flashback pertama

30.8K 1.8K 6
                                    


Sudah 2 bulan sejak kejadian itu Gisella murung. Tapi ia selalu menggunakan topeng jika bertemu dengan Vello maupun mamanya. Entah apa yang membuatnya sedih. Karna ia memutuskan untuk tidak berhubungan dengan mereka lagi? Atau justru karna 2 bulan ini Vigo tidak berusaha menghubunginya?

Vigo tidak menghubunginya meskipun hanya untuk menanyakan kabar, itu membuat Gisella uring-uringan selama 2 bulan ini. Mungkin memang sudah waktunya Gisella benar-benar untuk move on, tapi entah kenapa hatinya susah sekali di ajak kerja sama.

Otaknya selalu meminta hatinya untuk berhenti menjadi lemah, dan mencoba menghadapi semua kenyataan, tapi hatinya seolah menjadi pembangkang selama 2 bulan ini. Sehingga ia menjadi cengeng dan pemurung selama ini. Meskipun ia bertemu dengan mama Prita, ia tidak sedikitpun membahas tentang Vigo. Begitupula dengan mama Prita sama sekali tidak membahas. Mungkin ini memang sudah jalan terbaik dan ia harus berjalan maju.

Selama 2 bulan, Gisella mencoba hidup seperti sebelum bertemu Vigo. Gisella harus bisa kembali kuat. Karna sakit yang sekarang ia rasakan belum ada apa-apa nya ketika ia harus mengingat sakit yang ia derita 6 tahun lalu.

Flashback 6 tahun lalu..

“Nek, kenapa juga aku harus nikah sama anak temen nenek sih? Ella masih muda nek. Masih mau rintih karir tau.” Ucapku merajuk.

“Keputusan nenek tidak bisa di bantah sayang. Kamu masih bisa kerja. Lagipula nenek mau yang terbaik buat kamu.”

“Please lah nek.. Aku beneran deh belum mau nikah.”

“Jangan ngebantah nenek atau kamu tau akibatnya Ella. Lagipula kamu tidak ada pacar sama sekali dan selama ini kamu tidak pernah dekat sama siapapun, jadi nenek putuskan ini untuk kebaikan kamu.”

Gisella pergi meninggalkan neneknya. Ia tau apa yang akan ia dapatkan jika ia membantah neneknya. Nenek bukan wanita yang anggun, nenek adalah wanita tegas dan kuat. Bahkan ketika papaku meninggal karna kecelakaan ia sama sekali tidak menangis. Bayangkan sayang anaknya meninggal ia tidak nangis, meskipun aku tau hatinya sangat hancur ketika papa meninggal dengan cepat. Sedangkan mama ia mengalami depresi yang sangat besar sehingga ia tidak bisa di ajak bicara. Gangguan mental yang menyebabkan ia sama sekali tidak berinteraksi dengan orang lain.

Nenek bukan wanita kaya, ia tegas karna kakek yang pergi selingkuh dengan sahabat baiknya, mungkin itu yang menyebabkan nenek seperti sekarang. Sedangkan aku? aku menjadi korban ketegasan nenek. Nenek mengatur dimana aku sekolah, dimana aku kuliah dan dengan siapa aku menikah. Karna semenjak papaku meninggal dan mama seperti itu, neneklah yang bertanggung jawab padaku. Aku tidak sama sekali keberatan dengan semua yang nenek lakukan padaku. Aku hanya tidak terima ia menjodohkanku.

Meskipun aku bukan termasuk barisan wanita cantik, tapi aku bukan wanita jelek juga yang tidak bisa mencari laki-laki yang ingin menikah denganku.

Aku tidak bisa membantah nenek, aku tidak ingin nenek mendiamiku lagi. Aku pernah membantah nenek ketika SMA. Aku pergi dengan teman-temanku. Aku tidak tau kemana teman-temanku mengajakku tapi yang pasti itu acara ulang tahun temanku dan mereka bilang kami akan menghabuskan malam dengan asik. Lalu nenek sama sekali tidak mengijinkan aku keluar rumah, tetapi namanya juga anak ABG dan ingin ikut acara ulang tahun aku membantah nenek. Setelah kejadian itu, nenek mendiamiku selama sebulan! Bayangkan sebulan, nenek sama sekali tidak berbicara denganku. Ketika aku mengajaknya berbicara ia selalu diam seperti patung. Sampai ketika mengambil rapot disekolah nenek melihat nilaiku yang selalu memuaskan dan ia berbicara padaku lagi. Sejak saat itu aku tidak pernah ingin membantah nenek lagi.

**

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan laki-laki itu. Aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya, aku hanya tau namanya. Vigo. Nama laki-laki itu adalah Vigo. Mudah-mudahan ia bisa menjadi pria yang membimbingku kearah yang benar. Meskipun aku dijodohkan aku ingin menikah hanya sekali seumur hidupku dengan 1 laki-laki tentunya. Aku selama ini tidak pernah berpacaran, pernah aku menyukai temanku tapi itu dulu sewaktu SMA.

Entah bagaimana wajahnya nanti, sikapnya dan kebiasaannya. Aku sudah berdoa pada Tuhan untuk membimbingku untuk bisa menjadi istri yang baik dan selalu mencintai suamiku dalam keadaan apapun. Aku akan mencintai suamiku dan bersikap baik.

Aku sudah menggunakan gaun pernikahanku. Gaun ini nenek yang memilih, nenek bilang ia ingin sekali memilihkan gaun untuk cucu kesayangannya dan aku mengiyakan. Aku tidak bisa mendapatkan perhatian dari seorang ibu setidaknya aku bisa mendapat perhatian dari seorang nenek kan? Bukan berarti aku tidak menyayangi mamaku, aku sangat menyayangi wanita yang sudah melahirkanku dan mempertaruhkan nyawanya tapi saat ini aku ingin merasakan kasih sayang dari mamaku, dan aku mendapatkannya dari nenekku tidak salah kan?

Nenek yang mengurus ini semua dengan mama Prita. Mama Prita adalah mertuaku. Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya dan ia sangat ramah dan sayang terhadapku. Setidaknya aku tidak mendapatkan mertua yang galak seperti di film-film.

Riasan mukaku juga membuatku berbeda 180 derajat berbeda dengan keseharianku. Aku memang bukan wanita yang memikirkan penampilan. Aku menggunakan kacamata dan rambutku panjang terurai. Aku tidak pernah menggambar alis ataupun lainnya. Bahkan ketika aku ingin pergi aku hanya menggunakan bedak dan lipstick. Cantik dari hati kan?

Ketika aku di panggil untuk keluar dan berjalan menuju altar, hatiku berdegub kencang. Sudah sewajarnya kan aku nervous karna pernikahanku? Toh ini sekali seumur hidup dan tidak akan terulang lagi.

Vigo. Pria di sampingku ini adalah suamiku sekarang. Setelah melewatkan acara pemberkatan disinilah kami, di resepsi pernikahan kami. Aku sama sekali belum berbicara dengannya, aku focus dengan kakiku yang sudah mulai tidak bisa di ajak kerja sama lagi. Sakit sekali!

Aku sudah mulai memberikan senyum palsu, bukan seperti awal acara senyum indah. Senyum yang menahan kesakitan kaki, pegal-pegal di punggung dan mata yang sudah mulai ngantuk karna dari subuh sudah di rias.

Akhirnya setelah perjuangan panjang, akhirnya acara ini selesai. Aku dan Vigo kembali ke hotel. Atas pertimbangan dari kedua keluarga akhirnya aku harus tinggal di hotel sebelum pindah ke rumah Vigo. aku tidak masalah dimana aku harus tinggal asal aku bisa melepas heels ini dan merebahkan diriku di kasur.

Ketika masuk kamar, aku langsung melepas heels ku dan masuk ke kamar mandi. Aku sama sekali tidak memperdulikan Vigo. aku langsung melepas gaunku dan berendam di bathup yang disediakan. Air hangat bisa membantuku merilekskan badanku.

Setelah 30 menit aku berendam, aku keluar menggunakan baju tidurku. Sesekali aku melihat Vigo beraktivitas dengan ponselnya. Aku rasa ia tidak menginginkan pernikahan ini dan apa yang harus aku lakukan? Tidur. Tidur adalah pilihan yang baik. Aku langsung naik ke kasur dan menaruh guling di tengah-tengah kami. Lalu aku terlelap.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang