22

59.2K 3.1K 26
                                    

Lama ya? Aku minta maaf banget.

Aku lagi sibuk les dan segala macam.

Selamat membaca.. 😊😊

Jangan lupa vote dan coment yaa 😄

#54 dalam romance. (08-09-2016)
Terima kasih sudah berkenan membaca cerita ini 😍😍

---

Angela membuka matanya pelan ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Angela melihat Laila yang masih menyibak gorden kesamping. Dia tersenyum kecil ketika Laila menatapnya.

"Pemalas," ucap Laila ketus.

Angela tidak menghiraukan ucapan Laila.

"Kak, ketaman yuk?"

"Kamu mau ketaman? Mandi dulu sana! Anak-anak lu aja tau habis bangun tidur itu mandi."

Angela pura-pura cemberut.

Setelah obrolan semalam, Angela semakin yakin bahwa sebernarnya Laila ini orang baik. Hanya saja laila kurang bisa bersikap dan sifat tidak mau kalah yang tinggi. Tidak heran, Laila adalah anak tunggal dengan keluarga berkecukupan. Apapun bisa dia dapatkan dengan mudah. Mungkin hanya Leo yang tak bisa dimilikinya, hal inilah yang menjadikan Laila begitu penasaran dengan sosok Leo. Bukan cinta yang dimiliki Laila untuk Leo, hanya sebuah ambisi bahwa Leo harus jadi miliknya. Itulah yang Angela simpulkan.

***

Angela berada ditaman rumah sakit sendirian. Setelah Laila berpamitan untuk bertugas, dirinya langsung keluar kamar dan menuju taman.

Taman rumah sakit ini sangat indah, hijau dan teduh. Air mancur besar yang berada tepat ditengah taman menambah kesan megah untuk icon rumah sakit tersebut.

Angela mematung menatap lelaki yang berada tepat berseberangan dengannya.

Lelaki bertubuh tinggi dan punggung yang tegap yang begitu dikenali Angela.

Badan Angela gemetar ketakutan.

"Bagaimana bisa dia berada disini?"

***

"Hey."

Angela terperanjat kaget ketika mendengar suara Leo.

"Hay Le, bagaimana anak-anak?" ucap Angela mencoba bersikap biasa saja.

"Mereka sempat tidak mau sekolah tapi aku berhasil membujuk mereka. Ada apa Ngel? Kenapa mukamu bertambah pucat?" tanya Leo khawatir.

Angela menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak papa Le."

"Rumah sepi tanpa kamu Ngel. Cepatlah sembuh," ucap Leo seraya mengecup pelan dahi Angela.

***

Matahari sudah semakin beranjak keatas saat Angela kembali memutuskan pergi ketaman rumah sakit. Angela hanya memastikan seseorang yang dilihatnya tadi.

Sudah 20 menit lebih dia menunggu namun sosok yang dilihatnya tadi pagi tak kunjung terlihat.

"Apa aku hanya berimajinasi melihat sosoknya?Tapi tidak mungkin, sosok itu seperti nyata pagi tadi."

Angela bergelung dengan pikirannya sendiri tanpa menyadari bahwa sosok yang dicarinya menatapnya dari kejauhan.

***

"Pa, Ana mau suapin mama, kak Ian minggil bial Ana aja,"teriakan Ana membuat Ian menutup telinganya.

"Berteriak itu tidak baik Na, liat kak Ian jadi marah kan? Ayo minta maaf. Lagian kalian bisa bergantian menyuapi mama. Nggak perlu teriak-teriak seperti itu," Angela berucap dengan nada tegas.

Ana menatap Leo dengan mata berkaca-kaca.

Leo menghela nafas sebelum membawa Ana kedalam gendongannya. Dapat dipastikan Ana akan menangis setelah ini.

"Ian suapi mama ya? Papa ajak Ana keluar dulu. Jaga mama ya sayang,"pamit Leo pada Ian.

Setelah memberi kode pada Angela, Leo keluar dari ruang inap Angela.

Setelah Leo keluar, Angela menatap Ian yang masih tak bersuara sejak tadi.

"Kenapa Ian diam saja?"

Ian tak menjawab pertanyaan Angela.
Angela mengelus lembut rambut Ian.

"Ian merasa bersalah pada Ana? " tebak Angela dan diangguki oleh Ian.

"Ian nggak mau liat Ana nangis ma. Kata mama Ian harus jaga Ana tetapi kenapa Ian selalu bikin nangis Ana?"

Dalam hati Angela tertawa. Anak lelakinya ini begitu polos walau begitu cerdas.

Belum sempat Angela menanggapi pertanyaan Ian terdengar suara pintu dibuka.

Dan Angela begitu terkejut ketika melihat siapa yang memasuki ruang rawatnya.

"Kau terkejut adik kecilku? Bukankah seharusnya aku yang lebih terkejut disini?"ucap lelaki itu dengan senyum yang tak bisa diartikan oleh Angela.

---

TBC..

Our FaultWhere stories live. Discover now