BAB XXXIII: Memulai Kembali

4.9K 360 17
                                    




Semesta tidak berpihak kepada kita –begitu juga dengan takdir.

**

ENTAH mengapa setelah melihat Rafa bersama dengan Fera beberapa menit yang lalu di kantin, perasaan Alisha tidak bisa dibohongi jika ia merasa tidak rela. Namun, ia tidak akan mungkin sanggup untuk membiarkan dirinya berbahagia sendiri jika pikirannya nanti akan terpecah belah dengan memikirkan perasaan Fera. Destinasi gadis itu untuk menghilangkan pikiran-pikirannya yang beberapa hari ini menjadi semakin rumit adalah rooftop gedung sekolahnya –tempat biasa Rafa dan Alisha belajar bersama.

            Oh sialan, enyahlah saja kau kenangan!

            Semilir angin mulai menusuk kulit Alisha, ketika gadis itu sedang termenung sambil menatap ke arah langit –entah untuk apa. Kedua kelopak matanya mulai menutup seakan mengikuti belaian angin yang mulai menerpa rambut dan kulitnya, ia merasa tenang. Namun ketenangannya tidak berlangsung begitu lama, karena indra pendengarannya terbilang cukup tajam untuk mendengar derap langkah dari arah belakang tubuhnya.

            Alisha masih tetap memejamkan kedua kelopak matanya, ia sama sekali tidak menyadari jika ada orang lain yang sudah menempati posisinya tepat disamping gadis itu.

            "Sha," Suara itu. Alisha kaget bukan main setelah menyadari bahwa suara itu berasal dari seseorang yang sudah ia sukai sejak lama, yang tak lain dan tak bukan adalah Rafa.

            Alisha merutuki apapun yang ada dipikirannya saat ini bahkan masih dalam posisi memejamkan kedua matanya, seolah tidak perduli dengan kehadiran Rafa disampingnya.

            "Gue gak bisa," Masih berasal dari suara yang sama dan kalimat itu benar-benar kembali membuat Alisha tidak kuasa untuk bersikap tidak perduli, maka ia putuskan untuk mulai membuka kedua matanya secara perlahan. Bahkan tanpa sadar, ia menghembuskan nafas panjang yang terkesan pasrah akan keadaan.

            "Perasaan gak bisa dipaksain, Sha." ucap Rafa.

            Alisha mulai membuka suara, namun masih tetap enggan untuk sekedar menatap Rafa. "Lo belum nyoba, Raf,"

            Rafa menghela nafas kasar. "Lo gak pernah tahu sama perasaan gue, Sha. Semua ini gue yang ngerasain, bukan lo."

            Mendengar kalimat yang terlontar itu, Alisha sebisa mungkin menguatkan perasaannya agar bertindak seperti biasa dan juga sebisa mungkin menutupi semuanya. Ia bahkan tidak bisa jujur dengan perasaannya sendiri.

            "Mungkin diluar lo ngeliat gue seolah nerima aja semua sikap Fera," ujar Rafa. "Tapi pada kenyataannya, gue enggak bisa , Sha." lanjut Rafa.

            "Lo gak akan pernah ngerti, karena lo gak pernah ngerasain jatuh cinta." Kalimat itu begitu menusuk bagi Alisha, ia memejamkan kedua matanya lagi dan kali ini dengan alasan untuk menahan air matanya yang sudah mulai memaksakan kehendak untuk keluar.

            Keheningan menyelimuti keduanya setelah itu hingga rasanya Alisha tidak kuat lagi untuk menahan seluruh perasaannya secara sendirian dan mungkin saat inilah waktu yang tepat.

            "lo salah, Raf. Faktanya, gue udah memendam perasaan gue selama empat tahun untuk orang yang gue suka, gue juga berjuang sendirian, dan tetap bertahan," balas Alisha, namun tetap tidak ingin menatap lurus ke arah kedua bola mata lawan bicaranya.

            Rafa menoleh menatap gadis di sampingnya dan tanpa laki-laki itu ketahui, sudah mulai banyak air mata yang menggenang dipelupuk mata milik Alisha. Sebisa mungkin gadis itu menghindar kontak mata dengan lawan bicaranya dengan alasan, ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Rafa.

Clandestine✔️Where stories live. Discover now