Part 6

5.7K 274 6
                                    

Rasa Sakit
.
.
.

Sasuke tersenyum kepada Sarada saat dia mendengar anaknya menyebut dirinya dengan sebutan papa. Ada sedikit perasaan bersyukur, haru, bercampur malu ketika dia mengetahui bahwa anaknya masih mengenalinya.

"Iya, Sarada. Ini papa." Suara Sasuke terdengar bergetar, namun semua itu ditahan olehnya. Sasuke langsung mengelus pucuk rambut Sarada dan kemudian mencium kening putrinya tersebut.

Sarada diam dalam keterkejutannya. Dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan bertemu seseorang yang selama ini dia harapkan untuk berjumpa.

"Aku tidak bermimpi kan?" Sarada mencubit kedua pipinya dengan keras hingga pipinya memerah. Sasuke tertawa singkat. Dia pun menggeleng.

"Kau tidak bermimpi. Aku benar benar ayahmu."

Sasuke pun langsung memeluk kembali Sarada. Dia memeluk seolah dia tidak ingin putrinya dibawa pergi menjauh dari dirinya. Kesempatan ini bagaikan memenangkan lotre yang hanya bisa menang sekali selama bertahun tahun.

Air mata Sarada membuncah keluar dari kedua mata onyx kecilnya, Sarada tersenyum dalam tangisan kebahagiaan yang meluap dari hatinya. Dia pun membalas pelukan sang ayah tak kalah eratnya. Sarada bersyukur karena Tuhan masih mau mengabulkan salah satu doa yang selalu dia panjatkan. Dia sangat ingin bertemu ayahnya. Dia ingin mengatakan bahwa dia menyayangi ayahnya meski dia tidak pernah bertemu.

"Aku sayang padamu papa..." Ucap Sarada lirih. Isakan tangisnya begitu terasa di tubuh Sasuke karena Sarada menangis dalam dekapannya.

"Papa juga menyayangimu, kakakmu dan juga mamamu..." Balas Sasuke. suaranya sedikit serak ketika menyebutkan kata mama yang berarti itu adalah Sakura.

Sarada pun melepas pelukannya. Dia menatap wajah sang ayah yang masih tersenyum untuk dirinya.

"Papa pulang bersamaku, nii san dan mama kan?" Tanya Sarada dengan wajah penuh harap.

Sasuke pun terdiam. Dia sudah menduga bahwa Sarada pasti akan mengajaknya pulang. Sebenarnya, ingin sekali Sasuke menjawab tawaran itu dengan kata "Iya" namun rasanya bibir tertutup rapat dan enggan mengucapkan kata tersebut.

"Papa, jawab pertanyaanku. Papa pulang bersama kita kan?" Tanya Sarada sekali lagi. Dia menggoyang goyangkan tangan Sasuke, memaksa sang ayah untuk menjawab pertanyaannya dengan sebuah kata "iya"

Sasuke semakin tidak tega melihat keinginan sang anak yang begitu besar dirusak dengan sebuah penolakan halus dari dirinya. Namun, dia tidak mampu berbuat apapun. Sasuke berpikir bahwa dia memang tidak pantas menemui keluarganya lagi. Apalagi kembali tinggal bersama mereka.

Sasuke menggeleng dan membuka suara. "Tidak bisa, Sarada. Papa tidak bisa pulang ke rumah kalian."

"Kenapa?"

"Karena-"

"Karena rumahnya bukan di rumah kita, Sarada!"

Belum Sasuke selesai menjawab, Sakura memotongnya dan ternyata dia sudah berdiri tepat di belakang Sarada dengan wajah yang penuh dengan amarah dan rasa dendam yang amat sangat.

Sakura menarik tangan Sarada yang tengah berpegangan dengan Sasuke. Dia berusaha menjauhkan Sarada dari Sasuke dengan paksa.

"Lepaskan aku, ma!" Sarada memberontak dan berusaha melepas cengkraman tangan Sakura yang kuat.

"Tidak!" Bantah Sakura.

Namun Sarada tetap menolak perintah Sakura. Hal itu membuat Sakura geram.

"Sarada, dengar perkataan mama! Jangan pernah kamu berbicara dengannya!" Pintah Sakura tegas.

"Tapi kenapa? Dia papaku, ma."

My HusbandWhere stories live. Discover now