flashback kedua

23.6K 1.7K 3
                                    


Still flashback

Aku terbangun dan mencoba mengumpulkan semua arwahku kembali. Aku melihat kesamping dan melihat Vigo sedang tertidur dan tidak melewati guling yang aku berikan ditengah kami. Aku masuk ke kamar mandi dan mandi dengan air hangat. Setelah 20 menit aku keluar dan melihat Vigo sudah bangun, aku tidak berniat mengajaknya berbicara. Bagiku ia adalah kepala rumah tangga sekarang ia harus memutuskan kemana keluarga ini. Aku hanya mengikuti saja.

Aku melihatnya masuk ke kamar mandi. Tanpa berkata apapun, mungkin ia masih canggung denganku. Karna kami memang tidak pernah bertemu sebelumnya.

Tidak lama ia keluar dari kamar mandi, sedangkan aku sedang membereskan barang-barangku. Aku memang tidak membawa banyak barangku. Sebagian barangku sudah di berikan pada mama Prita untuk di taruh dirumah Vigo. Bahkan aku saja tidak tau dimana rumah yang aku akan tinggali.

“Hmm..” ia berdeham. Mungkin ia ingin memulai pembicaraan dan aku menoleh padanya.

“Aku Vigo. Pasti kamu tau ya nama aku. Ini pertama kalinya kita ketemu dan semalem keliatannya kamu capek banget jadi aku ga ajak kamu ngomong.” Ucapnya lagi.

“Aku Gisella.” Ucapku singkat.

“Begini, hmm..” sepertinya ia sudah kesusahan untuk memulai semua percakapan ini. “Aku sebenarnya tidak ingin pernikahan ini.”

Nah kan, sudah bisa kuduga. Ia tidak menginginkan pernikahan ini. lalu kenapa ia menerimanya ya?

“Lalu? Apa yang aku harus lakukan?” balasku singkat.

“Aku bakal jujur di awal biar kamu tau. Aku udah punya pacar dan mama memaksaku untuk menikah. Bisa kah kamu merahasiakan ini dari mama?” ucapnya penuh harap

“Oke,jadi kamu sedang meminta ijin pada istrimu karna kamu ingin mempertahankan pacarmu kan?” ucapku sedikit kasar.

“Tidak, bukan maksud aku begitu. Aku juga akan bersikap bebas terhadapmu. Kamu bebas melakukan apapun dan aku tidak melarangnya.”

“terimakasih untuk itu. Tapi semampu aku, aku akan berusaha menjadi istri yang baik buat kamu. Bukan, bukan untuk kamu. Tapi untuk membuktikan sama nenek aku, aku bisa jadi istri yang baik. Sedangkan kamu? Lakukan aja apa yang kamu mau lakukan. Aku tidak akan menganggu kamu.” Aku tersenyum.

“Maafin aku ya. Aku tau kamu wanita baik tapi aku benar-benar tidak bisa.”

“Nope. Just do what do you wanna do. Terus sekarang kita ke rumah kamu?” aku mengalihkan pembicaraan ini.

Ia mengangguk dan aku keluar dari hotel ini. Aku menuju rumah Vigo.

Tidak lama aku sampai dirumah sederhana. Di komplek dekat dengan kantornya katanya. Rumah minimalis dan sederhana.

Ketika aku masuk ke rumah, rumah ini sudah siap huni. Sudah lengkap dengan sofa, meja makan, kompor dan segala macamnya.

“ini kamar kita.” Ia membuka pintu dan aku masuk ke dalam kamar itu. Kamar itu hanya kamar biasa dan tidak special.

“Kita sekamar?” ia mengangguk.

“Tapi, aku ga akan menyentuh kamu.” Kali ini aku yang mengangguk.

**

Waktu berjalan dengan cepat, sudah 1 bulan aku menjadi istri Vigo. Tidak ada yang berubah sama sekali dari hidupku. Aku masih bekerja di kantor, aku masih seperti hidup sendiri, belanja bulanan sendiri kecuali sekarang aku tidur dengan Vigo.

Aku mulai mencintai suamiku ini. Bodohkan aku? aku tau ini pernikahan tidak sempurna tapi aku mencoba mencintai suamiku. Karna aku tau, aku akan menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Jadi aku belajar mencintainya.

Aku menyiapkan kebutuhannya, dari baju kerja, makan pagi, makan malam, air untuk mandi dan semuanya kecuali kebutuhan fisiknya itu. Selama 1 bulan pun ia bersikap baik padaku. Menerima perlakuanku.

Aku mengubah sikap pembangkangku menjadi sikap penurut. Karna nenek sudah memberikan ceramah sebelum menikah itu.

Aku masih suka berkunjung ke rumah nenek dan bertemu dengan mama. Sungguh tidak ada yang berubah. Jika nenek bertanya kenapa aku sering sekali berkunjung. Aku akan menjawab, Vigo tidak pernah melarang karna ia mau aku membagi waktuku dengan nenek. Istri yang baik bukan? Menutupi kesalahan suaminya. Aku memang istri yang kompak.

Aku memang belum sepenuhnya mencintai Vigo, dan aku tau ia masih menjalin cinta dengan pacarnya itu dan aku tidak keberatan karna itu memang perjanjian awal kami.

Ia memiliki kehidupan sebelum bertemu denganku jadi aku tidak pernah memaksakan agar ia meninggalkan kehidupannya dan menjadi suami yang baik.

Aku saja yang bodoh menjalani peran ini dengan baik.

**

Sudah satu tahun pernikahanku berjalan, semua masih berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Aku akui kami berdua adalah actor dan aktris yang hebat. Kami bisa memerankan pasangan suami istri yang sangat bahagia jika berada dekat keluarga masing-masing.

Tapi memang inilah yang kami jalani, peran baru yang aku salami selama setahun. Aku mencintai suamiku sekarang. Sudah aku yakinkan memberikan hatiku untuknya. Meskipun aku tau ia masih berhubungan dengan pacarnya.

Aku selalu menjadi istri penurut. Jika ia bilang tidak, aku akan menuruti. Jika ya, akupun akan menuruti. Entah kenapa aku bisa menghilangkan rasa pembangkangku ketika bersamanya.

Hari ini aku sedang memasak makan malam untuknya, ia sedang mandi di kamar. Ketika makanan siap aku ingin memanggilnya tapi aku mendengar ia sedang menelpon. Awalnya aku tidak ingin mendengar tapi ketika ia menyebut namaku, aku jadi penasaran.

“Iya, aku ga sama sekali deket-deket sama Ella kok.” Ucapnya

“Ya gal ah, dia ga godain aku. jangan curigaan sama aku.” ucapnya lagi. Godain Vigo? apa yang sebenarnya pacar Vigo itu pikirkan? Aku menggodanya? Bukannya wajar saja aku menggodanya toh dia suamiku.

“Udah ya, kamu jangan cemburu. Aku sama dia ga ada hubungan apa-apa kok. Kami suami istri di atas kertas aja.” Hatiku terasa tertimpah beban yang sangat berat. Ketika ia mengatakan seperti itu. Tapi ini memang kenyataan, aku tidak bisa membantah.

“Ya udah, jangan ngambek lagi ya.” Aku langsung bergegas ke ruang makan dan duduk.

Aku mencoba membuat mukaku sedater mungkin seperti biasanya. Tidak boleh ketahuan seperti habis nguping pembicaraan orang lain. Lagipula kenapa juga aku jadi tidak sopan seperti ini? nguping pembicaraan orang?

Kami makan dengan diam. Memang selalu seperti itu, kami jarang terlibat pembicaraan yang serius. Karna aku memang bukan tipe orang yang bisa membawa suasana.

Eternal LoveWhere stories live. Discover now