19

59.8K 3.2K 7
                                    

Selamat membaca 😊😄
504 kata untuk hari ini...
Mumpung ada waktu istirahat bimbel..

Tinggalkan jejak sebelum membaca biar aku semakin semangat melanjutkan..  Hehe 😅
-----

Malang.

Angela mengetuk meja kafe dengan pelan, dia sedang menunggu waktu untuk tampil bermain piano.

Didepannya ada Ana yang berwajah datar dan Ian yang tak terlihat semangat.  Mereka kompak mendiami Angela.

"Hay Ian dan Ana," ucap Ita.

(teman kerja Angela, cek chapter 3 kalau lupa)  :)

"Wah,  lagi kompak sariawan ya?"
Ita merengut sambil menatap Angela dengan pandangan bertanya. 

"Mereka sedang ngambek Ta, jadi lu temenin aja mereka. Gue mau siap-siap untuk tampil," ucap Angela lalu berdiri dari duduknya. 

"Ian,  Ana, mama tampil dulu.  Kita bicarakan ini dirumah nanti."

Ita terdiam mendengar Angela berkata dengan tegas pada kedua anaknya.  Ia tahu ada sesuatu yang sedang terjadi dan itu bukan masalah kecil. 

Dielusnya rambut Ana dan tersenyum kecil. 
"Jadi,  apa kalian mau tambah es krim lagi?" tanya Ita namun disambut gelengan oleh keduanya. 

"Jadi kalian mau apa? " tawar Ita dengan sabar.  Menghadapi anak kecil yang sedang merajuk lebih susah dibandingkan dengan soal matematika. Dia tidak ahli dalam hal parenting.

"Ana kangen papa. "

"Ian juga. "

Dan jawaban kedua anak tersebut membuat Ita meringis pelan.  Dalam hati Ita berkata "Gue juga nggak tau dimana bokap kalian."

***

"Mama nggak suka kalian diemin mama seperti ini," ucap Angela seraya menatap kedua anaknya bergantian.
Namun kedua anaknya masih bungkam. 

"Okey, gimana kalau kita telfon papa aja?"

Ana menatap Angela pelan sebelum mengangguk. 

Angela mengeluarkan ponselnya dan mengutak-atiknya pelan sebelum diserahkan pada Ana. 
****

Jakarta. 

Leo baru saja selesai mandi ketika mendengar ponselnya berbunyi.  Dia tersenyum kecil melihat Angela yang menelpon.  Rencanya dia akan kembali kemalang besok pagi. 

"Halo, " sapa Leo. 

"Papa, I miss you. "

Suara Ana yang terisak membuatnya terenyuh.  Selama diJakarta dia memang belum sempat menghubungi Angela karena setelah pembatalan pertunangan tersebut Laila malah lebih giat mengganggunya setiap hari.  Mengebom ponselnya setiap menit. 

"Papa miss you too," ucap Leo.

"Papa pulang, Ana kangen.  Kak Ian juga..."
Rengekan putrinya diseberang telpon membuat Leo bimbang. 

"Papa pulang,  sekarang."

***

Satu setengah jam didalam pesawat membuat bokong Leo sakit karena dengan sangat terpaksa Leo mengiyakan kelas ekonomi saat agen tiket berkata hanya tersisa satu tiket yang baru saja dibatalkan oleh penumpang yang sudah memesan. 

Dan disinilah Leo, didepan rumah kontrakannya. Tanpa koper dan barang bawaan.  Hanya ponsel dan dompet yang dia bawa. 

Sudah pukul 10 malam dan dia ragu untuk mengetuk pintu. 
Leo takut menganggu Angela dan anak-anaknya yang sedang tidur. 

Namun Leo mengernyit ketika mendengar Angela yang berteriak meminta Ana dan Ian untuk makan.  Lebih tepatnya teriakan frustasi. 

Tanpa ragu Leo mengetuk pintu rumah tersebut.

Dia mengutuk dirinya dalam hati kenapa dulu dia tidak membawa kunci cadangan rumah ini saat Angela lama membuka pintu. 

"Angel," teriak Leo seraya mengetuk pintu rumah.

Tak lama setelah teriakannya tersebut pintu tersebut terbuka dan Ana yang meloncat memeluknya. 

Dia membawa Ana masuk dan melihat Angela yang menatapnya datar. 

Ian mendekati Leo,  meminta gendong seperti Ana.  Leo membawa kedua anaknya ke meja makan dan menyuruh keduanya untuk makan malam. 

***

"Angel, kenapa kau berteriak seperti itu kepada anak-anak?"

Leo menghela napas kasar.  Sungguh dia sangat lelah sekarang.  Dan untuk menghadapi tiga bayi yang merajuk,  sungguh dia tak sanggup.

---

TBC

Jangan lupa vote dan coment 😊

Serius,  aku seneng banget yang baca cerita ini udah 11k.
Pingin cepetcepet update jadinya but terhalang sama waktu.
Aku lagi sibuk pakek banget.  😂

Our FaultOù les histoires vivent. Découvrez maintenant