Part 18

5.5K 238 11
                                    

Oyasumi

.
.
.

Kemarin aku telah melakukan sebuah kesalahan yang besar.

Aku telah membuat anak dan istriku terluka, hingga mungkin tidak ada lagi obat penyembuh bagi mereka.

Namun, bahkan hari ini... Mereka berdiri di hadapanku dengan sebuah senyuman.

Padahal, aku tidak pantas mendapatkan senyuman dari mereka lagi.

.
.
.

"Naruto, aku membawakanmu ramen kesukaanmu, loh." Hinata memberikan sebungkus ramen siap makan kepada Naruto.

"Ah.. Emm... Terima kasih..." Naruto menerimanya dengan malu-malu.

"Huh? Kamu kenapa, Naruto? Kamu tidak suka ramen?" Tanya Hinata.

"Bukan itu. Aku suka." Balas Naruto gugup.

"Lalu? Mengapa kau murung begitu?"

"Hinata."

"Hm?"

"Mengapa kau masih baik kepadaku?" Suara Naruto terdengar serak ketika menanyakan hal itu kepada Hinata.

Hinata diam. Dia menatap ke arah wajah suaminya yang tiba-tiba menjadi polos seperti itu. Dia pun kemudian menggenggam kedua telapak tangan Naruto dengan erat sambil memandang wajah suaminya itu dengan penuh keyakinan.

"Karena aku adalah istrimu. Aku mencintaimu meski kau telah menggoreskan kenangan kelam bagiku. Aku tetap mencintaimu." Ujar Hinata.

"Maafkan aku, Hinata... Gara-gara aku, anak kita... Kau... Kehilangan..." Naruto terlihat sangat bingung sehingga kalimatnya tidak beraturan.

Namun, Hinata hanya menutup mulut sang suami lalu tersenyum ke arahnya.

"Kau tidak perlu meminta maaf. Ini bukan salahmu. Mengerti?"

Naruto terdiam mendengar jawaban Hinata. Naruto menghela napas panjang sebelum akhirnya dia pun tersenyum untuk Hinata.

Mengapa ada wanita yang bisa berdiri tegar setelah apa yang dia lalui... Mengapa ada wanita yang masih mampu tersenyum setelah dia mengalami kehilangan yang amat sangat di kehidupannya...

Air matanya mengalir. Air mata penyesalan, rasa malu, dan haru menjadi satu. Dia pun langsung bangkit dan langsung memeluk Hinata dengan erat.

"Arigatou, Hinata..."

.
.
.

"Naruto, emm... anu..."

"Ada apa, sayang? Mau bilang apa?"

Ucapan Naruto membuat wajah Hinata merona merah seperti tomat rebus.

Sudah lama sekali semenjak kejadian itu, Naruto tidak pernah memanggilnya dengan kata sayang. Hingga hari ini, kata itu kembali terucap dan membuat jantungnya berdegup cepat, hatinya pun terasa hangat.

"Begini... Seminggu lagi Sakura akan menikah dengan Sasuke. Aku ingin mengajakmu ke acara upacara pernikahan mereka. Kamu ikut ya." Ujar Hinata berusaha mengajak suaminya itu.

Naruto memalingkan pandangannya dan wajahnya terlihat ragu-ragu.

"Tapi kan aku sedang dalam tahanan. Aku tidak bisa ikut..." balasnya. Terdengar nada kecewa dalam intonasi suaranya.

"Aku bisa meminta izin Kakashi. Lagipula, dia ikut hadir di sana. Aku yakin, kau pasti diperbolehkan datang." Ucap Hinata.

Naruto terdiam. Dia masih terlihat tidak yakin.

My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang