Part 4

5.9K 335 6
                                    

Tangisan yang Tidak Pernah Berhenti

.

.

.


Sakura jatuh terduduk di lantai. Seluruh tubuhnya masih bergetar tidak percaya melihat siapa orang yang dia temui di depannya. Naruto pun langsung membantu Sakura untuk berdiri. Namun, pandangan mata Sakura masih menatap nanar entah kemana karena mengalami tekanan yang amat sangat menyiksa dirinya.

"Sakura..." Pria yang ternyata bernama Sasuke itu adalah pria yang tadi masuk ke kafe bersama seorang wanita berambut merah. Wajah Sasuke terlihat terkejut sekaligus tidak percaya melihat sosok istri yang telah lama dia tinggalkan hadir kembali di depan matanya.

Sasuke berusaha membantu Naruto membangunkan Sakura yang terjatuh lemas tadi. Namun, tangannya ditepis oleh Sakura begitu dia sadar bahwa Sasuke menyentuh lengan atasnya.

"JANGAN COBA COBA MENYENTUHKU!" bentak Sakura yang membuat seisi pengunjung kafe menatap ke arahnya dengan wajah takut dan penasaran.

Sakura pun tidak bisa membendung emosinya yang tiba-tiba saja meledak keluar dari hatinya. Air matanya pun juga tidak mampu berhenti mengalir saat setelah dia melihat sosok pria yang sangat dia tidak sukai kehadirannya.

"Sakura, aku hanya ingin-"

"Tutup mulutmu! Sekali lagi, aku tidak ingin mendengar kau bicara padaku!"

Sakura mengepalkan tangan tinju di hadapan Sasuke. Terlihat jelas bahwa Sakura benar-benar sangat marah. Tangannya bergetar hebat karena tidak mampu membuang semua beban yang masih bersarang di jiwanya.

Sasuke terdiam. Dia begitu tidak percaya melihat Sakura yang sangat membencinya. Sosok perempuan yang dulu sangat mencintainya, kini berubah dan menganggapnya seperti seorang musuh terlaknat di dalam hidupnya.

Naruto yang sedaritadi menopang tubuh Sakura, hanya bisa mengelus lengan Sakura. Dia tahu bahwa saat ini emosi Sakura sedang tidak stabil. Dia tidak ingin membuat kondisi Sakura semakin buruk jika terus menerus berdiri di tempat tersebut.

"Ayo kita pergi, Sakura..." bisik Naruto di telinga Sakura. Sakura masih menatap benci Sasuke. Naruto pun menganggap diamnya Sakura adalah persetujuan baginya. Naruto pun langsung membawa Sakura keluar dari kafe tersebut, meninggalkan Sasuke yang hanya bisa berdiri kaku melihat kenyataan pahit bahwa sang istri membencinya.

Namun, entah mengapa Sasuke merasa dia harus mengejar Sakura. Hati kecilnya mengatakan betapa rindu dirinya kepada istri yang belum seutuhnya diceraikan oleh dirinya. Namun, pergolakan batin membuat dia tertahan cukup lama di dalam kafe, hingga akhirnya dia pun berlari keluar menyusul Naruto dan Sakura yang sudah berada di parkiran mobil.

"Naruto, tunggu!" teriak Sasuke ketika melihat Naruto hendak ingin masuk ke dalam mobilnya. Naruto pun berhenti dan melihat Sasuke berlari ke arahnya. Wajah Naruto terlihat cukup kesal. Mengingat betapa jahatnya Sasuke kepada Sakura dan kedua anak anak mereka.

"Kau mau apa?!" tanya Naruto dengan nada ketus.

Sasuke berusaha mengatur napasnya. Dia tahu, apa yang dia perbuat itu adalah sebuah kesalahan. Dia seharusnya malu untuk mengejar Sakura. Namun, tidak! Dia harus mengejarnya.

"Aku ingin bicara kepada Sakura." Ucap Sasuke. Wajahnya nampak sangat serius dan tidak main-main.

"Aku tidak bisa." Jawab Naruto singkat.

"Kenapa? Dia istriku... Aku-"

"Haha.. Istrimu? Apa aku tidak salah dengar?"

Naruto menyilangkan kedua tangannya di dada sambil tertawa sinis mendengar ucapan yang keluar dari mulut Sasuke.

My HusbandWhere stories live. Discover now