BAB XXIII: Permintaan Rafa

5.3K 372 30
                                    




Kadang mulut tidak bisa mengungkapkan ketika hati meminta sehingga pada akhirnya aku hanya menunjukkan dan tidak memberitahukan tentang perasaanku sendiri. Semoga kamu paham tentang perasaan yang kupendam lama ini.

**

            "RAF udah selesai belum, sih?" tanya Alisha yang juga sedang menulis karena, disibukkan mengerjakan tugas Sejarah.

            Mata Alisha melirik sekilas ke arah Rafa dan ternyata, lelaki itu malah sibuk memainkan handphonenya –entah sedang melakukan apa.

            "Kalo kayak gini, gimana mau selesai." Alisha menggerutu sebal mendapati Rafa yang masih tetap sibuk menggerakan jari-jemarinya di atas layar handphone ber-merk Apple.

            Gadis itu memutuskan untuk menarik secara paksa handphone yang berada di genggaman Rafa lalu, lelaki itu langsung menampilkan wajah tidak terimanya.

            "Eh! Siniin hp gue!" perintah Rafa, namun Alisha sama sekali tidak mau menggubris dan pura-pura sibuk melanjutkan mengerjakan tugas Sejarah yang sebelumnya sempat tertunda.

            Setelah Rafa melakukan berbagai cara dan semuanya gagal, akhirnya ia mengalah dan memilih untuk melanjutkan mengerjakan soal Matematika yang sebelumnya memang sudah dipilih oleh Alisha. Ditengah keheningan keduanya, suara Rafa kembali mendominasi.

            "Gue mau nanya," ucap Rafa.

            "Kenapa?" tanya Alisha yang masih sibuk mencari-cari jawaban atas pertanyaan yang diberikan di soal Sejarah di buku cetak.

            "Fera itu orangnya gimana?" Dan pertanyaan yang diberikan Rafa seketika berhasil menghentikan gerakan tangan Alisha –yang sedang sibuk membolak-balik halaman buku– secara refleks dan membuat fokus Alisha teralihkan sepenuhnya menatap Rafa.

            Kenapa harus nanya tentang Fera ke gue sih, Raf? batin Alisha meringis.

            Alisha mengedikan bahunya dan kembali melanjutkan mencari jawaban di buku Sejarah. Ia berusaha untuk tidak peduli namun, entah mengapa itu terlalu sulit untuk ia lakukan. Banyak orang bilang bahwa semakin kita penasaran; semakin sakit pula yang kita rasa.

            Dan Alisha rasa, pernyataan itu sepenuhnya benar. Tapi, lagi-lagi, sudah tahu akan membuat hatinya terluka –gadis itu tetap berusaha mencari-tahu segala hal mengenai kelanjutan kedekatan antara Rafa dengan Fera.

            "Kok gak tau? Lo bukannya yang paling deket sama Fera di kelas?" lanjut Rafa.

            Alisha berusaha tetap fokus ke dalam tugas yang sedang ia kerjakan namun, semenjak Rafa bertanya mengenai Fera tadi –fokusnya pergi menghilang begitu saja entah kemana.

            "Ya, dia baik, asik, dan semua tipe yang sangat mainstream untuk gue kasih tau ke lo 'kan?" jawab Alisha sarkas.

            Rafa mengernyit bingung mendengar jawaban yang dilontarkan gadis dihadapannya saat ini.

            "Lo kenapa sih?" tanya Rafa dan mendengar pertanyaan itu, Alisha menghela nafas lelah.

            "Mending lo kerjain soalnya, biar cepet selesai. Gue capek, mau pulang." jelas Alisha.

            Mendengar jawaban atas pertanyaan yang diberikan Rafa, lelaki itu hanya bisa menatap Alisha penuh tanya dan memutuskan meng-iya-kan perintah yang diberikan Alisha.

**

            Begitu Alisha tiba di rumah, ia sudah mendapati kakaknya yang duduk santai di depan ruang keluarga.

Clandestine✔️Where stories live. Discover now