10 : Bergerak Mendekat

6K 697 13
                                    

So sorry karena aku gabisa update cerita ini dengan cepat. Huhu. Makasih juga ya yang udah setia nunggu dan baca. Kalau kalian nggak sabar dengan cerita ini, mendingan disimpan dulu di library dan tunggu sampe ending hehe. Maaf banget ya. Selamat membaca! <3

.


I think I want you more than want

And know I need you more than need

I wanna hold you more than hold

When you stood in front of me

-Never Senn Anything "Quite Like You" by The Script

.

Deva memukul-mukul pundaknya berulang kali selagi menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. Sekarang sudah masuk minggu-minggu try out dan dia menjadi stress karenanya. Andai saja waktu bisa dilompati ke saat dia masuk kuliah, pasti sangat menyenangkan. Beda dengan adik kelas yang saat ini bahagia di atas penderitaan senior. Benar, mereka libur dan Deva bisa melihat aura kebahagiaan dari Dista di pinggir jalan. Tanpa pikir panjang, Deva menepikan motornya untuk menghampiri Dista yang tengah menyantap es krim.

"Sendirian aja?" sapa Deva.

Dista terkejut hingga ujung hidungnya berciuman dengan es krim. "Heh! Deva?!"

Deva tertawa. "Beliin gue es krim bisa kali."

"Muncul-muncul minta es krim," Dista mendelik, "Beli sendiri sana."

"Mau ke mana? Atau dari mana?" tanya Deva sembari menilik setelan Dista yang santai.

"Abis nonton dong. Emangnya elo, nontonin soal ujian?"

"Palingan nonton sendiri," Deva melajukan motornya perlahan, mengikuti langkah Dista yang lambat-lambat. Cewek itu asik menjilati es krim. "Mood lo lagi bagus, ya?"

"Kenapa? Kelihatan banget, ya?"

Deva hanya mengangkat bahu acuh tak acuh.

Cengiran Dista bertambah lebar, kemudian tangannya merogoh tas sebelum mengeluarkan sesuatu. "Lihat, deh! Gue dapet kado dari Kak Bagas!" Dista sangat senang, tetapi kemudian dia mengerutkan kening. "Trus kenapa gue bilang sama elo, deh?"

"Cie gadis yang berulang tahun sedang senang."

Bibir Dista manyun, memperhatikan kotak musik pemberian Bagas. "Tapi dia ngasihnya baru banget, pas mau les. Padahal ultah gue udah lewat beberapa bulan lalu."

Deva tersenyum, entah kenapa ingat waktu mencari kado untuk Shira.

"Dah, gue mau balik. Bhay."

"Gue anterin, yuk."

Dista melempar kertas bekas cone es krim ke tempat sampah. "Dev, karena lo lagi break, bukan berarti lo bisa modusin cewek lain."

"Kok geer?" Deva tertawa melihat ekspresi sebal Dista. "Gue cuma berbaik hati sih berhubung mau hujan," tambah Deva seraya menunjuk langit mendung.

"Jangan minta ongkos, ya," ungkap Dista seraya duduk di jok belakang.

Deva kembali memakai helmnya dan memberi satu untuk Dista. Tak ada yang membuka pembicaraan selama perjalanan, mereka hanya bungkam memerhatikan lalu lintas. Setibanya di rumah Dista, ada sebuah mobil terparkir di depan gerbang.

"Kakak gue baru pulang," gumam Dista setelah melihat Ridha keluar dari mobil.

Kedua alis Deva terangkat. "Kakak lo pilot?"

DisvawingsWhere stories live. Discover now