16

58.5K 3.2K 10
                                    

Selamat malam,
Selamat membaca :)
Jangan lupa vote dan comment😊

***

Setelah menidurkan anak-anaknya Angela teringat bahwa gelas dikamar Leo kosong.

Dia berencana akan mengambil gelas minuman baru dan mengisinya.

Angela menuruni tangga namun berhenti ketika mendengar suara Leo dan tante Rasti, mama Leo.

"Layla?"

Samar-samar Angela mendengar suara Leo menyebut nama perempuan. Dia semakin mendekat kearah dapur untuk mendengar lebih jelas.

Bukan bermaksud untuk menguping. Entahlah, firasatnya menyuruh dirinya untuk diam dan mendengarkan.

"Benar, dan kamu sudah menyetujui pertunangan itu."

Pertunangan?

Angela mengernyitkan dahinya.

"Aku-"

"Mama juga memikirkan solusi itu Le, mama kesini ingin memberitahumu bahwa minggu depan nanti adalah hari pertunanganmu yang sudah kedua keluarga kita sepakati."

Angela menunduk, dihapusnya air mata yang turun.

"Tap-"

"Iya, mama juga tidak menyangka bahwa disini mama mempunyai cucu dan kamu pun berhasil menemukan Angela."

Lalu, apa maksud Leo mengajaknya menikah jika dirinya sendiri memiliki calon tunangan dikota lain?

Angela merasa bodoh.

Angela sangat yakin bahwa perempuan yang bernama Laila ini adalah seorang yang berpendidikan tinggi. Yang akan serasi dimata semua orang untuk bersanding dengan Leo.

Bukan seperti dirinya, hanya tamatan SMA.

"Ma, aku tidak tahu ji-"

Suara Leo kembali terdengar.

Cukup sudah. Cukup.

Dengan memberanikan diri Angela memotong ucapan Leo dengan keras.

"Lakukan pertunangan itu Le."

Angela bisa melihat bagaimana tubuh kedua manusia yang baru saja berdebat itu menegang kaku.

Angela bisa melihat tatapan tak percaya dan terkejut dari mata Leo.

Angela bisa melihat tatapan bersalah dan iba dari mama Leo.

"Angel.." suara lirih Leo terdengar bergetar.

"Lakukanlah Le, lakukan yang seharusnya kamu lakukan," ucap Angela lalu kembali menaiki tangga dengan tubuh yang bergetar.

***

Bohong jika Angela tidak sedih.  Setelah menangis semalaman, kepala Angela menjadi pusing.  Matanya berat sekali.

Tangisan Ana memaksanya untuk membuka mata walau hanya sedikit.  Angela tersenyum lirih.

"Ana mandi lalu minta tolong untuk dibuatkan sarapan ke nenek ya, " ucap Angela serak. 

"Hiks..  Mama kenapa?"

"Mama tidak papa,  mama hanya butuh tidur sayang."

Ana masih terisak.

"Ayo Ana mandi,  nanti telat sekolah.  Bangunin kak Ian juga ya," pinta Angela.

Setelah melihat Ana mengangguk dan keluar dari kamar,  Angela kembali memejamkan matanya. 

***

"Ana mau tambah nasi goreng nya?" tanya mama Leo.

Ana tak menjawab, balita cilik itu hanya diam.

"Ana kenapa?  Mama kalian mana? " tanya Leo.

Ian yang sadar tidak ada keberadaan Angela berlari meninggalkan meja makan dan naik ke kamar yang ditiduri Angela. 
"Mama tidur? "
"Kenapa mama tidurnya tidak tenang? "

Tetap tidak ada jawaban dari Angela. 

Ian berjalan mendekat.

"Mama sakit? Sebentar Ian ambil kompresan ya ma? "

"Mama jawab Ian," Ian berteriak dan menangis saat tak mendengar jawaban dari Angela. 

Anak lelaki berumur empat tahun itu berlari kebawah dengan sesegukan. 
Dia mengambil baskom dan mengisinya dengan air tanpa memperdulikan pertanyaan dari leo dan kakek-neneknya. 

Setelah selesai mengisi baskom dan mengambil sapu tangan dia berjalan dengan pelan agar air dibaskom tidak tumpah. 

"Ian, ada apa?  Kenapa kau mengambil baskom? " tanya Leo pada Ian dan mengambil alih baskom ditangan Ian.

"Hiks,  Mama nggak bangun pa, hiks."

"Mama kenapa Ian?" tanya Leo panik. 
"Mama nggak bangun pa. Ian udah panggil mama tapi nggak bangun-bangun, hiks. "

Wajah Leo memucat. 

Dia langsung berlari kekamar Angela dengan membawa baskom dan Ian yang digendongannya.  Tak dipedulikannya tangisan Ana.  Difikirannya sekarang hanya Angela. 

Ada apa dengan Angela-nya. 

Kenapa Ian mengatakan Angela tidak bangun? 

Fikiran Leo mulai tak terkendali. 

***

TBC.

Our FaultWhere stories live. Discover now