Twenty Three

2.2K 113 1
                                    

Kelompok 11 sudah menentukan ketua kelompok mereka, siapa lagi kalau bukan Eldo. Selain karena ia anak pramuka dan pencinta alam, Eldo juga sudah terbiasa naik-turun gunung dan hafal apa-apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Semua anggota kelompok 11 percaya padanya. Jiwa kepemimpinannya juga bagus.

Sehari menjelang hari H. Hari Minggu ini, seluruh murid OHS sibuk menyiapkan barang bawaan mereka. Begitu pula dengan Sherlyn yang malam ini dibantu oleh Vina menyiapkan barang-barang bawaannya. Ketika ingin mengemas pakaian-pakaiannya ke dalam tas carrier khusus mendaki miliknya, ponselnya berdenting pelan. Ada pesan masuk dari Devon.

Devon: Besok kita Tour Week, pisah selama seminggu. Kamu jangan macem-macem ya di sana. Jangan modus sama cowok lain. Jangan deket-deket Vigo. Jaga kesehatan. Jangan sampe ilang di hutan. Jangan lupa bawa mantel, suhu di sana rendah banget soalnya. Periksa lagi barang-barang yang mau dibawa, jangan sampe ada yang ketinggalan. Aku tau di sana pasti sinyal lemah banget, tapi kalo misalkan sempet, kabarin aku. Oke?

Sherlyn tersenyum memandang pesan yang isinya lumayan panjang itu. Devon juga sudah mengetahui bahwa ia sekelompok dengan Vigo, entah dari siapa. 'Lagian siapa juga yang mau modusin cowok lain, apalagi Vigo,' batinnya. Ia mengetikkan pesan balasan untuk Devon.

Sherlyn: Hahaha, oke, Dev. Iya, iya, iya. Pokoknya semua yang kamu bilang aku iyain. Kamu juga ya, jangan macem-macem di Lombok. Aku tau di sana pasti bakal banyak bule seksi, jangan genit! Awas aja.

"Mantel kamu udah, Dek?" suara Vina mengagetkan Sherlyn.

Sherlyn meletakkan ponselnya, lantas mengangguk. "Udah kok, Bun."

"Ya udah, masukin semuanya ke tas carrier, jangan sampe ada yang ketinggalan. Kamu jangan macem-macem ya di gunung nanti, ikutin semua peraturan yang ada. Kalo mau buang air segala macem ajak teman, jangan sendirian. Ngerti?"

Sherlyn mengangguk, sedikit tertawa. "Iya, Bundaku.... Bunda udah berulang kali bilang begitu."

********************

Hari Senin.

Sherlyn sudah siap dengan penampilannya. Celana panjang berwarna hitam, t-shirt lengan pendek berwarna putih, dan kemeja oversize berbahan beludru bermotif kotak-kotak berwarna merah. Ia melipat lengan kemejanya yang tak dikancing hingga siku. Ia juga mengenakan bandana berwarna merah dan sepatu kets putih.

Sekali lagi Sherlyn memeriksa barang-barang bawaannya. Sudah lengkap semuanya, dan ia bisa memastikan tidak ada yang ketinggalan. Jam sudah menunjukkan pukul 5.30. Murid-murid OHS diwajibkan berkumpul jam 7 nanti untuk bersiap-siap, dan akan benar-benar jalan ke tempat wisata masing-masing angkatan jam 8 secara serempak.

"Sherlyn, cepat turun, Nak! Kita sarapan dulu, habis itu Bunda sama ayah antar ke sekolahnya," terdengar seruan Vina dari lantai bawah.

"Oh, iya, Bundaaa! Bentaarr!" balas Sherlyn. Ia buru-buru mencabut charger ponselnya yang untungnya sudah 100%, kemudian bergegas ke lantai bawah dengan tas carrier besar ala pendaki gunung di punggungnya. Seluruh murid kelas 10 yang nanti akan berwisata ke Gunung Semeru memang diwajibkan mengenakan tas tersebut.

********************

Lapangan sekolah sudah lumayan ramai dengan murid-murid yang barisannya belum terlalu rapi saat Sherlyn baru saja turun dari mobilnya dan melambai kepada kedua orangtuanya yang ada di mobil. Kedua matanya jeli mencari-cari di mana barisan kelas 10—khususnya barisan kelompoknya. Setelah menemukannya, Sherlyn segera menghampiri mereka dan berbaris di barisan paling belakang. Kinta menyusul tak lama kemudian, ikut berbaris di belakang Sherlyn. Mereka mengobrol ringan sebelum kepala sekolah dan ketua pelaksana dari masing-masing angkatan untuk Tour Week tahun ini memberikan sambutan dan beberapa pengarahan.

EXWhere stories live. Discover now