21

60K 3.1K 25
                                    

Maaf lama, lagi butuh udara segar.  Salam  dan kecup hangat dari G. bromo untuk kalian..  😘

Oh iya,  jangan lupa vote dan comment ya...😊😊

Maaf kalau ada typo.  Belum sempet edit.  😄😄
----

Angela menatap lurus pemandangan kota malang dari balkon rumah Leo.  Pikirannya bercabang kemana-mana. 
Sudah dua hari berlalu sejak Laila memutuskan menginap dirumah Leo.

Hubungan Angela dan Laila tidak mengalami kemajuan sama sekali.  Padahal sudah berulang kali Angela mencoba dekat dengan perempuan itu. 

Angela pun terpaksa mengambil absen kerja karena kepalanya berdenyut cepat.

Rumah ini terasa kosong saat sendiri.
Angela menghela napas dengan keras. 
"Kenapa dirumah? Kamu tidak bekerja?"

Suara berat Leo dan pelukan dari belakang ini membuat Angela berdiri kaku.  Dia kelu.

Angela memasang sedikit senyum dan mengelus tangan Leo yang sedang memeluknya.

"Ngel.."

"Hmm.."

"Maaf, sudah membuatmu seperti ini," ucap Leo seraya menaruh dagunya dikepala Angela.

"Seperti ini yang seperti apa?"

"Membuatmu tertekan seperti ini. Seharusnya dulu jika aku bisa menahan diriku, kamu pasti masih mengejar ilmu arsitekmu. Masih bisa berkumpul dengan keluargamu dan tentunya tidak mengurus anak seperti sekarang.  Maaf, maafkan aku," suara Leo bergetar.

Angela menghela nafas pelan sebelum memutar tubuhnya menghadap Leo.

Disentuhnya wajah Leo dengan lembut. 

"Tidak ada yang perlu disesali Le, keadaanku yang sekarang adalah takdir yang sudah ditetapkan.  Memiliki Ian dan Ana bukanlah sebuah beban, mereka itu anugerah terindah yang diberikan kepadaku."

Angela merasakan kepalanya semakin berdenyut bertambah kencang.  Matanya mulai memburam saat melihat Leo. Dia tersenyum kecil sebelum akhirnya kegelapan yang dia rasakan. 

***

Angela mengerjabkan matanya perlahan. Dia mengernyit ketika melihat kedua anaknya terisak.

"Kenapa menangis?"tanya Angela dengan serak kepada Ian dan Ana.

"Mama bangun?" tanya Ana dengan nada yang keras. 

Angela mengangguk. Dia melihat keadaan kamarnya namun tak ditemukannya sosok Leo. 

"Papa mana?" tanya Angela.

"Papa kelual sama tante La. Oh iya Ma, baju papa sama tante La kembalan," ucap Ana.

"Kembar gimana?" tanya Angela.

"Papa kan dokter Na, tante La juga. Makanya bajunya kembar,"jelas Ian sambil menatap Ana dengan tampang datar.

"Kenapa doktel pakek baju putih kak?  Sepelti pocong. Ana nggak mau jadi doktel, nanti jadi pocong. Ana kan takut."

Angela tertawa pelan sebelum mengelus rambut Ian pelan untuk mengalah pada sang adik. Bagaimana pun kapasitas otak Ana tidak secerdas Ian. 

***

"Mas Leo anter Ian sama Ana pulang saja. Biar Laila yang jaga Angela."

Leo menatap Angela dengan pandangan bertanya.  Dia merasa ragu pada Laila.

"Aku dokter mas, aku tidak mungkin membunuh pasien," laila kembali berbicara.

Sebelum Leo berbicara untuk menanggapi Laila, Angela terlebih dahulu mengangguk menyetujui bahwa dia ingin Laila yang menjaganya.

***

Suasana kamar rawat VIP ini begitu senyap.  Angela memilih menutup mulutnya rapat.  Dia tidak mau mengulang bagaimana sinisnya suara Laila saat menjawab sapaan darinya. 

Andai ponsel Angela berada disini mungkin keadaan tak akan sesepi ini.  Dia bisa menghubungi Ita, Bram atau beberapa temannya yang lain. 

"Angela."

Angela menoleh ketika Laila menyebutkan namanya. 

"Iya kak?"

"Gue suka Leo udah lama banget.  Gue nggak berani ungkapin karena gue takut dia ngejauh. Gue bahagia banget waktu papa-mama gue bilang rencana untuk ngejodohin gue sama Leo.  Gue sampai nggak bisa tidur malamnya waktu pertemuan kedua keluarga.  Dan dalam satu malam itu,  Gue hancur sehancurnya waktu Leo bilang kalau dia udah punya anak.  Bukan hanya itu,  dia bilang kalau dia mencintai ibu dari anak-anaknya.  Gue marah,  seumur hidup baru pertama kali gue dinomor dua in.  Gue jadi penasaran sama lu.  Dan seperti yang lu liat,  sekarang gue berada disini,"ucap Laila santai namun Angela bisa melihat air mata dikedua pipi wanita tersebut.

Angela tak tahu harus menanggapi bagaimana ucapan Laila.

"Gue beneran cinta kedia dan bagian menyedikan dari cinta gue adalah bahwa orang yang gue cintai hanya anggap gue sebagai adik," suara Laila terdengar kembali.

"Kakak itu cantik, pintar dan mempunyai latar belakang keluarga yang hebat.  Laki-laki pasti banyak yang mengantri. Satu-satunya kesalahanmu adalah selalu menatap Leo. Cobalah untuk menatap yang lain,  yang sudah menunggumu saat kamu berbalik badan dari Leo.  Dia ada,  dia orang yang selalu siap untuk menuntun kakak kembali pulang."

"Maaf jika Angela berkata seperti ini,  tapi kak,  disini bukan tempat kakak. Kakak harus segera pulang, rumah kakak yang sebenarnya pasti sedang menunggu kakak dengan cemas."

Home is not a place,  its a feeling...

-----

TBC

***

Our FaultWhere stories live. Discover now