnya ketika kedua balita didepannya malah berjalan menjauhinya. 
Dia diacuhkan,oleh anak kecil. 

Dia mengambil handphone-nya lalu menghubungi Angela.
"Kamu pasti sedang bercanda denganku tentang kedua anak ini kan?"tanya Bram sebal. 

"Aku tidak bercanda,  mereka adalah anakku."

"Kamu harus tahu apa yang terjadi disini.  Aku diabaikan dan ditatap seakan aku ini hanya orang gila yang berbicara pada mereka," Bram mengoceh sebal. 

"Bram,  coba kamu berikan telponmu pada salah satu dari mereka."

Bram menghampiri Ana yang sedang memainkan ayunan dan memberi Ana handphonenya.

Bram menarik kembali tangannya saat Ana melotot tajam kearahnya.  Anak ini mengingatkannya pada Leo yang membuat Bram merinding.

Lalu Bram menghampiri Ian dan memberikan handphonenya yang langsung diambil oleh anak itu setelah Bram memberi tahu kalau itu dari sang mama.

Ian memberikan handphone Bram dan berjalan menuju Ana.  Lalu setelah melihat Ana mengangguk, keduanya berjalan kembali kearah Bram. 

"Maaf ya om.  Ian tidak tahu kalau om teman mama," ucap Ian sopan.

Bram menatap Ana yang masih acuh tak acuh padanya lalu menghendikan bahu tak peduli. 
"ayo, kemobil."

***

Setelah dari apotik,  Bram mengarahkan mobilnya kearah rumah Leo.

Ian yang menyadari bahwa ini bukan jalan pulang kerumahnya pun bertanya "Om mau bawa kita kemana? "

"Ketempat mama kalian berada.  Jadi duduklah dengan tenang."

Setelah sampai didepan rumah besar yang dikontrak Leo,  Bram dan kedua anak tersebut masuk kedalam rumah.
***
Angela masih sibuk mengganti kompresan didahi Leo saat Bram dan anak-anak datang.

"Dia belum sadar?" tanya Bram pada Angela yang dijawab dengan gelengan. 

"Ian dan Ana pakai seragam dulu ya?  Mama tidak bawa baju ganti soalnya," Angela berucap seraya berjalan pelan kearah kedua anaknya. 

"Angel.." suara erangan terdengar dari bibir Leo. 

Bram beralih kesamping Leo dan memeriksa Leo kembali. 
"wake up Le, Angel-mu disini,  dia bersama mu sekarang,"

Bram melihat mata leo membuka perlahan. 

"Sekalinya sakit, kau benar-benar menyusahkan bro," canda Bram yang membuat Leo tersenyum kecil.

"Om sakit?" suara Ana yang tiba-tiba berada disampingnya membuat Leo tersentak kaget.

"Ya,  hanya sedikit deman.  Kemarilah,  naiklah keranjang," pinta Leo pelan pada Ana. 

Ana dengan segera naik keatas ranjang dan tiduran disebelah Leo.  Angela yang melihatnya hanya diam,  tak berani menegur. 

"Bram, thanks for your time.  But,  Bisa tolong tinggalkan kami?"

Bram yang mengerti keadaan memutuskan untuk pamit pulang.  Dia tidak akan ikut campur dalam pertunjukkan drama yang mungkin akan tercipta.

***

Leo duduk bersandar pada ranjang.  Pusing dikepalanya sudah jauh lebih baik.

"Angel,  can I tell them if  they are mine?"

Angela menatap Leo ragu. 

"We are yours?" Ian menanggapi ucapan Leo. 

"mam,  apa yang dimaksud om ini mengatakan kami adalah miliknya?" Ian bertanya pada Angela. 

Leo yang masih terkejut bahwa Ian mengerti pembicaraannya dengan Angela akhirnya menyadari bahwa Ian diumurnya yang dini ini mengerti bahasa yang dia ucapkan. 

Leo menatap Angela perlahan, mereka saling menatap sebelum Angela mengangguk. 
Entah Anggukan bahwa Ian bisa berbahasa inggris atau menyetujui untuk memberitahu kedua anaknya bahwa Leo adalah papa mereka. 

---
TBC




Our FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang