04 : Meraba Bukti

9.6K 854 49
                                    


Some people say you're no good

But they don't know what's good for me

If it isn't you then I don't need nothing

.

Suasana hati Deva sangat buruk akhir-akhir ini. Sedikit disenggol saja, dia marah. Puncaknya ketika bendahara kelas menagih uang kas sambil mengomel, Deva dengan sadis melempar lembaran sepuluh ribu rupiah. Uang kertas yang tergeletak tak berdaya di lantai itu diremas-remas oleh si bendahara setelah dipungut diiringi rentetan sumpah serapah. Intinya, Deva yang biasanya kalem dan santai saat ini sangat mudah tersulut emosi. Seperti remaja galau yang melihat gebetan tak pekanya naksir sahabatnya.

Sedih, marah, dan bingung harus cerita ke siapa.

Karena ia tak yakin orang yang mendengar ceritanya benar-benar peduli.

Karena ia tak mau meminta saran pada seorang ember bocor.

"Anjir," suara Lukas memecah pikiran Deva. "Si Cebol selingkuh sama Baplang."

Cebol, cewek kelas sebelah yang pernah diceburi ke selokan saat ulang tahun dan tetap tertawa bahagia meski lumpur nyangkut di sela-sela giginya. "Dapet gosip dari mana lo?"

"Lah ini," Lukas yang sedang asik main ponsel menjulurkan layarnya pada Deva. "Lihat deh, Cebol kan baru sehari putus sama si Cungkring, trus sekarang udah posting foto sama Baplang," ucapnya seraya menunjukkan foto-foto mesra nan unyu di instagram Cebol.

Jujur, Deva lupa nama tiga orang itu saking seringnya dipanggil dengan alias.

"Ck," Lukas geleng-geleng kepala sambil mencibir. "Gue tahu si Cebol cakepnya mengalahkan Dewi Bulan dan bisa mendapatkan siapapun di sekolah ini, tapi nggak sama Baplang juga kali," wajah Lukas tampak menggigil saat menyembunyikan ponselnya di balik ketiak. "Lo pernah lihat keteknya nggak? Buanyak banget bulunya. Panjang. Lebat. Melambai."

Kekesalan Deva berangsur luntur mendengar celotehan teman sekelas sekaligus teman paralayangnya ini. "Kas, bisa nggak sih otak lo lebih bener dari ini?" tanya Deva sambil menendang kaki Lukas yang sedang bergeliat seperti cacing. Cowok itu hanya tertawa sambil membalas tendangan tak kalah keras.

"Ah, gue kangen terbang," Lukas menempelkan pipinya di meja, memandang cowok beralis tebal di hadapannya ini dengan wajah melas. "Puncak, yuk."

"Pikiran gue lagi mumet, nggak ada waktu buat itu," gumam Deva.

"Justru karena lagi mumet, kita harus membebaskan pikiran kita!" Lukas tiba-tiba bangkit dari posisi malasnya dan mengayunkan tangannya di udara—seperti menggambarkan pelangi. "Dan langit adalah jawabannya."

"Menurut lo, kenapa Cebol selingkuh?"

Lukas menaikkan alisnya. "Karena Cungkring juga mini?"

"Maksud lo Cebol pengen memperbaiki keturunan, makanya nyabet si Baplang? Tu cowok tinggi ganteng sih, banyak duit juga," Deva menggosok dagunya, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja menjadi alasan ayahnya selingkuh. Tetapi, ia tidak menemukan. Ibunya kurang apa? Super baik, jarang marah, sabar, pengertian, jago masak, cerdas, dan tentu saja sangat cantik dengan penampilan sederhananya.

Dan pikiran Deva mendadak kacau lagi. "Sialan, terkutuklah mereka yang selingkuh."

"Devara Ramaditya," Lukas memandang temannya dengan sorot tak percaya.

Deva balas dengan lirikan tajam.

"Ternyata elo diam-diam ...," Lukas sengaja menggantung ucapannya, memberi kesan penasaran, "naksir sama Cebol? Astaga. Shira mau ditaro mana? Kolong meja?"

DisvawingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang