Frame foto

33K 2.5K 7
                                    


Siang ini mall tidak terlalu padat, mungkin di karenakan weekdays sehingga orang-orang masih berada di kantor. Gisella yang sedang menahan kesal karna perlakuan Vigo tadi disekolah mengurungkan niatnya untuk menyemprot laki-laki itu. Rangkulan yang ia berikan bisa mencoreng nama Gisella di sekolah Vello. Karna di sekolah Vello, Gisella sudah di kenal single parent dan ia tidak ingin di kira janda kecentilan.

Setelah melakukan perdebatan batin akhirnya Gisella lebih memilih meredupkan emosinya dulu dan melanjutkan mencari frame yang ia ingin beli. Vigo yang sedang menemani Vello memilih-milih frame di salah satu toko di mall itu terlihat asik. Gisella sendiri menikmati pemandangan di depannya, ketika Vigo sedang memilih frame bersama Vello.

Vello terlihat senang dengan adanya Vigo. Mungkin karna Vello sangat menginginkan sosok papa dan Vigo sedang di sampingnya sekarang. Jika bersama Daniel, Gisella hanya mengajaknya makan bersama Vello tidak prnah seperti ini. Karna Gisella memang masih menjaga jaraknya dengan Daniel.

“Bun, ini bagus ga?” Tanya Vello pada Gisella ketika menyelusuri lorong frame

Gisella mengangguk dan tersenyum, lalu Vello memasukan ke dalam keranjang belanjaan mereka yang didorong oleh Vigo.

“Kamu kenapa?” Tanya Vigo ketika melihat Gisella yang hanya terdiam.

Jika tidak ada Vello, Gisella akan langsung menyemprot Vigo. Berhubung Vello ada di depannya Gisella mengurungkan niatnya “Kita bahas setelah Vello tidak ada.”

Vigo menyerngitkan dahinya, ia memikirkan kesalahan apa yang ia buat sampai Gisella mendiamkannya? Tapi ia tidak ambil pusing, karna ia tau Gisella tidak akan bisa marah lama.

Setelah membeli berbagai macam frame yang di pilih Vello, Gisella akhirnya membayar segalanya. Tetapi Vigo mencekal tangannya dan menyerahkan sejumlah uang ke kasir. Sehingga belanjaan semua itu Vigolah yang membayar. Vigo tidak ingin di anggap laki-laki tidak gentle. Yang sebenarnya ia tidak perlu bertingkah seperti itu, toh Gisella bukan siapa-siapanya.

**

Sesampainya dirumah, Vigo mengikuti Gisella masuk ke dalam rumah.

“Loh kamu ikut?” Tanya Gisella bingung pada Vigo yang sudah duduk di ruang tamunya.

“Iya dong, siapa tau kalian butuh bantuan aku kan? Toh aku bisa mantek-mantek paku kalau kalian ga nyampe.”

Sedangkan Vello sudah asik bersorak ria dan memeluk Vigo. Gisella hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat mereka berdua. Menghadapi Vello 1 saja suka kesusahan apa lagi harus menghadapi mereka berdua?

“Ayo om kita naik ke kamar Vello.”

Vigo menerima uluran tangan munggil itu. Entah kenapa Vigo menyayangi Vello dan terbiasa dekat dengan Vello. Biasanya Vigo tidak suka dengan anak kecil, kecuali anak kakak nya lalu sekarang bertambahlah anak kecil yang Vigo sukai. Mungkin naluri keayahannya sudah keluar. Jika di lihat dari umur Vigo memang sudah cukup untuk menjadi ayah.

Vigo menaiki tangga dan memasuki kamar Vello, kamar ini benar-benar anak laki-laki. Berwarna biru, tempat tidudr yang di tutupi seprei Transformers, lemari kaca yang penuh dengan Transformers dan meja belajar yang rapi. Sepertinya Gisella mengajarkan Vello dengan baik.

“Om, om ga risih pake celana jeans. Susah ya om duduknya kalau di lantai?” Tanya Vello karna melihat Vigo tidak nyaman bergerak.

“Iya nih, om ke mobil dulu ya. Om ada celana pendek di mobil.”

Setelah mendapat jawaban Vello, Vigo langsung turun ke mobilnya mengambil celana sedengkulnya. Vigo memang selalu menyiapkan baju lebih di mobilnya, ia tidak tau mengapa dan sepertinya ini terpakai sekarang.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang