BAB XXVIII: Merelakan

4.9K 327 12
                                    




Sakit memang. Merelakan seseorang yang kita cintai untuk sahabat sendiri, tapi jika dengan menyakiti perasaan sendiri bisa membuat sahabat kita bahagia. Kata egoispun hanya menjadi kita menjadi sesosok orang yang begitu jahat.

**

            Seharian penuh Fera benar-benar mendiamkan Alisha dan hal itu membuat Alisha juga tidak mood untuk melakukan apapun. Bahkan, ketika bel istirahat berbunyi, gadis itu lebih memilih untuk menetap di kelas sambil mendengarkan lagu yang berasal dari handphonenya.

            Untungnya Alisha membawa novel yang baru saja ia beli beberapa hari lalu, maka langsung saja ia mengambil novel berjudul 'Tentang Kamu' karya Tere Liye –salah satu penulis favoritnya– yang terletak di laci mejanya.

            Ketika pikirannya sudah mulai serius dan terbawa suasana dari cerita tersebut, tiba-tiba saja ada sebuah makanan yang diletakkan di atas mejanya oleh seseorang yang sudah menempati kursi di hadapannya. Konsentrasi Alisha terbelah menjadi dua dan karena ia juga penasaran siapa orang tersebut yang sudah menganggu konsentrasinya, Alisha memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dari novel menjadi menatap sepenuhnya ke depan.

            Jantung Alisha kembali berdetak menjadi tidak normal ketika mengetahui bahwa dihadapannya saat ini adalah Rafa.

            "Nih, makan." ucap Rafa sambil menyodorkan semangkuk mie ayam yang sudah terlihat begitu menggiurkan.

            Alisha langsung saja mengeklik tanda pause di handphonenya, lalu mencopot headset yang terpasang di kedua telinganya.

            "Hah?" Alisha benar-benar terlihat seperti orang bodoh dan merutuki tingkah lakunya yang sepertinya sudah mendarah daging.

            "Iya, ini gue beliin buat dimakan." Rafa kembali menjelaskan karena merasa gemas akan sikap Alisha yang terlihat seolah-olah tidak tahu.

            Alisha mengerjap berkali-kali mencoba mencerna kalimat yang dilontarkan Rafa.

            "Ck, kalo diliatin doang mana bikin kenyang sih." lanjut Rafa.

            Entah mengapa, setiap kali Alisha mencoba untuk terlihat biasa di dekat Rafa –selalu saja gagal karena sikap bodohnya yang terlihat lebih dominan ketika ia sedang berdekatan dengan seseorang yang ia suka dan Alisha benci mengakui itu. Suasana terasa begitu canggung karena Alisha hanya berdiam tanpa mengucapkan kalimat apapun dan entah pergerakan dari lawan bicara Alisha membuat gadis itu melotot kaget.

            Sumpit yang awalnya diletakkan di atas mangkuk tiba-tiba saja saat ini sudah berada tepat di depan wajah Alisha –lebih tepatnya mulutnya, karena Rafa-lah yang berinisiatif untuk langsung memberikan sumpit yang sudah terlilit mie di sekitarnya dalam arti lain Rafa menyuapi Alisha dan tentu saja gadis itu mau tak mau melebarkan kedua bola matanya.

            "Gue bisa sendiri." Alisha langsung mengambil alih sumpit yang awalnya berada di genggaman Rafa dan dengan buru-buru gadis itu langsung memakannya tanpa berbicara sepatah kata apapun lagi.

            Lagi-lagi ia terlihat bodoh di hadapan Rafa. Namun, justru tingkah konyolnya itu yang terkadang membuat Rafa secara spontan tersenyum. Contohnya, saat ini. Tanpa Alisha sadari, Rafa tersenyum geli sendiri melihat tingkah laku Alisha yang begitu cuek dan tetap melahap makanannya seolah-olah hanya ia seorang di dalam ruangan itu tanpa perlu repot-repot menjaga image. Karena sejauh ini, perempuan yang pernah menjalin hubungan dengan Rafa selalu saja menjaga image dan jika diajak untuk makan, mereka selalu memesan makanan dengan porsi sedikit –tentu saja dengan alasan sedang diet.

Clandestine✔️Where stories live. Discover now