BAB X: Bagas's Action

7K 464 38
                                    




Karena, diam itu sesungguhnya memiliki seribu makna didalamnya.

**

            "ASSALAMUALAIKUM, Ma!" ucap Alisha yang setengah berteriak begitu ia memasuki rumah. Namun, ia tidak menemukan siapapun di dalam rumahnya.

"Mama kemana, sih?" tanya Alisha sendiri sambil melangkahkan kakinya menuju kea rah meja makan untuk mengecek apakah tersedia makanan atau tidak dan beruntungnya ia kali ini, makanan lezat yang sepertinya sudah di masak oleh Dian –mama Alisha– terlihat sudah siap untuk di santap di atas meja makan.

Saat sedang asik-asiknya menyantap nasi goreng dengan lauk nugget, tiba-tiba saja handphonenya menyala pertanda ada notifikasi masuk yang berasal dari aplikasi bernama WhatsApp.

            Mama

Mama lagi ada arisan, tadi mama udah bikinin kamu nasi goreng kesukaan kamu sama nugget. Sebelum maghrib mama pulang.

Alisha langsung mengetikkan balasan berupa emoji jempol kepada Mama-nya sebelum kembali melanjutkan menyantap makanan favoritnya yang sempat tertunda itu.

**

"Sore, Ma. Mama apa kabar hari ini?" tanya Rafa sambil tersenyum tipis yang lebih terkesan ke arah senyum miris.

Rafa menaruh bunga di atas nakas samping tempat tidur yang berada di rumah sakit ini dan tetap menatap lurus ke arah Rini –mama Rafa– yang terlihat betah sekali tertidur selama lima bulan terakhir tanpa mau membuka matanya.

Rafa menghela nafas frustasi tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan, berbagai cara agar bisa mengalihkan pikirannya tetapi tetap saja tidak bisa. Pikirannya penuh mengenai beberapa alasan kenapa mama-nya saat ini bisa terbaring lemah di atas kasur rumah sakit yang sesungguhnya Rafa benci.

Rafa selalu benci mengenai hal-hal yang berbau rumah sakit. Namun, naas-nya mama-nya harus berbaring lemah di rumah sakit selama lima bulan terakhir.

Ia benar-benar tidak bisa memaafkan orang-orang yang menyebabkan mama-nya bisa dalam keadaan kritis saat ini.

"Ma, Rafa kangen." ucap Rafa pelan sambil tetap menggenggam tangan Rini yang terasa begitu dingin.

Bahkan, Adi yang notabene-nya merupakan Papa Rafa serta suami Rini sama sekali tidak pernah berkunjung ke rumah sakit untuk sekedar menjenguk. Ya, itu disebabkan satu hal.

Satu hal yang menyebabkan Rini menjadi kritis.

Rafa memutuskan untuk beranjak dari kursinya dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Ia berfikir, bahwa satu-satunya cara untuk meredakan emosinya yang entah kenapa selalu muncul adalah dengan mengambil wudhu dan mendirikan shalat.

Rafa tak pernah lupa untuk mendoakan mama-nya agar segera sadar dari masa kritisnya. Ia percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana yang terbaik untuk setiap umat-Nya.

**

Fera: GIMANA AL TUTORNYA?! (17.35 PM)

Alisha bingung harus menjawab apa, namun disisi lain Fera secara tidak langsung mendesak Alisha agar bisa lebih dekat dengan Rafa –ya, dengan maksud lain, agar Fera bisa lebih dekat dengan Rafa.

            Alisha: gagal sih, tapi tenang aja. Gue selalu punya banyak cara! (17.39 PM)

Clandestine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang