BAB XVIII: Bersama Rafa

5.6K 375 15
                                    




Karena perempuan ditakdirkan untuk menunggu. Mungkin mereka bilang jaman sekarang sudah emansipasi wanita, namun aku tidak seberani itu untuk menyeruakan perasaanku saat ini.

**

"GUE ada latihan cheers ternyata hari ini, Al." ucap Fera ketika keduanya sedang merapihkan barang masing-masing diatas meja karena bel pulang telah dibunyikan sekitar lima menit yang lalu.

"Oh, yaudah, Fer. Bareng aja turunnya." balas Alisha.

Fera menatap Alisha sebelum berbicara kembali, "lo ngasih tutor lagi gak hari ini?"

Kali ini giliran Alisha yang menatap Fera dan setelah itu, mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Fera tersebut.

"Titip salam ya, Al!" ujar Fera bersemangat. Ah, kamu pikir saya penyiar radio yang bisa titip-titip salam?

Alisha mengangguk pelan dan kali ini langsung melangkahkan kakinya menuju keluar kelas bersama Fera. Namun, baru beberapa langkah yang dicapai Alisha –tiba-tiba saja handphone yang ia masukkan ke dalam saku kemeja seragamnya bergetar pertanda ada notifikasi yang masuk.

Rafa: atap sekolah (15.10 PM)

Melihat kalimat di pesan itu yang begitu singkat tanpa embel-embel apapun berhasil membuat kening Alisha mengernyit kebingungan. Hah, ini orang ngasih sandi morse apa gimana sih? batin Alisha kesal.

Karena Alisha telah bertekad bahwa ia tidak akan kembali kesana, maka ia hanya membaca pesan yang dikirimkan Rafa kepadanya. Ya, jujur saja ketika ia mendapatkan notifikasi dari Rafa –jantungnya berdetak tidak normal seperti biasa. Bahkan hanya sebuah pesan.

Ya, pesan yang berasal dari orang yang begitu istimewa sehingga mampu merubah seluruh perasaannya begitu saja.

Rafa: sekarang. (15.13 PM)

Alisha menghela nafas dan ternyata helaan nafas yang ia keluarkan begitu besar sehingga membuat perhatian Fera teralihkan sepenuhnya kepada Alisha.

"Kenapa, Al? Kok kayak bingung gitu?" tanya Fera memastikan.

Alisha mengulum bibirnya dan menggeleng cepat. "Enggak kok, bingung kenapa pula, Fer?"

Fera langsung mengedikkan bahu –tidak mengerti dengan sikap Alisha saat ini. Keduanya kembali melangkah maju tanpa pembicaraan apapun dan keduanya kembali sibuk dalam pikiran masing-masing.

Rafa: jangan read doang. Buruan (15.14 PM)

Alisha: ngapain sih? (15.14 PM)

Rafa: gausah banyak nanya (15.15 PM)

Rafa: buruan (15.15 PM)

Lagi-lagi Alisha menghela nafas entah yang keberapa saat ini, ia benar-benar bingung dan tidak ingin mengambil resiko jika saja nanti ada salah satu murid atau guru yang menyadarinya sedang berjalan menuju ke arah atap sekolah. Ya, mungkin kalau Rafa, semua orang hafal betul dengan tingkah lakunya. Namun, jika seorang Alisha naik kesana?

Oh, entah apa yang akan terjadi.

Rafa: tutor disini (15.16 PM)

Oke, satu pertanyaan berhasil terjawab tanpa harus dipertanyakan langsung kepada orangnya.

Alisha: yg kmrn terakhir gue kesana, gue gak mau ngambil resiko ya Raf (15.16 PM)

Clandestine✔️Where stories live. Discover now