22 : Berbagi Luka

4.9K 590 21
                                    

 So honey now

Take me into your loving arms

Kiss me under the light of a thousand stars

Place your head on my beating heart

I'm thinking out loud

Maybe we found love right where we are

Thinking Out Loud by Ed Sheeran

.

"Makan dulu yuk, udah lewat banget jam makan siang," tegur Ridha.

"Oh, ya," sahut Dista dan Deva berbarengan.

Dista dan Deva mendongak terkejut, tak sadar kalau Ridha dan Lukas sudah berdiri di hadapan mereka. Mereka berdua keasikan mengobrol dan tak sadar kalau langit sudah mendung dan siap menumpahkan tangis. Tak ada yang bisa terbang lagi karena cuaca buruk.

"Mau makan apa kita?" tanya Lukas sambil melepas helm.

"Gimana kalau rawon? Kayaknya di bawah ada warung baru. Sebagai penglaris lah kita."

"Emang mendung gini enakan makan yang berkuah," Ridha menyambut usulan Deva.

"Kalau kuah, mie rebus lebih enak." Dista cemberut saat kakaknya menatap tajam. "Iya, makan nasi. Iya, nggak boleh makan mie terlalu banyak."

Lukas dan Deva hanya tertawa kecil melihat tingkah Dista yang kesal.

"Dista ini demen banget makan mie, apalagi kalau ditinggal sendirian di rumah," Ridha geleng-geleng kepala sambil melangkah menuruni tangga.

"Padahal kan makan mie terus nggak baik."

Deva menyambut ucapan Ridha dan terlibat obrolan seru. Tanpa rencana, mereka berjalan dua baris. Ridha dengan Deva, sedangkan Lukas dengan Dista mengikuti mereka.

"Deva lagi stres, Dis," ungkap Lukas tiba-tiba.

Dista menoleh bingung. "Oh? Nggak keliatan ah."

"Emang anaknya gitu," Lukas berjeda, "Tapi dia kemarin baru aja putus dari Shira."

"Hah, mampus." Dista terkejut. Ingat saat ngobrol berdua tadi sempat menyinggung Shira beberapa kali. "Duh, tadi gue sempet nanyain sama ngeledekin dia sama Shira gitu."

"Tapi tampangnya biasa aja, ya?" Lukas tertawa.

"Iya. Kayak nggak ada masalah gitu."

"Dari pagi gue dianiaya terus. Pelepas-stes-sementara dia." Lukas tertawa, memandang Deva yang serius menyimak omongan Ridha. Jarak mereka berbeda beberapa anak tangga, dan dua cowok itu asik mengobrol. Jadi bisa dipastikan pembicaraan Dista dan Lukas tak terdengar.

"Oh, gue inget dia pernah ngebentak gue. Mungkin saat itu gue juga di posisi yang sama kayak lo. Pelepas-stres-sementara dia."

Kepala Lukas menoleh cepat. "Masa, sih? Setau gue dia nggak pernah kasar sama cewek."

"Ya namanya juga orang lagi emosional banget."

"Nggak sampe KDRT, kan?" tanya Lukas hati-hati, dengan wajah konyol.

Dista tertawa. "Gue lapor polisi sih kalau dia begitu."

. . .

"Bu, nasinya boleh dikurangi setengah? Kebanyakan," sahut Deva setelah sang penjual meletakkan pesanan mereka.

DisvawingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang