Part 3

5.6K 327 7
                                    

Hadir Kembali
.
.
.

Cahaya matahari menyelinap masuk dari sela sela gorden jendela kamar yang terbuka. Cahaya matahari itu tepat menghantam wajah Sakura yang sedang tertidur pulas di tempat tidurnya. Merasakan hangatnya cahaya matahari tersebut, Sakura pun membuka sedikit matanya. Cahaya matahari itu cukup membuat kedua matanya silau.

Sakura pun langsung bergegas bangun dan duduk di tempat tidurnya untuk menetralisir jiwanya yang masih mengambang saat bangun tidur. Matanya berusaha menelusuri sekeliling kamarnya yang cukup luas dan megah tersebut. Akan tetapi, pandangannya berhenti ke samping tempat tidurnya yang kosong.

Tujuh tahun lalu, setiap Sakura bangun tidur, pasti ada sosok pria yang menemani malamnya yang panjang. Berbagi kehidupan bersama baik suka maupun duka. Sosok pria yang menjadi ayah dari kedua buah hatinya. Sekaligus sosok pria yang telah menelantarkan mereka.

Tubuh Sakura bergetar merasakan kepedihan yang masih hinggap di dalam hatinya. Dia mendekap erat dirinya sendiri dan merunduk dalam tangisan.

Setiap hari, di kala kesendirian menghampiri dirinya di dalam kamar itu, semua memori tentang Sasuke selalu menghantui diri Sakura. Terkadang, Sakura sampai tidak bisa tidur karena terus memikirkan lelaki tidak bertanggung jawab tersebut. Air matanya bahkan sudah tidak lagi berharga bagi dirinya. Rasanya, dengan menangislah Sakura dapat menceritakan segala kesedihannya kepada Tuhan. Pernikahan yang indah, harus berakhir kandas tanpa rasa bersalah di dalam diri suaminya. Hubungan yang menggantung itulah kenangan satu satunya yang masih diberikan oleh Sasuke.

Tok tok tok

Sakura terkejut dan dengan cepat dia langsung menghapus air matanya yang sempat mengalir tersebut.

"Masuk!"

Clek

Pintu terbuka, dan masuklah Daisuke ke dalam kamarnya. Sakura tertegun sejenak melihat putra sulungnya itu mau menemui dirinya setelah kejadian kemarin di meja makan.

"Mama..."

Daisuke merunduk di depan pintu. Dia seperti malu dan ragu untuk memulai pembicaraan dengan Sakura.

Sakura pun langsung bangkit dan berjalan menghampiri putranya tersebut. "Ada apa, sayang?" tanya Sakura lembut.

Sakura mendekap putranya. Dia mengelus pucuk kepala Daisuke, memberikan sebuah kehangatan dan kenyamanan agar Daisuke merasa baik baik saja. Sakura mengerti, kondisi keluarganya memang sedang tidak baik saat ini. Dukungan dan kekuatan dari Sakura lah yang bisa diberikan kepada anak-anaknya.

"Mama, jujur saja aku kecewa padamu karena mama telah berbohong tentang papa..." ucap Daisuke mengawali pembicaraannya. Dia mencengkram ujung piyama tidurnya untuk menguatkan dirinya sendiri.

"Tapi, aku tahu jika kondisi mama sedang sulit saat itu... Aku tahu mama pasti tidak ingin aku dan Sarada kecewa dengan kondisi yang sebenarnya..." Daisuke menghentikan ucapannya. Hati kecilnya menyuruhnya menangis. Namun dia berusaha keras untuk tidak menangis.

Sakura diam memandangi wajah Daisuke, terbesit sebuah kenangan ketika Daisuke lahir ke dunia tujuh tahun lalu. Sasuke begitu senang mendapati anak pertamanya adalah laki-laki. Sasuke langsung menggendong gendong Daisuke dan menyanyikan banyak sekali lagu untuk dirinya. Saat itu, kebahagiaan hadir menyelimuti keluarga kecil tersebut.

"Ma?" Panggilan Daisuke memecah lamunan Sakura. Tak sadar, Sakura juga meneteskan air mata dari kedua iris emeraldnya yang indah.

"Are you alright, Ma?" Daisuke menyentuh pipi Sakura dan menghapus air mata sang mama dengan lembut. Sakura terharu, namun dia berusaha tersenyum dan menganggukkan kepala. "I'm alright, sweety..." Jawab Sakura singkat sambil mencium kening Daisuke.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang