penolakan lagi

35.3K 2.7K 22
                                    


Sudah 3 hari setelah pembicaraanku dengan Vigo tempo hari. Aku dan Vigo tidak pernah bertemu setelah 3 hari, tetapi ia sering sekali menelponku hanya untuk berbicara tidak penting. Entah apa yang ada di pikirannya. Tidakkah ia memiliki kegiatan lain selain menelponku?

Aku sedang berada di café siang ini, keadaan café tidak terlalu ramai, mungkin karna sudah bukan jam makan siang, hanya sekedar mahasiswa-mahasiswi yang sedang ngerumpi dan beberapa orang yang ngobrol. Sepertinya aku juga tidak tau pasti karna aku tidak mendengarkan pembicaraan mereka.

Ketika aku sedang berada di dapur, samar-samar aku mendengar ada yang mencariku, aku langsung keluar melihat siapa yang mencariku. Hemm, laki-laki?

“Kenapa ya cari saya?” ucapku sopan. Sebenarnya ia tidak terlalu tua makanya aku tidak memanggil nya pak, dan sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?

“Gisella ya? Ini saya yang nabrak mobil kamu.”

“Ohh..” aku mengangguk dan benar laki-laki ini adalah yang menabrakku di rumah sakit.

“Boleh ngobrol sebentar?”

“Boleh, duduk di sana aja ya.”

Lalu aku dan laki-laki itu duduk di meja agak dekat dengan kaca.

“Gue Arjuna Dewantoro. Gue mau ganti rugi soal mobil lo. Waktu itu gue ke sini katanya lo masih dirumah sakit. Jadi gue baru kesini lagi.”

“Oh iya iya. Ga usah ganti, mobil gue ga kenapa-kenapa.”

“Gue tetep bawa ke bengkel ya? Biar ga keliatan lecet. Tadi gue liat lecet gitu.”

“Santai aja. Gue ga bisa bawa juga ke bengkel soalnya gue selalu pake buat anter anak gue sekolah.”

Dia mengangguk mengerti. Aku tidak menyangka si Arjuna ini memang mencariku dan berniat mengganti, biasanya kan hanya omongan biasa dan aku memang tidak mempersalahkan tabrakan kemarin, toh tidak sampai pecah atau penyok. Hanya sedikit tergores saja.

“Jadi gimana ya? Gue ga enak soalnya. Apa pas lo ke bengkel gue ikut?”

“Gue ke bengkel kalau anak gue libur sekolah panjang aja. Lagian emang ga kenapa-kenapa kok.”

“Suami lo marah ga kalau mobilnya lecet atau ketabrak gitu. Biar gue ngomong jadi enak.”

“Tanggung jawab mobil sama gue kok, jadi santai aja.”

Setelah meyakinkan Arjuna memang tidak ada yang harus di permasalahkan akhirnya kami mala ngobrol ngelantur dan ngobrol. Arjuna bekerja di salah satu restaurant cukup terkenal di Jakarta. Aku emmang salut dengan tanggung jawab yang ingin ia lakukan. Bayangkan saja untuk mengganti rugi ia rela untuk menempuh dan mencari alamatku yang bukan di Jakarta. Arjuna pria yang baik dan dia lebih tua 3 tahun di banding aku. Arjuna sebaya dengan Vigo. Lah kenapa Vigo lagi. Otakku sepertinya sudah sedikit konslet.

Ketika Arjuna pulang, aku kembali beraktifitas di café. Lalu tidak lama aku melihat notifikasi di HP ku berbunyi. Ada 2 notifikasi WA ku.

Vigo Pradikta : Lagi dimana?

Daniel F : Sibuk ga nanti malem? Ketemuan yuk?

Aku membalas chat dari Vigo dulu lalu membalas chat dari Daniel. Tidak lama Daniel membalasku.

Daniel F : Jam 7 ya, di Chakra Restaurant.

Me : OK.

Mungkin Daniel sudah kembali ke Jakarta, karna kalau belum mana bisa ia mengajakku makan malam.

**

Sudah jam 6.30 aku jalan dari rumahku, karna Serpong tidak parah macetnya aku rasa 30 menit di perjalanan sudah cukup dan tidak akna terlambat.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang