18 : Perhatian

5.6K 603 53
                                    


I dedicate this song to you,

The one who never sees the truth,

That I can take away your hurt, heartbreak girl.

Hold you tight straight through the day light,

I'm right here. When you gonna realize

That I'm your cure, heartbreak girl?

Heartbreak Girl by 5 Second of Summer

.

Masa yang paling ditunggu oleh anak sekolah selain gurunya yang tak masuk kelas adalah pulang cepat dan waktu liburan. Tapi, masa liburan karena kelas 12 akan menghadapi UASBN menjadi sebuah kesempatan guru-guru untuk memberikan tugas seabrek. Dan saat matahari menyengat inilah, Dista memilih untuk pergi ke perpustakaan nasional; ruangan ber-AC dengan banyak referensi.

"Keluar dulu sih yuk, gue laper."

Wajah Riana menempel seperti jelly di seberang Dista sembari memegangi perutnya yang keroncongan sejak jam dua belas. Riana memandangi Dista yang masih asik dengan buku latihan soal beserta penyelesaian kilatnya.

"Dista," Riana menggapai buku bersampul hijau itu dan menariknya dari pandangan si gadis yang hari ini dikepang. "Ayo. Istirahat dulu."

"Titip yoghurt ya, talangin dulu nanti gue ganti."

"Gue nggak ke minimarket, Distaaa."

Riana mendengus sebal dan bergegas keluar perpustakaan. Sedangkan Dista, masih duduk diam di kursinya; menggaruk kepalanya dengan ujung pensil mekanik. Belakangan, pikirannya hanya terpaku pada penolakan Bagas. Padahal, banyak hal yang lebih penting dari patah hatinya.

"Dista, lo udah melakukan yang terbaik!" serunya meyemangati diri sendiri.

Gadis itu bangkit dari duduknya dan bergerak mencari buku referensi lain. Di saat sedang mencari buku bagus dengan bantuan telunjuk, jarinya bertemu dengan milik seseorang. Spontan saja, Dista menoleh. Mata mereka berdua terbelalak ketika bertemu pandang, terkejut atas kehadiran masing-masing.

"Hai," Deva yang pertama menyapa.

Dista mengangguk kaku. Ada malu yang menyelinap ketika ingat Deva memeluk untuk menenangkan tangisan hebatnya waktu di taman.

"Belajar?" balas Dista.

"Mau minjem buku aja." Deva menyisir sekitar. "Sendirian?"

Gadis itu menggeleng. "Sama Riana."

Deva mengambil buku di rak lalu berpamitan dengan kedikan dagu.

Setelah kepergian Deva, Dista langsung mengembuskan napas panjang. Kecanggungan yang terbentuk diantara mereka sebagian besar akibat fakta mengenai jalinan hubungan orang tua mereka. Bisa saja Deva dan Dista marah satu sama lain, saling menyalahkan; seperti yang Deva lakukan di waktu lalu. Tapi, apa manfaatnya? Toh, yang salah adalah orang tua mereka.

Tapi Dista masih sedikit kesal karena dibentak Deva.

Apa dia harus balik marah?

"Nggak tau ah."

. . .

Deva tengah menikmati minggu tenang sebelum UASBN hari senin nanti. Sedangkan sekolah Dista sedang melangsungkan. Cowok itu batal pulang dan memilih duduk berselang dua meja di belakang Dista. Gadis itu tak menyadari kehadirannya, tetapi Riana yang baru datang terkejut mendapati Deva yang duduk termenung memandangi punggung Dista.

DisvawingsWhere stories live. Discover now