15 : Bertentangan

4.9K 609 31
                                    

When violet eyes get brighter

And heavy wings grow lighter

I'll taste the sky and feel alive again

And I'll forget the world that I knew

But I swear I won't forget you

Oh if my voice could reach back through the past

I'd whisper in your ear:

"Oh darling, I wish you were here"

Vanilla Twilight by Owl City

.

Hari minggu. Suasana di rumah Deva sesepi hari biasanya. Hampir tiap minggu pagi, ibunya ikut senam. Selalu seperti ini jika hanya tinggal Deva dan ayahnya di rumah. Deva yang berdiam diri di dalam kamar, sedangkan Atma memerhatikan keadaan rumah. Biasanya, ayahnya itu akan menghabiskan waktu di halaman belakang-membersihkan sesuatu entah apa dan terkadang Deva dipanggil untuk membantunya.

"Deva! Sini bantu Ayah, jangan maen game aja!"

Kalimat itu sudah seperti alarm di hari libur. Awalnya ingin diabaikan, tapi tubuh Deva refleks bergerak menuju ruang tamu-tempat suara ayahnya berasal.

"Ya, Ayah? Bantu apa?" tanya Deva malas.

Atma menepuk-nepuk lemari kecil berisikan souvenir-souvenir kondangan. "Bantu Ayah pindahin barang-barang. Ganti suasana rumah."

"Yaaa." Deva mengangguk pasrah.

Deva kemudian mengambil satu sisi lemari dan membantu mengangkatnya ke pinggir ruangan. Sisi yang kosong tersebut kemudian diisi oleh sofa ruang tamu yang berwarna hitam pekat. Tak sampai di sana, ayahnya juga ingin memindahkan hiasan dinding. Ketika ibunya pulang dari pasar, ekspresinya begitu kaget melihat perubahan ini.

"Wah, kalau nggak salah ini posisi pas pertama kali kita beli rumah ini ya, Yah?"

Atma tersenyum. "Membangkitkan kenangan, ya?"

"Benar." Fina tiba-tiba bergerak ke bagian yang sebelumnya tertutupi sofa. "Dulu di sini Deva nyungsep pas main mobil-mobilan," ucapnya dengan mata berbinar-binar. "Pas itu kamu nggak bisa lepas dari mobil-mobilan, Dev."

"Namanya juga anak kecil, Bu." Deva ikut nyengir.

"Ibu beliin nasi uduk sama gorengan." Tangannya mengangkat plastik hitam. "Nanti ambil di meja makan, ya. Ibu mau mandi dulu."

Setelah Deva dan Atma mengangguk, Fina segera bergegas masuk ke dalam. Keheningan menyapa sepasang ayah dan anak ini. Atma masih sibuk memerhatikan tata letak; mungkin masih ada bagian yang harus dipindah, sedangkan Deva diam memerhatikan. Tepat ketika Atma memutuskan untuk menyantap sarapan, Deva menghentikan langkah ayahnya dengan pertanyaan mengejutkan.

"Apa?" Atma menoleh dengan sorot heran.

"Deva tanya, tadi malem Ayah ke mana?" Pertanyaan Deva seperti tak dimengerti oleh Atma karena ia hanya bungkam. "Deva perlu memastikan sesuatu."

"Ayah nggak suka kamu ngomong muter-muter gitu."

"Deva nggak suka Ayah mesra-mesraan sama perempuan lain," balasnya tajam.

"Ap-" Atma berhenti sejenak, berpikir. "Kamu ngikutin Ayah?"

"Sikap Ayah akhir-akhir ini beda, makanya Deva penasaran."

DisvawingsWhere stories live. Discover now