Part 17

5.3K 248 12
                                    

Perasaan Kehilangan

.
.
.

Neji tiba di rumah sakit dan langsung berlari ke ruang ICU tempat Hinata sedang diperiksa. Dia membawa Boruto bersamanya. Sudah lama ini Boruto pergi menginap di rumah pamannya karena tidak tahan dengan sikap ayahnya yang keji itu.

Boruto terlihat pucat dan wajahnya juga murung. Neji pun menggendong Boruto dan dia pun memeluk pamannya dengan erat.

"Bagaimana keadaan Hinata?" Tanya Neji cemas.

"Dia sedang dalam pemeriksaan dokter. Tunggu dan bersabarlah." Jawab Itachi. Itachi mengelus kepala Boruto dengan penuh kasih. Hatinya teriris ketika melihat bocah sekecil Boruto sudah mengalami masa masa berat seperti itu. Sepintas Itachi ingat dengan Sarada.

...

Usianya pasti tidak jauh beda dengan Sarada

...

Sasuke juga merasakan kesedihan kakaknya. Dia teringat ketika dulu telah menelantarkan istri dan anak anaknya selama bertahun tahun. Kesedihan Boruto dan gambaran wajah yang murung itu mengingatkannya kepada kedua anak anaknya.

Sasuke berjalan ke arah Neji yang sedang menggendong Boruto. Dia mengeluarkan sekotak susu coklat dan memberikannya kepada Boruto. Susu coklat adalah minuman kesukaan kedua anaknya.

"Boruto, ambillah susu coklat ini." Ucap Sasuke lembut. Boruto terlihat sedikit ketakutan. Namun senyuman Sasuke seketika mengubah pemikiran dan rasa takutnya.

"Ambil saja, Boruto. Paman Sasuke itu orang yang baik." Ujar Neji sembari mencium kening keponakannya.

Boruto tersenyum dan perlahan dia pun menerima susu coklat pemberian Sasuke dan langsung meminumnya. Boruto sangat senang sekali karena Sasuke sangat baik padanya. Tidak seperti ayahnya sendiri.

"Hinata!"

Tak beberapa lama kemudian Naruto datang dengan tubuh penuh keringat karena terlalu banyak berlari. Dia membungkuk dan menahan tubuhnya yang lelah dengan menompa tangan di lutut. Semua orang disitu langsung berdiri. Sedangkan Boruto mulai terlihat ketakutan.

Melihat kedatangan Naruto, Neji menurunkan Boruto dari gendongannya dan langsung berjalan cepat menghampiri Naruto.

"Mau apa kau kesini??!!"

Neji membentak Naruto sambil mencengkram kuat kerah baju yang Naruto pakai. Dia berusaha mencekik leher Naruto. Luapan emosinya membuat dia ingin sekali membunuh pria yang telah menyakiti kehidupan adiknya.

"T-tolong le-lepaskan... Ugh... Maafkan a-aku.." ucap Naruto dengan napas yang terasa sesak.

"Setelah Hinata begini kau baru minta maaf??!!! Tidak ada gunanya!! TIDAK ADA GUNANYA!!" Neji berteriak mengeluarkan emosi yang ada di dalam jiwanya. Tangannya semakin mencekik leher Naruto hingga wajahnya menjadi pucat membiru.

Kakashi, Itachi, Kiba dan Sasuke langsung berlari memisahkan Neji dan Naruto. Neji masih mengamuk dan memaksakan diri untuk terus menyerang Naruto. Namun Kakashi bisa menahannya dengan memborgol kedua tangan Neji.

"Lepaskan!! Aku ingin membunuh pria sialan itu!! Lepaskan!!"

"Aku tidak akan melepaskannya! Lagipula ini rumah sakit! Jaga sikapmu!" Ucap Kakashi tidak kalah tegasnya.

Neji pun sadar dan dia mulai diam. Namun tatapannya tetap membunuh ketika melihat Naruto yang ada di depannya.

Naruto yang sudah merasa baikan, langsung menjatuhkan diri dan bersujud meminta maaf. Air matanya mengalir deras dan tubuhnya bergetar. Suaranya serak, bahkan terdengar hampir habis karena semua dosa yang pernah dia lakukan.

My HusbandWhere stories live. Discover now