19 : Laki-Laki dan Cita-Cita

5K 601 43
                                    

I messed up tonight, I lost another fight

I still mess up but I'll just start again

I keep falling down, I keep on hitting the ground

I always get up now to see what's next

Birds don't just fly, they fall down and get up

Nobody learns without getting it wrong

Try Everything by Shakira

.

"Lo ada urusan apa nanya alamat Deva?"

Cetusan yang langsung didengar Dista setelah mengangkat telepon yang ternyata dari Shira. Dista mengembuskan napas jengkel.

"Gue mau ngembaliin barang dia aja. Cuma itu. Titik."

"Kenapa nggak nanya langsung ke gue? Takut?" Nada bicara Shira masih jutek.

Dista menepuk pahanya dengan gemas. "Karena gue tau lo bakalan begini."

"Gini gimana? Gue cuma pengen tau lo punya urusan apa sama pacar gue. Salah?"

Rahang Dista mengeras. "Dibilang cuma mau ngembaliin jaket!"

"Gue tau kalian pernah ketemuan dan jalan tanpa sepengetahuan gue. Kalau lo beneran cewek, jangan godain cowok orang! Lo akan ngerasain suatu saat nanti."

"Kok lo jadi ngelaknat gue sih?!"

Selalu begini kalau bicara dengan Shira.

"Trus gue harus apa kalau ada cewek lain yang bikin Deva lebih nyaman?! Gue nggak bisa apa-apa di sini, gue nggak bisa di samping dia saat dia ada masalah. Deva bukan tipe yang gampang cerita sebelum masalah itu selesai. Gue nggak bisa apa-apa karena jarak ini...."

Dista jadi meringis mendengarnya. "Denger, Shira. Hubungan gue sama Deva nggak kayak yang lo pikirin. Kita cuma orang asing yang kebetulan kena masalah yang sama. Gue nggak bisa kasihtau lo masalah itu sekarang, karena itu bener-bener pribadi."

Shira bungkam, dan Dista tau gadis itu tengah menangis.

"Sori kalau bikin lo khawatir. Tapi harusnya lo bisa lebih kuat menghadapi ini."

"Lo nggak ngerti gimana rasanya, Dis," ucap Shira diantara isakan.

"Nggak usah ngeledek jomblo."

. . .

Setelah berdebat, mendengar tangis serta curhatan Shira, akhirnya Dista bisa mendapatkan alamat Deva. Cowok itu harus membayar apa yang telah dilalui Dista demi mengembalikan jaket. Beruntung daerah rumah Deva tak begitu sulit ditemukan. Lingkungan rumah Deva juga baik. Saat Dista menyebutkan nama Deva, para ibu-ibu yang ditanya langsung menunjukkan jalan dengan sangat ramah.

Sayangnya, kepalan tangan Dista batal mengetuk tepat di depan daun pintu rumah Deva. Gadis itu mendengar teriakan dari arah dalam. Sedang ada keributan. Dista memilih untuk mundur perlahan dan keluar dari pekarangan rumah Deva setelah meletakkan paper bag berisi jaket Deva. Perasaan tak enak bergumul dalam hati Dista.

Baru saja Dista menutup gerbang rumah Deva, pintu utama terbuka.

"Dista?" panggil Deva dengan wajah terkejut.

Tangan Dista melambai kikuk. "Hai, Deva?"

"Ada apa? Kenapa bisa tau rumah gue?"

Pandangan Deva beralih dari Dista kepada tas cokelat asing yang berada tepat di samping kakinya. Ketika sadar bahwa tas tersebut berisi jaket miliknya, Deva tersenyum miris. Sudah pasti Dista mendengar pertengkaran ia dengan ayahnya. Cowok itu kemudian memasukkan paper bag ke dalam rumah lalu menghampiri Dista.

DisvawingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang