4. The Curiosity

18K 877 11
                                    

Dengan langkah berat, Rissa melangkah ke tempat yang ditunjukkan Alvan. Bengkel dekat Lotus Restaurant yang jaraknya hampir satu kilometer dari Lotus Hotel. Sebenarnya bukan masalah jauh tidaknya dan bukan karena panas menyengat atau tidak. Tapi berkas-berkas yang ia bawa untuk dipelajari nanti membuatnya enggan untuk ke tempat Alvan menunggui motornya yang sedang ditambal.

TIN ! TIN !

Ia menghela nafas kasar. Emang namanya kota metropolitan ! Pasti bising klakson.

TIN ! TIN ! TIN !

“Ya Ampun. Ini sih parah banget !” Ia menengok ke belakang dan mendapati sebuah mobil bersimbol Mercedes bewarna hitam metalik. Kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya. Mungkin saja mobil nggak sabaran itu menunggu penumpang lainnya yang masih sibuk di dalam toko atau ruko atau rumah atau apasaja yang baru saja ia lalui.

TIN ! TIN ! TIINN !!

Dengan langkah yang lebih lebar, ia tetap melanjutkan langkahnya. Pusing juga lama-lama mendengar suara klakson.

TIIINNN !! TIIINNNN !

“Astagfirullah, alay banget, seh ?” Semburnya kemudian berbalik untuk menatap mobil hitam metalik yang tiba-tiba saja sudah disampingnya. Dan yang membuatnya lebih terperangah lagi adalah si pemilik yang sedari tadi tidak bisa ia lihat karena film kaca mobil yang terlalu gelap. “Kok kamu lagi ?”

“Mau kemana ?”

Rissa hanya memutar matanya searah jarum jam dengan sebal. Mengapa dunia begitu sempit, sampai-sampai di Semarang pun ia bertemu dengan cowok sesat bin aneh seperti yang ada di hadapannya ini.

“Nggak kemana-mana.”

“Masuk gih, gue anterin.”

Sontak matanya melebar mendengar tawaran Mario “Ogah ! Mobilmu itu bikin trauma tau !” Dengan sebal, ia kembali melanjutkan langkahnya. Berharap tiba-tiba saja kakinya memiliki kekuatan super yang mampu membuatnya berjalan seperti kereta. Okay ! It’s impossible.

TIIINN !!! TIIINNN !! TIIIINNNNNN !!

Ya Allah, kuatkanlah hambamu ini. Rissa melebarkan langkahnya dan mencoba untuk mengacuhkan klakson Mario Bross yang masih berbunyi tepat di sampingnya.

TIIINNN !!! TIIIIIIINNNN !!! TIIINNN !!!!!

WHAT THE HELL !! KAMU KOK NGESELIN SEEH !!”

“Makannya masuk.”

“Nggak bakal !”

TIIINNN !!!

“IYA AKU MASUK !”

Gila ! Bener-bener gila nih si Mario Bross !

“Akhirnya lo masuk juga !” Dengan sebal dicibirnya sambutan dan ekspresi menang Mario. “Pasang gih safety beltnya.”

I won’t. Biarin aja kamu kena tilang.”

Ya Ampun, ia benar-benar bergidik ngeri ketika Mario Bross terkekeh girang gara-gara semburannya. Positif gila deh ini cowok. Kasian amat, cakep-cakep kok gila.

Namun, pikiran jahatnya benar-benar cukup sampai disitu. Karena jaraknya dan Mario benar-benar dekat. Sangat dekat. Sampai-sampai aroma parfum maskulin pemuda ini mampu dihembusnya. Mata coklat terangnya yang cukup tajam membuatnya iri seiri-irinya. Wajah aristrokratnya terlihat tegas dan kulit putih yang kemerahan khas Mediteran. Satu hal yang baru ia sadari. Cowok di hadapannya ini… Blasteran ?

“Ehm… Bukan masalah ditilangnya, gue takut aja ntar lo kebentur dashboard gue. Kan sayang tuh.” Ujarnya sambil mengunci seat beltnya.

Lovey DoveWhere stories live. Discover now