BAB XXV: Confess

5K 383 30
                                    







Aku pikir, ini akan mudah. Ketika kamu dan aku saling mencinta, namun ternyata terasa sulit ketika salah satu sahabatku juga mencintaimu.

**

"ASSALAMUALAIKUM," suara seseorang dari pelataran rumah Alisha terdengar memasuki telinga Dian–mama Alisha–yang kebetulan sedang sibuk membuat kue di dapur.

            "Waalaikumsalam," balas Dian sambil mengintip sedikit melalui celah jendela dari dalam rumahnya sebelum akhirnya, mengetahui siapa tamu tersebut dan membukakan pintu.

            Rafa sudah berdiri di depan pintu rumah milik Alisha dengan pakaian yang terbilang cukup santai, yaitu kaos hitam polos dibaluti jaket jeans, celana ripped, serta sepatu Converse andalannya. Ketika pintu rumah milik Alisha terbuka dari arah dalam dan memunculkan wajah wanita paruh baya, yaitu mama Alisha –Rafa langsung tersenyum sopan sambil menyalami tangan Dian.

            "Malam, tante," salam Rafa tetap menampilkan senyum sopan –mampu membuat siapa saja yang melihatnya tidak ingin mengalihkan pandangannya. Malam ini tepat di hari Sabtu, Rafa menepati ucapannya yang sempat ia bicarakan kepada Alisha beberapa hari yang lalu –tepat ketika ia akan melaksanakan ulangan harian Matematika dan tentu saja malam ini, Rafa ingin menagih janji Alisha.

            "Eh, ada Raka," ucap Dian.

            "Rafa, tante." Rafa bermaksud mengkoreksi kalimat yang baru saja diucapkan mamanya Alisha Entah mengapa, Dian memang kerap kali sulit sekali mengingat nama orang dan berakhir memanggil nama orang tersebut dengan nama yang salah –contohnya, saat ini.

            Dian menanggapi dengan anggukan dan senyuman tipis. "Iya, itu maksud tante,"

            "Alisha-nya, ada tante?" tanya Rafa.

            Dian mengangguk kembali. "Ada. Sebentar ya, tante panggilin dulu. Masuk dulu aja, Nak."

            Rafa kemudian mengangguk sopan sambil tersenyum dan mencopot sepatunya sebelum akhirnya, ia melangkahkan kakinya masuk untuk menunggu Alisha di ruang tamu.

            Dian berjalan menaiki tangga menuju lantai dua–letak kamar Alisha–dan begitu ia tiba di depan kamarnya, segera saja Dian membuka pintu kamar milik Alisha. Kemudian, didapatinya anak keduanya itu sedang tidur-tiduran santai sambil mendengarkan lagu melalui handphonenya dan juga memainkan benda berwarna hitam ber-merk Apple yang berada di genggamannya –tak lupa wajahnya yang ditutupi oleh masker berwarna putih.

            Dian hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anaknya yang satu ini. "Alisha, kamu ini ya," ucap Dian sambil menghampiri anaknya yang terlihat tidak menyadari keberadaannya sekarang.

            Mau tidak mau, Dian harus menarik salah satu headset yang awalnya terpasang dikedua telinganya secara paksa dan setelah melakukan hal tersebut, sudah dipastikan reaksi yang didapat Dian dari Alisha. Gadis itu langsung memberengut sebal karena tingkah mamanya itu membuatnya terlonjak kaget.

            "Aduh, Ma!" rutuk Alisha karena ia merasa telinganya pun juga ikut tertarik mengikuti pergerakan headset yang ditarik Dian.

            "Kamu ini, ya! Itu lho, di bawah temen kamu udah nunggu, eh disini kamu malah santai-santai aja," ucap Dian dan tentu saja mendengar itu, Alisha langsung membenarkan posisinya menjadi duduk tegak dan menyilangkan kakinya, bahkan mimik wajahnya seketika berubah menjadi panik.

            "Hah, siapa sih Ma?" tanya Alisha.

            Dian mengernyit bingung. "Lho? Kamu gak bikin janji dulu sama dia apa gimana sih?"

Clandestine✔️Where stories live. Discover now