2. Is it the first one ?

24.4K 1K 10
                                    

“Sial !” Gerutu pemuda tampan ini sambil memukul keras setir mobilnya. Disaat genting seperti ini kenapa ban mobilnya harus bocor ?! Kemudian ia membuka pintu bagasi untuk mengambil dongkrak dan ban serep. Namun, sedetik setelah pintu bagasi terbuka ia menepuk keningnya dengan genggaman tangannya. Ia lupa kalau ban serep yang biasanya ia bawa belum di ambil dari bengkel langganannya.

Lebih sialnya lagi ia lupa membawa ponsel. “Astaga ! Kenapa hari ini gue berasa sial banget !”

Tiba-tiba saja dari arah belakang, seseorang menubruknya tanpa ampun. Membuatnya hampir saja terjengkang masuk ke dalam bagasi mobil. Dengan sigap ia berbalik dan menatap tajam orang yang ternyata seorang gadis berjilbab dengan ekspresi ketakutan dan wajah pucat.

“Bego banget sih lo ! Nggak punya mata ya ?!” Ia menatap gadis dihadapannya ini dengan eskpresi bingung. Tatapan gadis ini semakin menyiratkan  ketakutan. Entah mengapa tatapan itu menimbulkan desakan dari dalam dirinya untuk berhenti menyalahkan gadis manis didepannya itu. “Kenapa lo?”

“Anu… itu… Bisa tolongin saya nggak, Mas ? Saya lagi dikejar-kejar sama orang gila. Orang gilanya marah-marah.” Ujarnya dengan suara parau. Kemudian gadis itu menoleh ke belakang untuk memperiksa keadaan. Sontak ia terlonjak dan langsung membalikkan badan ketika mendapati seorang dengan pakaian compang-camping tengah berlari ke arahnya. “Tolongin saya, please. Saya bener-bener takut sama orang gila. Tolongin saya, Mas.” Lanjutnya dengan air mata yang sudah meleleh sambil sesekali menoleh ke belakang.

Dengan gerakan cepat, ia menutup pintu bagasi dan menuntun gadis manis itu ke mobilnya. Menyuruhnya untuk masuk. Kemudian ia membuka pintu kemudi dan duduk sambil menghela nafas kasar. Ia merasa hari ini adalah hari sialnya. Benar-benar sial !

Ia menatap gadis disampingnya yang masih terdiam dan sesenggukan sambil sesekali mengawasi gerak-gerik orang gila yang ada di belakang mobilnya. Tak berselang lama, gadis ini kembali terlonjak dan meringkuk menghadap ke arahnya sambil menutup telinga. Entah, tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk seulas senyuman geli atas kelakuan gadis di sampingnya ini.

“Kenapa lo ?”

“ Itu… Orang gilanya liat kesini. Nanti kalo orang gilanya tiba-tiba…”

“Stt, tenang aja. Dia nggak bakalan bisa liat elo dari luar.” Ia meringis menahan tawa menghadapi gadis ini. Bagaimana bisa orang waras takut dengan orang gila ? “Tuh, dia udah pergi.”

Perlahan tapi pasti ia mendongak. Menatap kepergian orang gila sambil menghela nafas lega. Diusapnya air mata yang masih mengalir di pipi dan area matanya. Kemudian tersenyum ke arahnya. Membuatnya tak bergeming.

Senyuman gadis ini benar-benar mirip dengan seseorang yang pernah membuatnya terkesan saat masa-masa kuliah dulu.Dan juga Farascha. Senyuman yang memunculkan lesung pipi berupa garis dan –Oh, ini dia bedanya dari Racha– lesung pipi di salah satu sudut bibirnya.

“Makasih udah mau nolongin saya, Mas. Saya nggak ngerti harus gimana bales budi sama Masnya.”

Ia hanya tersenyum simpul. Entah mengapa semua kekesalannya hilang semua ketika menatap senyuman tulus gadis manis di hadapannya ini.

“Kok masnya malah senyam-senyum gitu ?”

Ia terkekeh geli mendengar logat gadis ini. Benar-benar mirip dengan sosok gadis yang pernah membuatnya terpikat. “By the way lo kalo ngomong jangan formal banget gitu, deh.”

Gadis ini tertawa pelan, satu hal yang ingin membuatnya terus melihat gadis ini tertawa adalah kelegaan dan kebahagiaan yang sepertinya tersalurkan ke dalam dirinya.

Lovey DoveTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon