bersahabat dengan cintanya

29.7K 2.4K 16
                                    


Gisella meratapi nasibnya yang menyedihkan, laki-laki yang ia cintai sejak 8 tahun lalu masih tidak menganggapnya ada. Bahkan ketika Gisella bukan Gisella yang dulu. Vigo pun masih tidak bisa mencintainya, jangankan mencintai dianggap sebagai wanitapun tidak.

Gisella tau, perasaan yang ia rasakan hanya memberikan kesakitan untuk dirinya sendiri. Bahkan ia sudah merasakannya selama ini, tapi rasa cinta yang ia rasakan untuk Vigo memang begitu besar sampai ia sendiri lelah dibuatnya. Harus dengan cara apa lagi ia melupakan Vigo.

Cinta yang ia berikan pada Vigo tidak akan pernah terbalas, ia tau itu. Sekarang ia hanya berharap cintanya itu tidak menyakitinya lagi. Mulai hari ini Gisella akan bersahabat dengan cintanya. Ia tidak akan menganggap rasanya pada Vigo sebagai musuh dan harus melupakan. Gisella akan bersahabat hingga cintanya tidak akan menyakitinya lagi. Mulai hari ini juga ia akan bangkit dan tidak akan berpura-pura kuat.

**

Gisella sedang menuju rumah sakit bersama mama dan bibi. Mama akan theraphy kembali selama 3 hari. Tapi, Gisella tidak akan menginap di Jakarta karna Vello harus sekolah dan tidak mungkin ijin kembali. Meskipun Vello bisa saja mengejar semua ketinggalannya, tapi aku tidak boleh membiasakannya menyepelekan sesuatu hal.

Sesampainya di rumah sakit, Gisella menurunkan mamanya dan bibi untuk masuk ke rumah sakit lebih dulu dan Gisella memarkir mobilnya.

Setelah meyakinkan mobinya terpakir dengan benar karna ia tidak ingin dihujat pengguna lain karna parkir yang sembarangan ia melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah sakit.

Gisella langsung bertemu dengan dokter yang menangani mama nya sekarang, karna semenjak Daniel pergi ke Singapore ia sudah tidak lagi menjadi dokter mamanya.

Ngomong-ngomong tentang Daniel, ia tidak mengabari Gisella semenjak kejadian itu dan Gisella sama sekali tidak mengetahui tentangnya, mungkin ini jalan terbaik untuk mereka berdua.

“Bu Gisella?” sapa pria paruh baya berbalut dengan baju putih yang terlihat familiar itu.

“Ah, iya dok. Gimana theraphy mama?” ucapku sopan.

‘Lebih baik, sepertinya theraphy emosional kemarin berjalan lancar dan sekarang Ibu Suli sudah bisa menggerakan tangannya ketika emosinya sudah memuncak. Lebih baik kita tidak menggunakan kejadian suami Ibu Suli sebagai theraphynya lagi. Sudah cukup, sekarang kita akan menggunakan orang-orang yang di masa sekarangnya seperti anda, suami anda atau anak anda.”

“Cuma saya dan anak saya dok.” Ucapku menjelaskan.

“Ah, maaf. Ya kami akan menggunakan kalian berdua. Bisakah anda membawa beberapa foto kalian selama ini? itu bisa membantunya.”

“Saya akan bawakan nanti malam dok. Karna rumah saya di daerah serpong.”

“Oke, saya tunggu ya. Mungkin Ibu Gisella bisa memberikannya pada suster nanti.”

Setelah berbicara dengan dokter, Gisella pamit pada bibi dan mamanya karna harus menemani Vello dirumah.

Gisella keluar dari rumah sakit dan merasakan keanehan pada mobilnya. Mobilnya tersendat ketika ia sudah membayar parkir keluar rumah sakit. Setelah beberapa meter tersendat akhirnya mobilnya pun tidak bisa di jalankan lagi. Ia sedikit bersyukur mobilnya tersendat setelah keluar dari rumah sakit dan berada di pinggir jalan.

Gisella keluar dari mobil dan membuka kap mobilnya, ia mencoba melihat-lihat apa yang salah. berhubung Gisella tidak mengerti mesin ia hanya berdiam dan mencoba memegang segala macam yang bisa di sentuh. Bahkan ia sendiri tidak tahu apa nama alat itu. Memang perempuan hanya bisa menggunakan dan tidak mengerti mesin. Ketika ia sedang mencoba memutar-mutar mesin tiba-tiba seseorang muncul di sampingnya.

Eternal LoveWhere stories live. Discover now