Hari Ayah

39K 2.9K 7
                                    

Ketika alarm di ponselku berbunyi aku berusaha membuka mataku dengan susah payah. Aku sebenarnya bukan tipe orang yang bisa bangun pagi sebelumnya, tetapi ketika menjadi istri Vigo dan Vello masuk sekolah aku harus berusaha kembali bangun pagi lagi.

Pukul 5 pagi. Aku bangun lalu melihat ke kamar Vello, ia masuh tertidur. Vello sekolah pukul 8 pagi jadi aku akan membangunkannya pukul setengah 7 pagi.

Aku turun dan ke kamar mama. Aku melihat mama sudah bangun dan sedang duduk bersama bibi.

"Pagi cantik." Aku melihat mulut mama tersenyum dan itu membuat aku semangat kembali.

"Bi, ma." Mereka kompak melihat ke arahku ketika aku memanggil mereka. "Makan bubur yuk"

"Sini La, bibi yang beli. Yang di ujung ruko itu kan?"

"Iya bener bi. Enak disitu." Lalu aku kembali ke kamar dan memberikan uang pada bibi. "Tapi udah buka belum bi?"

"Yauda nanti bibi jalan setengah jam lagi aja ya La." Aku pun mengangguk.

Setelah menggoda mama dengan berbagai macam godaan agar emosi dan mama bisa tersenyum aku kembali ke kamar.

Tidak lama ponsel ku berbunyi. Mama Prita's calling..

"Hallo ma. Tumben pagi-pagi nelpon?"

"Hallo La. iya nih kamu udah bangun kan? Mama ga ganggu tidur kamu kan?"

"Aku udah bangun kok. kenapa ma?"

"Temenin mama yuk hari ini La. Mama mau fitting baju buat acara gitu La. Buat 2 minggu lagi. Nah rencananya mama mau ajak kamu. Jadi sekalian aja, bisa ga La? Vello sekolah ya?"

"Bisa ma. Yauda nanti abis anteri Vello sekolah aku kesana ya."

"Yaudah hati-hati ya."

Setelah memutuskan sambungan, aku kembali melihat jam masih sekitar 15 menit lagi aku harus membangunkan Vello.

Pikiran ku kembali memikirkan Vigo. sudah 3 hari aku kembali ke rumahku. Selama 3 hari pula aku tidak bertemu atau bertukar kabar dengan Vigo. Bukannya memang sudah seharusnya seperti ini? Tetapi kenapa justru hatiku menginginkan selalu bertemu dengan Vigo. Sebelum bertemu kembali aku tidak uring-uringan seperti ini. Meskipun aku tidak memperlihatkan secara nyata.

Aku harus benar-benar melupakannya dan kembali seperti Gisella yang tidak lemah seperti ini. Sadar Gisella, Vigo sudah punya Tiara pacarnya meskipun mereka belum menikah dan sedang dalam masalah aku tidak boleh seperti ini. Bahkan jika mereka sedang baik-baik saja, perasaan mu tidak akan di balas oleh Vigo.

Aku harus mengingat sakitnya perasaan yang tidak terbalas dan sakitnya melihat orang yang aku sayangi menyayangi orang lain. Kenapa sih tidak kapok?

Saking asik nya melamun aku tidak merasa ada yang mengetok pintuku. Siapa pagi-pagi begini datang?

Ketika aku membuka pintu sosok laki-laki yang sedang dalam pikiranku muncul. Ngapain pagi-pagi disini?

“Pagi La.”

“Pagi, ngapain kamu pagi-pagi kesini?”

“Aku disuruh jemput kamu sama mama, biar kamu ga usah bawa mobil.”

“Tapi mama baru nelpon deh perasaan, kok kamu udah nyampe aja?”

“Ha? Mama malah suruh aku dari semalem jemput kamu jam 7 pagi. Nah karna ga macet aku udah nyampe nih setengah 7.”

“Yauda masuk dulu. Aku mau bangunin Vello. Dia belum bangun mau sekolah.”

Lalu aku menaiki tangga dan menuju kamar Vello. Aku melihat Vigo juga mengekor di belakangku.

Eternal LoveWhere stories live. Discover now