Bab 2

137 18 2
                                    

Malam hening, sepi. Bau tanah tercium tajam. Aneh sekali, biasanya bau tanah hanya tercium pada awal musim hujan, pada hari pertama pergantian musim dari musim kemarau. Padahal hujan sudah mulai mengguyur Jakarta sedari beberapa hari lalu, tapi bau itu masih bebas berkeliaran pada cuping hidung.

Orang bilang, menangis akan membuat hati terasa lega, seperti halnya hujan lebat akan digantikan oleh pelangi dan sentuhan hangat jari jemari matahari yang tak lagi terhalang awan. Tapi tentu, pelangi tidak akan terlihat di malam hari seperti sekarang, dan hanya cahaya bulan yang akan menyinari bumi. Tapi setidaknya, awan sudah berubah menjadi butiran air. Dan butiran air itu sudah turun jatuh menimpa bumi. Langit sekarang menjadi lengang dan terang karena efek halo bulan. Tidak ada awan, dan bintang-bintang dengan jelas terlihat.

Di sebuah rumah berhalaman luas di sebuah kompleks perumahan di daerah Jakarta pusat, yang lantainya terbuat dari parket yang dipernis halus sampai mengkilat, temboknya bergaris-garis horizontal gaya Amerika, dan lotengnya diberi jendela yang menonjol di atapnya yang memanjang, pancaran lampu yang menyala dari bagian dalamnya memantul keluar, menembus kaca jendela dan pintu, menyinari sebagian halamannya yang luas sekali.

Ada satu jendela yang masih terbuka malam itu, di bagian atas, di loteng rumah. Seorang wanita tengah duduk menghadap meja kerja yang berhadapan dengan jendela. Rambutnya digulung asal, sehingga terlihat sedikit acak-acakan. Matanya yang terhalang kacamata itu sayu, dan dikelilingi bulatan hitam. Sesekali dia mendesah, sambil menggigit-gigit pulpen yang dipegangnya.

Namanya Adhira, yang berarti bulan. Sudah dua malam hujan reda selepas magrib, sehingga langit cerah dan bulan terlihat jelas. Dan sudah dua malam pula dia menemani bulan untuk begadang. Sesama bulan harus saling menemani, bukan? Pikirnya ketika itu mencoba menghibur dirinya sekalipun hal itu tidak membantu.

Adhira tengah menatap laptop sambil terus menerus mengetik laporan keuangan perusahaan yang dua hari lalu dibawanya dari kantor. Rendra, kepala divisinya bilang, ada banyak sekali kesalahan dari laporan sebelumnya yang harus segera diperbaiki, sebelum akhirnya laporan tersebut akan diserahkan pada CEO baru. Dan ternyata hal yang harus diperbaiki lebih banyak dari yang ia kira sebelumnya, sampai-sampai ia harus menjadi drakula untuk dua hari ini, tidur sebentar di pagi hari, dan kemudian kerja lembur sampai malam.

Jarum jam sudah menunjuk angka tiga, dan Adhira masih belum berdiri dari tempatnya sekarang. Ia bekerja lebih lama malam ini, karena ia tahu hanya tinggal sedikit lagi pekerjaannya akan selesai, tanggung kalau harus ia lanjutkan besok. Sekalipun laporannya harus diserahkan paling lambat dua hari lagi, namun lebih cepat tentu akan lebih baik. Setidaknya Adhira akan mempunyai waktu luang untuk beristirahat. Belum lagi jika ternyata masih ada yang salah dan harus segera direvisi, ia masih punya waktu untuk memperbaikinya.

Selain itu, alasan lain mengapa dia sangat mati-matian mengerjakan laporan yang tenggat waktu deadlinenya masih cukup lama adalah karena dia ingin melupakan sesuatu barang sejenak. Sejak satu bulan lalu, dirinya rutin dikirimi surel oleh salah satu dosennya dulu, yang isinya berupa ajakan untuk bertemu. Adhira tahu apa yang hendak dibicarakan dosennya tersebut. Dan untuk itu, Adhira membutuhkan waktu untuk berpikir. Setidaknya dengan mengerjakan banyak pekerjaan dia jadi mempunyai alasan mengapa sampai lama sekali tidak membalas surel tersebut.

"Alhamdulillah, akhirnya," ucap Adhira setengah berteriak, lalu bersandar pada kursi setelah sebelumnya menyimpan data yang baru saja diketiknya, dan mematikan laptopnya.

Ia menengadah, menatap langit-langit kamarnya yang putih polos, lalu menutup matanya sebentar, merasakan angin yang berembus pelan yang masuk melalui jendela di depannya membelai leher dan wajahnya. Untuk beberapa detik matanya terpejam, sampai kemudian kembali dibukanya, diikuti dengan gerakan meregangkan otot. Ia berdiri dari duduknya, menutup jendela, dan berjalan menuju tempat tidur.

Hujan Bulan DesemberWhere stories live. Discover now