Chapter 12

708 67 7
                                    

"Eugh..." Sana menggeliat di atas kasurnya yang empuk, tidak biasanya ia tidur dengan nyenyak seperti ini sejak ia datang kerumah ini.

Mata bulat Sana belum sepenuhnya terbuka, saat ia mencoba untuk membukanya penglihatannya pun masih buram, hingga tiba tiba ia tak sengaja melihat sebuah tangan yang melingkar manis di pinggangnya.

Sana sedikit tersentak karena itu.

Mata dengan penglihatan buram  itu pun menyipit, mencoba untuk mengkonfirmasi jika apa yang tengah di lihatnya saat ini adalah benar.

Tidak mungkin Sana kembali tidur dengan namja itukan semalam?, apalagi setelah kejadian tadi, itu benar benar memalukan dan bisa bisanya Yoongi membiarkan Sana tertidur di mejanya.

Bahkan tadi malam, Yoongi sendiri yang mengantarnya sampai ke kamar setelah makan malam, mengucapkan selamat tidur pada Sana lalu meninggalkannya.

Jika memang benar begitu lalu lengan besar siapa yang tengah memeluknya saat ini?

Tidak yakin dengan apa yang dia lihat, Sana pun mengusap usap kedua matanya agar ia bisa melihatnya lagi dengan jelas. Penglihatan yang tadinya buram kembali sedikit membaik dan apa yang tadi saat mata buram itu lihat, ternyata bukanlah hal yang benar.

Tidak ada apa apa di sana dan hanya ada dirinya di kamar itu.

"Tentu saja, jika apa yang ku fikirkan sekarang benar, aku tidak akan mengampuni namja itu!" Ucap Sana dengan nada tegas namun serak ia lantas menyibak selimutnya kasar, mengikat rambutnya asal lalu melangkah memasuki kamar mandi.

Setelah melakukan rutinitas kecil itu, Sana duduk di bangku rias yang ada di kamar. Melihat pantulan dirinya di sana dengan teliti. Ada yang berbeda, pagi pertama yang menyenangkan dan sebuah kebiasaan kecil Sana mulai hilang. Kali ini Sana, tidak menggunakan lagi lensa kontak yang sering ia gunakan ia merasa sudah tak memerlukannya lagi sekarang.

Selain karena Yoongi yang melarangnya untuk  memakai benda tersebut, tapi juga karena Sana sudah mulai terbiasa dengan ini.

Ia tidak merasa malu lagi ketika ia bertemu dengan orang baru di rumah besar itu. Mereka yang bertemu dengannya pun sama sekali tidak menyinggung matanya, malahan mereka menawarkan dirinya untuk menjadi teman Sana dan bahkan lebih dari itu.

Ia sedikit senang, tapi ada sesuatu yang kurang...

"Eomma, appa.. Aku merindukanmu!" Lirih Sana, ia masih menatap pantulan dirinya di cermin, ia merindukan kedua orang tuanya. Walau mereka hanya orang tua angkat tapi mereka telah membesarkan Sana hingga menjadi seperti ini. Dan sebuah tarikan kecil di pergelangan tangan, tiba tiba saja menghampirinya lalu mengubah hidupnya, ia tersenyum getir mengingat kejadian itu.

Siapa yang ia salahkan sekarang? Yoongi? Tidak, ia malah telah membantunya banyak dengan memberi tahunya tentang kedua orang tua kandungnya.

Tapi karena ia mengajaknya pergi seperti itu tanpa sempat memberikan apapun pada kedua orang tua angkatnya, Sana jadi terus memikirkan mereka. Setidaknya mengabulkan permintaan kecil mereka, Sana pasti tidak akan terus memikirkan mereka.

Sana, menghembuskan nafasnya.

"Apa yang aka ku lakukan hari ini? Seharusnya hari ini aku sekolah, dan... sudah berapa lama aku tidak sekolah?"

Ia ingat jika saat ini ia masih memiliki tanggungan sekolah. Dan 2 bulan lagi, ujian kelulusan di depan mata.

Tidak mungkin ia menyiakan nyiakan 3 tahun sekolah hanya untuk tinggal dan hidup dengan namja itu, yang Sana pikirkan sekarang adalah ia harus lulus apapun yang terjadi.

Yeoja itupun merubah raut wajahnya menjadi serius, dia mulai mengumpulkan semua keberaniannya lagi untuk menemui Yoongi dan menanyakan hal ini padanya. Kali ini, ia harus mendapatkan apa yang diinginkannya.

You Are My Mate? (END)Where stories live. Discover now