BAB XX: Terlalu Jelas

5.8K 382 35
                                    




kamu jangan kayak kupu-kupu, ya. Begitu indah, namun ketika ingin kutangkap; kau malah lari.

**

            SINAR matahari yang mulai memancarkan panasnya berusaha menyeruak ke dalam kamar Alisha sehingga gadis itu segera membuka kedua bola matanya dan mengusapnya sejenak bermaksud agar kesadarannya muncul sepenuhnya.

            Begitu kesadarannya sudah terkumpul, ia mengedarkan tatapannya melihat pukul berapa saat ini dan kedua bola matanya langsung terpenjarat kaget.

            06.10.

            Alisha langsung saja lari menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri –oh, mungkin orang mengenalnya dengan sebutan mandi bebek. Setelah itu, ia mengambil tas dan berlari menuju ke meja makan. Untung saja, Alvian masih belum berangkat menuju kampusnya sehingga dengan seribu ekspresi yang digunakan gadis itu, berhasil memaksa Alvian untuk mengantarnya ke sekolahan.

            06.20.

            "Ma, Alisha berangkat dulu, ya! Ini rotinya aku bawa aja!" teriak Alisha dari teras rumah dan Dian hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan anak keduanya ini yang terlihat begitu ceroboh.

            "Ayo, Bang! Buruan!" ucap Alisha sambil menepuk-nepuk bahu Alvian.

            Alvian langsung saja mencibir. "Bang, Bang! Lo kata gue tukang ojek lo?! Siapa suruh semalem keluyuran."

            Alisha memutar kedua bola matanya dari arah belakang tubuh Alvian. "Duh, udah deh, ya. Gak ada waktu buat debat, buruan!"

            Alvian mendecak sebal dan langsung menancapkan gas dengan kecepatan maksimal –ya, atas permintaan adik semata wayangnya itu.

**

            Untungnya, Alvian mahir dalam urusan ngebut-mengebut sehingga Alisha tiba di sekolahnya tepat pukul 06.30 dengan selamat. Alisha bahkan berlari-larian di tangga menuju ke lantai tiga –letak kelasnya berada, begitu ia tiba di lantai tiga tentu saja gadis itu masih tetap berlarian sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa tali sepatunya terlepas mengakibatkan tubuh Alisha tidak seimbang dan berakhir terjatuh ke depan.

            "Aduh!" ucap Alisha sendiri ketika lututnya mencium lantai yang benar-benar sialan.

            Tanpa Alisha sadari, terdapat orang lain yang melihat kejadian itu sambil menahan ketawanya.

            "Makanya, jangan ceroboh." Suara seseorang berhasil mengalihkan perhatian Alisha dari yang merutuki lantai menjadi mendongak mencari-cari sumber suara tersebut.

            Dan lagi-lagi ia harus menahan malu karena orang tersebut adalah Rafa. Ya, itu tandanya lelaki yang ia sukai melihat kejadian memalukan tadi.

            "Siapa yang ceroboh?!  Tali sepatunya aja yang salah. Copot di waktu yang gak tepat," rutuk Alisha.

            Rafa menaikkan kedua alisnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Mana ada benda mati salah."

            "Ada! Ini buktinya." Alisha langsung menunjuk ke tali sepatunya yang malang –karena, harus disalahkan padahal gak terbukti salah.

            Rafa mengeluarkan tangan kanannya dari saku celana dan menjulurkan ke arah Alisha. Gadis yang masih mencebikkan bibirnya itu langsung terpaku menatap tangan milik Rafa yang berada di hadapan wajahnya saat ini, Alisha memang belum beranjak dari posisi jatuhnya namun ia sama sekali tidak mengira bahwa Rafa akan memberikannya bantuan.

Clandestine✔️Where stories live. Discover now